Jaran Bodhag adalah salah satu kesenian khas yang berasal dari Probolinggo. Kekayaan seni budaya lain yang khas Probolinggo, termasuk kerapan sapi dan budaya masyarakat Tengger.
Letak Kabupaten Probolinggo di daerah pantai yang berhadapan dengan Pulau Madura. Penduduknya pun dalam komposisi utama ditempati orang-orang yang berasal dari Madura.
Itu sebabnya kekhasan Madura turut mewarnai seni budaya yang eksis di Probolinggo. Selain yang kental seperti Kerapan Sapi, musik khas Madura melengkapi kehadiran Jaran Bodhag.
Baca Juga: Meriahnya Arak-arakan Seni-Budaya Tradisional di Hari Jadi Desa Bulukerto
Apa Itu Kesenian Jaran Bodhag?
Jaran Bodhag lahir dari tuntutan kondisi setempat yang membutuhkan adaptasi dan modifikasi dari jenis kesenian lain. Kesenian tradisional ini merupakan turunan dari Jaran Kencak, yang juga khas Probolinggo.
Jaran Kencak menggunakan kuda tungganan sebagai bagian utama dari pertunjukan. Berdasarkan hal ini Jaran Bodhag melakukan modifikasi, mengganti kuda dengan kuda-kudaan atau kuda buatan.
Dalam bahasa Jawa, kata “Jaran” berarti “kuda” dan kata “Kencak” atau “ngencak” bermakna “menari”. Sementara untuk “bodhag”, di dalam bahasa Jawa kata ini memiliki arti sebagai “wadah”.
Melalui pemaknaan arti kata ini, Jaran Kencak dapat dipahami sebagai seni pertunjukkan yang menampilkan penunggang kuda yang melakukan gerakan menari bersama kudanya.
Sementara Jaran Bodhag adalah jenis pertunjukkan yang mirip dengan Jaran Kencak, tetapi tidak menggunakan kuda “beneran”, melainkan kuda-kudaan, kuda buatan, atau kuda tiruan.
Jika melihat Jaran Kencak, kuda-kuda dalam pertunjukan menggunakan semacam busana sertai berbagai aksesoris dengan warna-warna mencolok. Kuda-kudaan pada Jaran Bodhag juga demikian.
Dalam pertunjukannya, kesenian ini tak lepas dari iringan musik tradisional. Para seniman menggunakan berbagai alat musik yang lazim terdapat para perangkat gamelan, termasuk sronen khas Madura.
Hal lain, pementasan Jaran Bodhag tak lepas dari penyajian sesajen sebagai pendukung penyelenggaraan. Sesajen untuk tuan rumah serta sesajen untuk pemain, gamelan, dan pengantin.
Baca Juga: Revitalisasi Seni Tradisional, Harapan untuk Masa Depan Kebudayaan Indonesia
Asal Usul dan Perkembangan Sejarah Kesenian Jaran Bodhag
Jaran Bodhag diyakini oleh masyarakat setempat telah eksis pada masa awal kemerdekaan. Pada situasi dan kondisi saat itu, masyarakat membutuhkan kesenian sebagai sarana hiburan.
Namun bagi kalangan warga yang terbatas secara ekonomi, cukup berat untuk membiayai penampilan Jaran Kencak. Berangkat dari kondisi ini, lahirlah kreasi yang menggunakan kuda buatan.
Kuda-kudaan ini dibuat menggunakan kayu atau rotan yang menyerupai kepala kuda hingga bagian leher. Selebihnya, menggunakan perlengkapan sebagaimana dikenakan pada kuda di Jaran Kencak.
Penunggang “kuda” dalam pementasan Jaran Bodhag akan mengajak kuda-kudaannya menari. Ia beraksi seolah sedang menaiki kuda tunggangan. Padahal, kakinya sedang menapak tanah.
Seni pertunjukan ini semula identik dengan atraksi yang ditampilkan pada hajatan, seperti pada pernikahan, selamatan, atau khitanan. Namun seiring perkembangan zaman, pementasan ini tanpa batas kelas sosial.
Masyarakat penanggapnya juga semakin naik kelas, bukan lagi terbatas di kalangan bawah. Bahkan, digunakan juga untuk mengisi acara-acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintahan.
Jaran Bodhag menjadi seni pertunjukan yang sangat mendukung keberadaan dunia pariwisata Probolinggo. Seni pertunjukan ini sudah menjadi ikon, budaya khas kebanggaan Probolinggo.
Perjalanan paling mengesankan tentu tak lepas dari pemilihan Jaran Bodhag sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkannya pada 17 Oktober 2014.
Baca Juga: Seni Pertunjukan Tradisional yang Mendunia dan Hanya Ada di Indonesia, Ini Daftarnya!
Makna Simbolik dari Kesenian Jaran Bodhag
Wawan Kuswandoro dalam laman lecture.ub.ac.id menjelaskan, Jaran Bodhag pada masa dulu adalah pertunjukan tradisional yang dihelat oleh warga di pesisir yang terbatas secara ekonomi.
Namun kini, kesenian Jaran Bodhag telah berada pada posisi yang berbeda. Beranjak dari statusnya yang semula merupakan seni pertunjukan yang mengisi kehidupan masyarakat kelas bawah.
Jaran Bodhag masuk jajaran ragam seni pertunjukan tradisional kebanggaan Probolinggo. Pemerintah kota Probolinggo melibatkan atraksi ini sebagai seni budaya khas dari Probolinggo.
Jaran Bodhag secara rutin dihadirkan pada acara-acara tertentu yang diinisiasi oleh pemerintahan daerah. Misalnya agenda acara resmi atau rangkaian sambutan pejabat baru.
Kuswandoro menyebutkan, Jaran Bodhak pada saat kemunculannya mengusung sistem makna milik bersama. Dalam konteks zaman saat itu, masyarakat dengan harapan dan hasrat berkesenian.
“Terdapat simbol pemaknaan dan ekspresi kegembiraan dan simbol eksistensi kaum marginal, yang karena keterbatasannya, mereka menghendaki ‘hak berkesenangan’ dan ber-eksistensi, dengan menggunakan instrumen Jaran Bodhag,” jelasnya.
Menurut dosen FISIP Universitas Brawijaya, ini juga berarti demikianlah cara hidup masyarakat yang mengkreasi Jaran Bodhak tersebut.
Menurutnya, interaksi antaranggota masyarakat tetap terekat dengan ikatan solidaritas yang tetap terjaga melalui kegiatan seni pertunjukan yang mereka buat sesuai dengan ‘teknologi’ dan kondisi bersama.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News