pasar gedhe surakarta nadi ekonomi yang tak lekang oleh waktu - News | Good News From Indonesia 2025

Pasar Gedhe Surakarta, Nadi Ekonomi yang Tak Lekang oleh Waktu

Pasar Gedhe Surakarta, Nadi Ekonomi yang Tak Lekang oleh Waktu
images info

Di tengah gempuran pusat perbelanjaan modern dan e-commerce yang semakin mendominasi ruang ekonomi kota. Pasar tradisional kerap kali dipandang sebelah mata, seperti yang kita tahu sebenarnya pasar bukan sekadar tempat jual beli saja tetapi juga merupakan simpul kehidupan, interaksi sosial, hingga cermin perkembangan ekonomi suatu kota.

Salah satu contoh terbaik dari warisan ekonomi tradisional yang masih bertahan hingga saat ini ialah Pasar Gedhe di Surakarta. Pasar ini bukan hanya tempat transaksi ekonomi, namun juga sebagai penanda sejarah penting dalam pembentukan ekonomi perkotaan di Jawa, khususnya di Surakarta. Perkara Pasar Gedhe dan sejarahnya bukanlah soal romantisme masa lalu semata, melainkan upaya memahami bagaimana ruang ekonomi urban terbentuk, bertransformasi, dan bertahan dalam pusaran zaman.

Pasar Gedhe atau lengkapnya Pasar Gede Hardjonagoro, pada 1927 oleh Thomas Karsten seorang arsitek Belanda terkenal yang merancang bangunan Pasar Gedhe ini dan selesai dibangun pada tahun 1930. Di mana bangunan ini dirancang bukan hanya sebagai tempat berdagang, tetapi sebagai pusat aktivitas kota yang mengakomodasi fungsi sosial dan budaya masyarakat Jawa dan Tionghoa.

Lokasinya yang strategis di jantung kota Surakarta lebih tepatnya di Jalan Urip Sumoharjo Sudiroprajan Jebres Surakarta, dekat dengan Keraton Surakarta dan Balai Kota hal ini menunjukkan bahwa sejak awal pasar ini memang dirancang sebagai pusat perputaran ekonomi utama kota. Melihat fakta bahwa Pasar Gedhe dibangun oleh pemerintah kolonial dan bekerja sama dengan otoritas lokal menunjukkan bagaimana pasar tradisional memainkan peran penting dalam strategi pembangunan kota pada masa itu.

Dalam konteks sejarah ekonomi perkotaan pembangunan pasar ini adalah wujud dari pendekatan kolonial yang berusaha mengatur ulang ruang kota agar lebih “efisien” secara ekonomi, namun tetap mempertahankan struktur sosial lokal. Ini tercermin dalam desain pasar yang menggabungkan unsur arsitektur Indische dengan ornamen Jawa, simbol dari pertemuan budaya ekonomi dan politik kolonial.

Pasar Gedhe Surakarta (sumber foto asli pemilik)
info gambar

Bukanlah sekadar warisan arsitektural, sejak awal Pasar Gedhe telah menjadi ruang interaksi ekonomi antar komunitas Jawa, Tionghoa, hingga Arab. Dari sayur-mayur, daging, hingga perhiasan, segala kebutuhan rumah tangga tersedia di sini.

Kegiatan jual beli berlangsung dengan sistem yang sebagian besar berbasis pada hubungan sosial, bukan semata mekanisme harga. Dalam pandangan ekonom urban kontemporer ini merupakan bentuk “ekonomi sosial” yang memperlihatkan bagaimana kepercayaan dan jaringan sosial dapat menopang kelangsungan ekonomi lokal. Menurut studi oleh Herlina (2016) dalam Jurnal Arsitektur NALARs, Pasar Gedhe masih mempertahankan sekitar 70% fungsi aslinya meskipun telah beberapa kali mengalami revitalisasi.

Ini juga menandakan daya tahan struktur ekonomi tradisional dalam menghadapi perubahan zaman. Kasus ini menunjukkan bahwa revitalisasi pasar tidak harus menghapus identitas lamanya, melainkan bisa menjadi alat untuk memperkuat keberlanjutan ekonomi tradisional di tengah modernisasi.

Namun terkadang sangat disayangkan masih ada beberapa pemerintah kota di Indonesia justru menganggap pasar tradisional sebagai “beban visual” atau sumber kemacetan, alih-alih sebagai bagian penting dari infrastruktur ekonomi kota. Misalnya dapat dilihat dari banyaknya pasar yang digusur atau diubah menjadi pusat perbelanjaan modern.

Disinilah letak pentingnya bagaimana memahami pasar seperti Pasar Gedhe dalam konteks sejarah ekonomi perkotaan dimana sekali lagi pasar bukan hanya tempat untuk jual beli, tetapi juga ruang resistensi terhadap dominasi kapitalisme global yang homogen. Salah satu contoh nyata ketangguhan Pasar Gedhe terlihat saat pandemi COVID-19.

Meski sempat terpukul, para pedagang tetap mampu bertahan dengan mengandalkan jaringan pelanggan tetap, penyesuaian jam operasional, bahkan memanfaatkan teknologi sederhana seperti WhatsApp untuk menerima pesanan, adapun penggunaan media sosial lainnya untuk sistem marketing seperti Instagram, tiktok, maupun X yang mana hal ini bisa mempromosikan UMKM yang ada di pasar gedhe dengan lebih menarik dan mampu membuat penonton menjadi minat untuk membeli dan bahkan hanya sekedar berkunjung ataupun kulineran.

Mengingat sekarang banyak wisatawan lokal dari berbagai daerah yang bila ke Surakarta pasti berkunjung ke Pasar Gedhe karena memang tempat ini sudah menjadi ikon dari Surakarta. Ini menunjukkan bahwa ekonomi lokal yang berbasis relasi sosial memiliki resiliensi tinggi saat menghadapi krisis.

Ke depan, pendekatan pembangunan kota harus mengakui keberadaan pasar tradisional sebagai bagian dari ekonomi perkotaan yang inklusif. Pasar Gedhe membuktikan bahwa modernisasi tidak harus identik dengan penghapusan tradisi. Justru, dengan kebijakan yang tepat seperti perbaikan fasilitas, penyediaan pelatihan digital untuk pedagang, hingga perlindungan hukum terhadap ruang pasar-pasar tradisional bisa menjadi pusat ekonomi lokal yang tangguh dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Sejarah Pasar Gedhe Surakarta merupakan cermin dari dinamika ekonomi perkotaan Indonesia. Bukan hanya bagian dari masa lalu saja tetapi juga masa kini dan masa depan. Ketika pasar modern terus menjamur, keberadaan Pasar Gedhe menunjukkan bahwa sistem ekonomi yang berbasis komunitas dan tradisi masih memiliki tempat dalam lanskap urban hingga kini. Maka dari itu upaya pelestarian dan penguatan fungsi pasar tradisional harus menjadi bagian dari strategi pembangunan kota yang lebih adil dan berkelanjutan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

UF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.