Matahari baru saja terbit, tetapi Pasar Kentu sudah ramai oleh hiruk-pikuk penjual dan pembeli. Aroma rempah-rempah, sayuran segar, dan kuliner tradisional memenuhi udara, sementara suara tawar-menawar dan sapaan hangat antarwarga menciptakan suasana yang hidup.
Pasar ini bukan sekadar tempat transaksi, melainkan jantung denyut kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Purworejo.
Sebagai salah satu pasar tradisional paling ikonik di daerah Purworejo, Pasar Kentu telah menjadi simbol kearifan lokal yang bertahan di tengah gempuran modernisasi.
Seperti diungkapkan oleh salah seorang pedagang, "Kalau belum ke Pasar Kentu, belum lengkap rasanya ke Purworejo." Kalimat itu bukanlah sekadar pujian, melainkan bukti betapa pasar ini telah melekat dalam identitas dan kebanggaan warga setempat.
Dilansir melalui mojok.co, asal usul nama "Kentu" konon berasal dari kata "ken tuku" (disuruh membeli). Sebuah julukan yang agak liar, tetapi memiliki nilai kearifan lokal yang mendalam dari bahasa Jawa.
Namun, ada pula versi lain yang menyebut bahwa kenthu" (berkumpul) yang merujuk pada fungsi pasar sebagai tempat bertemunya warga dari berbagai penjuru.
Terlepas dari asal-usulnya, nama tersebut telah melekat selama puluhan tahun, menjadi bagian dari cerita rakyat yang dipercaya turun-temurun.
Pasar Jongke Solo Pasca Revitalisasi, Masih Butuh Peningkatan dan Dukungan
Pasar Kentu diperkirakan telah berdiri sejak era kolonial Belanda. Ini merupakan salah satu pasar tradisional tertua di Purworejo. Sejak dulu, pasar ini berperan sebagai pusat perputaran ekonomi, tempat petani, pedagang, dan pembeli bertransaksi berbagai komoditas.
Sudah banyak yang dihasilkan, mulai dari hasil bumi hingga kerajinan tangan. Tidak hanya itu saja, Pasar Kentu juga dikenal sebagai salah satu titik distribusi penting bagi rempah-rempah dan bahan pangan di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.
Lokasinya yang strategis, hanya beberapa ratus meter dari alun-alun Purworejo, membuat pasar ini bukan pasar biasa karena jaraknya yang tidak jauh oleh warga lokal maupun pendatang.
Pasar Kentu juga dilintasi oleh angkutan umum seperti becak, bus kecil, dan mobil pedagang dari desa sekitar. Kedekatannya dengan pusat pemerintahan dan fasilitas publik semakin memperkuat posisinya sebagai pasar yang tak pernah sepi dari aktivitas.
Daya Tarik Pasar Kentu
1. Kuliner Tradisional yang Legendaris
Pasar Kentu adalah surga bagi pecinta kuliner tradisional dengan cita rasa autentik. Di sini, pengunjung dapat menemukan nasi leash. Sebuah hidangan nasi dengan kuah santan dan rempah khas yang konon resepnya telah diwariskan sejak era Mataram Islam.
Tak kalah popular juga adalah sate ambal dengan bumbu tempe kemul yang gurih, serta jenang grendul atau yang dikenal dengan bubur ketan manis.
Bagi yang menyukai panganan tradisional, thiwul dari singkong olahan menjadi bukti kearifan lokal dalam mengolah bahan pangan sederhana menjadi sajian bernilai tinggi.
Setiap hidangan tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan cerita tentang tradisi Jawa yang tetap lestari di tengah zaman.
2. Barang-barang Unik dan Kerajinan Lokal
Selain kuliner, Pasar Kentu juga memanjakan mata dengan aneka produk lokal yang sulit ditemukan di tempat lain. Hasil pertanian segar seperti sayuran organik dari lereng Gunung Menoreh dan buah-buahan musiman selalu menjadi buruan pembeli.
Pasar Gedhe Surakarta, Nadi Ekonomi yang Tak Lekang oleh Waktu
Bagi pencinta kerajinan, anyaman bambu dengan pola rumit dan batik jlamprang khas Purworejo dengan motif geometris yang terinspirasi dari pengaruh budaya Arab juga menjadi oleh-oleh bernilai seni tinggi.
Barang-barang ini tidak hanya mencerminkan keahlian para pengrajin. Namun, juga menjadi representasi kekayaan budaya Purworejo yang terus dijaga.
3. Atmosfer dan Interaksi Sosial
Pasar Kentu benar-benar bukan pasar biasa karena atmosfernya yang hangat dan personal. Tawar-menawar di sini bukan sekadar transaksi, melainkan ajang interaksi penuh tawa dan cerita.
Para pedagang dengan sabar menjelaskan asal-usul dagangannya, sementara pembeli sering kali disuguhi secangkir teh atau kopi sebagai bentuk keramahan.
Bagi warga Purworejo, pasar ini lebih dari sekadar tempat belanja. Pasar ini adalah ruang silaturahmi tempat kabar desa dan cerita hidup bertukar. Di tengah gempuran pasar modern, Pasar Kentu tetap bertahan sebagai living monument yang menjaga denyut kehidupan sosial masyarakat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News