makna pelepasan lampion dalam perayaan waisak 2025 perpaduan antara refleksi spiritual dan filosofis tradisi - News | Good News From Indonesia 2025

Makna Pelepasan Lampion dalam Perayaan Waisak 2025, Perpaduan Antara Refleksi Spiritual dan Filosofis Tradisi

Makna Pelepasan Lampion dalam Perayaan Waisak 2025, Perpaduan Antara Refleksi Spiritual dan Filosofis Tradisi
images info

Hari Raya Waisak adalah sebuah perayaan penting bagi umat Buddha yang memperingati tiga peristiwa krusial terkait dengan Siddharta Gautama. Selama perayaan Waisak, umat Buddha menjalankan beragam aktivitas utama, mulai dari pengambilan air suci, pengambilan api abadi, pindapata, meditasi, puja bhakti, dan yang paling ikonik adalah pelepasan lampion yang sarat akan makna.

Tahukah Kawan GNFI bahwa di Indonesia, tradisi pelepasan lampion selama Waisak selalu memikat dengan keindahannya serta memiliki makna yang deep bagi umatnya. Kabar baiknya, kegiatan pelepasan lampion ini dapat diikuti oleh berbagai kalangan untuk bersama-sama merasakan momen tersebut.

Hari Raya Waisak Memperingati Apa? Ini Makna Tri Suci Waisak

Festival Lampion Waisak 2025 di Indonesia

Sebagai lokasi utama perayaan Hari Raya Waisak 2025, Festival Lampion akan dilaksanakan kembali di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, dengan mengusung tema “Light of Peace” sebagai lambang harapan dan kedamaian dunia.

Festival lampion yang digelar selama perayaan Trisuci Waisak adalah sebuah cerminan spiritual dan tradisi filosofis, di mana ‘lampion’ diibaratkan sebagai simbol pencarian pencerahan batin seperti yang dahulu dilakukan oleh Buddha Gautama untuk memberikan penerangan bagi umat manusia.

Lampion ini juga mencerminkan inti ajaran Buddha, yaitu kasih sayang terhadap sesama makhluk dalam bentuk kepedulian untuk seluruh alam semesta. Cahaya yang dihasilkan melambangkan harapan akan dunia yang lebih baik, sementara pelepasannya menandakan melepaskan diri dari energi negatif secara spiritual.

Pelepasan lampion bukan sekadar tradisi, melainkan merupakan momen sakral dengan kedalaman spiritual yang menawan. Sebelum lampion diterbangkan, umat Buddha akan menjalani puja bhakti sebagai ritual persembahan, diiringi doa dan harapan umat.

Festival lampion dalam perayaan Waisak ini terbuka untuk semua umat Buddha, masyarakat umum, serta wisatawan domestik dan internasional. Melalui Festival lampion Waisak 2025, peserta dapat merasakan dan merayakan momen Hari Raya Waisak dalam suasana damai dan sebagai pengalaman spiritual yang mendalam bagi umat Buddha.

Makna Pelepasan Lampion dalam Perayaan Waisak

Ilustrasi Pelepasan Lampion Waisak | Istockphoto/Hamid Rustanto
info gambar

Filosofi di balik tradisi ini sangat terkait dengan ajaran Buddha dan refleksi batin para pengikutnya. Berikut adalah maknanya:

Doa dan Harapan dalam Cahaya

Setiap lampion yang diterbangkan dalam konteks ini melambangkan harapan dan doa untuk diri, keluarga, dan seluruh alam dalam momen hening yang penuh dengan ketenangan. Bagi pengikut Buddha, konsep 'lampion' mencerminkan 'kendaraan' yang dikirim ke langit bersamaan dengan doa dan harapan untuk diserahkan kepada alam semesta.

Ini mengindikasikan bahwa setiap individu yang memiliki harapan dan keinginan akan ada saatnya untuk merelakan dan menyerahkan segalanya kepada kekuatan yang lebih tinggi, hal ini filosofinya berkaitan dengan prinsip karma dan dharma.

Simbol melepaskan kegelapan batin

Dalam ajaran Buddha, manusia sering kali terperangkap dalam tiga racun batin yakni keserakahan, kebencian, dan kebodohan yang diyakini menjadi sumber penderitaan di dunia. Pelepasan lampion menjadi simbol dan upaya untuk membebaskan diri dari 'kegelapan' yang melelahkan jiwa.

Saat lampion terbang, melambangkan proses bangkit dari bayang-bayang menuju cahaya yang lebih terang, melepaskan kebodohan menuju kebijaksanaan yang lebih mendalam, dan menghapus setiap kesengsaraan menuju penerangan.

Lambang kebebasan dan pelepasan

Ini berkaitan dengan penerimaan terhadap ikatan duniawi. Tradisi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai saat kita mampu melepaskan, misalnya, dengan melepaskan ikatan akan emosi negatif, hal-hal yang berkaitan dengan materialistis, ambisi, dan sikap-sikap duniawi lainnya yang dapat mengganggu hati.

Melepaskan lampion juga berarti mengurangi beban dalam hidup untuk membuka diri menjadi bagian dari perjalanan spiritual demi mencapai kedamaian.

Cahaya Dharma yang menerangi jalan

Cahaya Dharma bagi para pengikut Buddha adalah salah satu cahaya yang dapat menerangi setiap aspek kehidupan manusia. Dalam melepasnya di kegelapan malam, cahaya ribuan lampion bermakna sebagai pengingat untuk hidup menjadi lebih bijaksana, penuh kasih, dan disertai kesadaran penuh karena dari setiap rintangan pasti akan selalu ada jalan keluar, apabila kita mengikuti dan berada dalam situasi menuju kebenaran.

Baca juga: Rayakan Waisak: Susuri Makna dan Keunikan Trisuci dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia

Jadi, Kawan GNFI, ternyata pelepasan lampion ini bukan hanya sekadar perayaan tahunan. Bagi umat Buddha, maknanya sangat deep dan dapatmenjadi refleksi batin untuk senantiasa bangkit, menjaga ketenangan, serta melepaskan segala penderitaan menuju pencerahan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.