Ifa Isfansyah adalah sineas Indonesia yang film-film bikinannya telah meramaikan dunia perfilman nasional. Sejumlah filmnya berhasil memancing perhatian publik, di antaranya ialah Garuda di Dadaku (2009), Sang Penari (2011), Pendekar Tongkat Emas (2014), dan Losmen Bu Broto (2021).
Sosok lulusan Institut Seni (ISI) Yogyakarta tak jarang pula mendapat penghargaan lewat karyanya. Salah satu contohnya mini serial Gadis Kretek yang digarap Ifa bersama istrinya, Kamila Andini meraih gelar “Best Mini Series” di Seoul International Drama Awards 2024.
Banyak mimpi dan harapan telah direalisasikan Ifa, tapi tentu belum semua. Salah satu harapan yang ingin sekali ia lihat di masa depan ialah pengarsipan film Indonesia bisa semakin bagus. Apa alasannya?
Pengarsipan Film
Jawabannya karena akses yang mudah bisa tercipta jika pengarsipan filmnya bagus. Ifa sendiri memiliki pengalaman pahit terutama ketika ia merasa kesulitan menemukan film pertama Indonesia.
“Saya kadang-kadang sangat sedih pengin akses film pertama Indonesia susah,” ucap Ifa kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Diakui Ifa, itu bukanlah sekadar mimpi darinya melainkan mesti dijadikan pekerjaan rumah bersama demi pengarsipan film yang lebih bagus.
“Bisa dibilang bukan mimpi saya, tapi harapan saya kita punya archiving yang bagus biar film-film saya, JAFF (Jogja Asian Film Festival), atau semuanya terasip bisa diakses 100 tahun lagi. Itu PR besar sekali, tapi harapan saya semua terdokumentasikan dan bisa terbaca,” ucapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News