Dalam suasana peringatan Hari Pendidikan Nasional, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed, meresmikan Rumah Belajar Namorambe pada Minggu (4/5). Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Deliserdang, pimpinan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), serta pengurus Muhammadiyah Sumatera Utara.
Berlokasi di Desa Gunung Kelawas, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, Rumah Belajar ini bukan sekadar bangunan yang diisi oleh anak-anak. Ia adalah ruang alternatif yang lahir dari kebutuhan akan pendidikan yang tidak terjangkau oleh sistem formal.
Peresmian ini bukan sekadar agenda seremonial. Ia merepresentasikan bentuk nyata dari kepedulian terhadap pendidikan yang selama ini masih menghadapi tantangan besar di banyak wilayah Indonesia. Ketimpangan akses dan kualitas pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Di sinilah inisiatif lokal seperti Rumah Belajar Namorambe menjadi relevan dan layak diapresiasi.
Dalam sambutannya, Menteri Mu'ti menyampaikan, "Kami di Kementerian menyadari betul akan adanya keterbatasan dalam pemberian layanan pendidikan untuk anak-anak Indonesia, terutama mereka yang secara geografis tinggal di wilayah-wilayah yang memang tidak mudah terjangkau oleh layanan pendidikan formal."
Rumah belajar ini digagas oleh Humanity First Indonesia, sebuah lembaga kemanusiaan yang berada di bawah naungan Jamaah Muslim Ahmadiyah Indonesia. Menariknya, meskipun baru diresmikan secara simbolis, rumah belajar ini sejatinya telah aktif sejak 2018 dan kini menampung 32 siswa sekolah dasar.
Di sana, anak-anak belajar tidak hanya pelajaran akademik, tetapi juga pendidikan akhlak, sesuatu yang seringkali luput dalam sistem pendidikan kita yang terlalu terbebani angka dan target.
Menteri Mu'ti juga menambahkan terkait komitmen pemerintah dalam menghadirkan layanan pendidikan bermutu bagi semua anak Indonesia, tanpa terkecuali, "Kami sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, berusaha untuk memberikan layanan pendidikan bermutu untuk semua.
Maknanya adalah bahwa pertama, tidak boleh dan tidak seharusnya ada anak-anak Indonesia yang tidak punya kesempatan belajar karena keadaan ekonominya, karena tempat tinggalnya, karena keadaan fisiknya, karena agamanya, karena sukunya atau sebab lain yang menyebabkan mereka tidak dapat belajar sebagaimana mestinya."
Masyarakat telah merasakan manfaat dari Rumah Belajar Namorambe ini. Bukan hanya Pelajaran-pelajaran sekolah, rumah belajar ini juga memberikan materi pendidikan akhlak kepada anak-anak. Saat ini, rumah belajar menampung 32 siswa tingkat Sekolah Dasar.
Peresmian Rumah Belajar Namorambe ini menjadi bukti nyata komitmen bersama dalam mewujudkan amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal itu tersirat dalam penjelasan Mendikdasmen bahwa pemerintah senantiasa berstrategi untuk memperkuat tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non-formal.
Dalam upaya penguatan strategi ini, sebaran akses belajar menjadi salah satu jalannya. Tidak hanya melalui jalur sekolah atau schooling system, tetapi juga melalui jalur-jalur belajar atau learning system. Beliau juga menyampaikan apresiasi atas berdirinya rumah belajar Namorambe ini dan juga rumah belajar yang lainnya yang diselenggarakan oleh Jamaah Ahmadiyah Indonesia, sebagai partisipasi nyata dari komunitas.
Di tengah wacana besar soal pendidikan nasional, kehadiran rumah belajar seperti ini mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah hak yang semestinya hadir dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ketika negara dan masyarakat sipil berjalan beriringan dalam menyediakan akses belajar yang layak, maka pendidikan harus menjadi sebuah kenyataan, bukan lagi janji kampanye politisi.
Keterbatasan infrastruktur, jarak geografis yang ekstrem, kondisi sosial-ekonomi yang timpang, hingga bias-bias sektarian kerap menjadi tembok penghalang bagi anak-anak untuk mendapatkan hak pendidikannya. Dalam konteks inilah, Rumah Belajar Namorambe hadir sebagai jembatan penghubung.
Partisipasi komunitas seperti yang dilakukan oleh Humanity First Indonesia dan Jamaah Muslim Ahmadiyah menjadi contoh konkret bahwa pendidikan bisa tumbuh dari solidaritas. Bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa memang tugas konstitusional negara, tapi hakikatnya adalah tanggung jawab kolektif.
Acara ditutup peresmian Rumah Belajar Namorambe dan disertai harapan bahwa kehadiran rumah belajar ini dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan pendidikan di daerah lain.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News