kebangsaan - News | Good News From Indonesia 2025

Pendidikan yang Membesarkan dan Membentuk Jiwa Kebangsaan

Pendidikan yang Membesarkan dan Membentuk Jiwa Kebangsaan
images info

Ada satu kutipan dari Ki Hajar Dewantara yang selalu terngiang dalam benak saya, yaitu “Tujuan pendidikan itu untuk memerdekakan manusia.” Sebuah kalimat yang singkat, tetapi menyimpan makna yang sangat dalam.

Pendidikan bukan hanya sekedar soal nilai ujian ataupun gelar akademik. Namun, tentang bagaimana manusia dibentuk menjadi pribadi yang utuh, berpikir merdeka, bertindak bijak, dan punya kesadaran untuk hidup bagi sesama, bagi bangsanya.

Akan tetapi, saya sering bertanya dalam hati: apakah sistem pendidikan kita hari ini benar-benar memerdekakan? Ataukah justru mempersempit ruang berpikir dan membungkam semangat kebangsaan yang seharusnya tumbuh sejak dini?

Di berbagai sudut negeri, anak-anak masih belajar dengan beban hafalan. Guru mengajar untuk mengejar standar nilai, bukan untuk membentuk karakter. Kita mulai berlomba-lomba menjadi yang “terbaik”, tetapi lupa belajar jadi yang “bermanfaat”.

Pendidikan kita seperti mengejar bentuk tanpa isi. Ironisnya, di tengah arus informasi global, banyak dari kita lebih fasih menyebut nama tokoh luar negeri daripada memahami tokoh-tokoh bangsa sendiri.

Kenapa 2 Mei Diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional? Ini Sejarahnya

Di sinilah letak persoalannya. Pendidikan di Indonesia terlalu lama berdiri di persimpangan antara sistem lama yang kaku dan tuntutan zaman yang serba cepat. Kita lupa bahwa pendidikan bukan sekedar instrumen ekonomi, tapi juga fondasi kebangsaan.

Bayangkan jika sejak bangku sekolah, anak-anak tidak hanya diajarkan matematika dan IPA. Namun, juga diajak berdiskusi soal keadilan sosial, pentingnya persatuan, semangat gotong-royong, keberagaman, dan menjaga tanah air.

Bukan hanya dalam bentuk ceramah satu arah, tapi lewat pengalaman nyata, yaitu berkolaborasi dalam proyek komunitas, mengenal budaya daerah lain lewat pertukaran pelajar, atau berdialog lintas agama dan suku dalam suasana yang terbuka.

Saya percaya, membangun semangat kebangsaan tidak bisa dilakukan dengan memaksa cinta tanah air lewat slogan atau upacara seremonial semata. Ia harus tumbuh dari pengalaman yang menyentuh hati.

Dari interaksi yang membentuk empati. Dari ruang belajar yang merdeka dan inklusif, tempat setiap anak merasa dihargai dan didengar.

Masalahnya, pendidikan kita masih terlalu terpusat. Kurikulum sering kali tidak memberi ruang pada konteks lokal. Anak-anak di Papua belajar dengan buku yang sama persis dengan anak-anak di Jakarta, tanpa mempertimbangkan perbedaan latar sosial dan budaya.

Padahal, rasa memiliki terhadap bangsa akan tumbuh jika anak-anak merasa bahwa negaranya memahami dan menghargai identitas mereka.

Di sinilah pentingnya peran guru. Lebih dari sekedar pengajar, guru adalah penanam nilai. Namun, bagaimana mungkin mereka bisa menanam semangat kebangsaan jika mereka sendiri dibatasi sistem yang tidak memberi ruang kreativitas dan refleksi?

Hari Pendidikan Nasional 2025: Tema Resmi, Logo & Maknanya

Pemerintah harus berani berinvestasi, bukan hanya dalam infrastruktur fisik, tapi juga dalam membangun kapasitas guru sebagai agen perubahan.

Guru yang diberdayakan akan mampu menginspirasi. Dan murid yang terinspirasi akan tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga cinta tanah air.

Saya membayangkan Indonesia yang pendidikannya tidak hanya mencetak pekerja, tapi juga pemikir. Yang lulusannya tidak hanya mengejar pekerjaan, tapi juga membawa misi kebangsaan ke mana pun mereka pergi. Yang mampu bersaing di tingkat global, tapi tetap berpijak pada nilai-nilai luhur bangsa.

Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya untuk masa depan individu, tapi untuk masa depan bangsa. Kita tidak bisa berharap lahirnya generasi yang mencintai Indonesia, jika sejak kecil mereka tidak pernah diajak merasa menjadi bagian darinya.

Sudah saatnya kita kembali pada semangat awal: menjadikan pendidikan sebagai jalan menuju kemerdekaan sejati. Bukan hanya merdeka dalam berpikir, tapi juga dalam mencintai negeri ini tanpa syarat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.