Hari Bumi merupakan hari peringatan sedunia dalam rangka meningkatkan kesadaran manusia terhadap bumi, yang tidak lain dan tidak bukan adalah tempat tinggalnya. Hari Bumi diperingati pada tanggal 22 April setiap tahun.
Dalam rangka merayakan Hari Bumi, kita sejatinya harus terus meningkatkan kepedulian terhadap tempat tinggal kita, agar bumi yang kita tempati ini bisa terus terjaga dan terawat.
Menjaga dan merawat Bumi bisa dimulai dari langkah-langkah kecil, seperti menerapkan kegiatan yang ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi.. Kawan GNFI sadar nggak? Kalau ternyata, budaya lokal Indonesia yang selama ini sudah ada secara tidak langsung juga mendukung kita untuk ramah lingkungan, loh!
Penasaran apa saja? Yuk, kita simak!
Pedagang Sayur Keliling
Kawan GNFI pasti pernah atau bahkan sering menjumpai pedagang sayur keliling! Para pedagang sayur keliling itu ada yang naik motor, mobil bak terbuka, sepeda, dan lain-lain. Ternyata, dengan hadirnya pedagang sayur keliling yang datang ke depan rumah kita dan kita membeli sayur-mayur melalui mereka, kita sudah memberikan langkah kecil dalam upaya menjaga bumi, kok bisa?
Para pedagang sayur keliling membawa hasil tani langsung dari petani lokal ataupun dari pihak kedua, sehingga pedagang sayur keliling tidak memerlukan distribusi yang panjang untuk menjual hasil tani tersebut. Distribusi pangan yang panjang baik dari segi produksi, transportasi, dan penanganannya dapat menghasilkan emisi gas karbondioksida yang signifikan. Semakin panjang distribusinya, akan semakin banyak pula jejak karbon yang dihasilkan.
Jika dibandingkan dengan hasil tani yang bereda di supermarket, dimana sayur dan buah-buahan yang tersedia memerlukan distribusi yang panjang, membeli sayur dan buah melalui pedagang sayur keliling bisa menjadi upaya dalam menjaga dan merawat bumi.
Membeli hasil tani melalui pedagang sayur keliling juga memberikan kita alternatif dalam rangka mengurangi sampah plastik. Melalui pedagang sayur keliling, Kawan GNFI bisa berbelanja menggunakan tas belanja sendiri yang tentunya bisa dipakai berkali-kali tanpa menghasilkan sampah plastik.
Lain halnya jika membeli di supermarket, dimana terkadang buah-buahan yang tersedia sudah dikemas dengan plastik. Hal tersebut juga bisa mengurangi ketergantungan terhadap supermarket besar yang kebanyakan mengandalkan plastik dan pengemasan massal. Sehingga, apabila Kawan GNFI belanja di tukang sayur keliling tanpa kantong plastik, Kawan GNFI sudah satu langkah lebih maju dalam upaya menjaga dan merawat bumi.
Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
Di daerah rumah Kawan GNFI ada TOGA? Wah, beruntung sekali! Karena ternyata, dengan adanya TOGA juga menjadi upaya untuk ramah lingkungan, loh!
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) atau dikenal juga sebagai apotek hidup merupakan tanaman yang ditanam di area lingkungan rumah, baik di halaman masyarakat ataupun pekarangan pribadi.
Jenis-jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman rimpang, lidah buaya, daun sirih, sereh, dan masih banyak lagi. Dengan menanam dan mengonsumsi tanaman obat yang kita tanam sendiri, kita sudah selangkah lebih maju dalam memberikan aksi nyata untuk ramah lingkungan.
Jika ditinjau lebih jauh, tanaman TOGA seperti jahe, kunyit, dan daun sirih membantu masyarakat untuk memiliki obat herbal alami yang bisa dijangkau langsung di rumah sehingga dapat mengurangi penggunaan obat kimia yang umumnya dibungkus dengan kemasan plastik.
Menanam tanaman obat di pekarangan rumah juga menjadikan kita turut menjaga keberagaman flora dimana hal tersebut penting untuk keseimbangan ekosistem dan menjaga tanah tetap subur, sebagai bentuk penghijauan pada lahan sempit, juga sebagai upaya dalam mendaur ulang sampah seperti menggunakan botol plastik atau galon sebagai pot tanaman.
Penggunaan Besek sebagai Kemasan
Besek merupakan keranjang yang terbuat dari anyaman bambu. Besek banyak digunakan untuk mengemas makanan seperti wadah nasi gudeg, sebagai hantaran makanan, wadah oleh-oleh, dan lain sebagainya.
Besek merupakan tempat yang higienis dan tidak mengandung bahan kimia karena terbuat dari bahan alami. Besek memiliki celah udara yang sempit sehingga membuat makanan tidak mudah basi. Penggunaan Besek sebagai kemasan makanan merupakan langkah yang tepat untuk ramah lingkungan.
Besek terbuat dari bambu, dimana bambu merupakan material yang ramah lingkungan karena dapat tumbuh dengan cepat dan tidak memerlukan banyak air. Sehingga hal ini juga baik dalam mengurangi water footprint.
Penggunaan Besek sebagai kemasan juga bisa mengurangi ketergantungan terhadap plastik, dimana Besek dapat digunakan berulang kali jika dibandingkan dengan plastik yang pemakaiannya cukup beberapa kali saja atau bahkan satu kali.
Tiga budaya tersebut merupakan salah satu contoh upaya ramah lingkungan. Maka dari itu, yuk, kawan, kita lestarikan budaya-budaya tersebut guna menjaga bumi kita!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News