semangat kartini perempuan muda mengawal ruang digital aman bagi anak - News | Good News From Indonesia 2025

Semangat Kartini Perempuan Muda Mengawal Ruang Digital Aman bagi Anak

Semangat Kartini Perempuan Muda Mengawal Ruang Digital Aman bagi Anak
images info

Indonesia tercatat memiliki populasi sebanyak 280 juta jiwa dengan 350 juta nomor seluler aktif. Jumlah nomor aktif ini sekaligus memberikan daya bayang seberapa aktif masyarakat umum terkoneksi dengan internet.

Melalui angka-angka ini, tergambarkan seberapa besar tantangan yang dihadapi para pemangku kepentingan. Hal ini erat terkait dengan permasalahan yang merebak berkenaan dengan konten digital yang negatif, terutama bagi anak.

Meskipun demikian dengan bekal semangat yang diwariskan Kartini, sejumlah perempuan muda dari berbagai komunitas membulatkan tekad untuk berada di garda terdepan dalam mengawal ruang digital.

Kartini Talks bersama Organisasi Kepemudaan Perempuan

Momentum jelang peringatan Hari Kartini dimanfaatkan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) untuk mengadakan audiensi bertajuk Kartini Talks.

Kesempatan ini digunakan Menkomdigi Meutya Hafid untuk menerima sembilan perwakilan organisasi kepemudaan (OKP) Perempuan Cipayung Plus bertempat di Kantor Pusat Kemkomdigi.

Acara Kartini Talks ini mengusung semangat perempuan muda Indonesia dalam menemukan ruang aktualnya di tengah gempuran tantangan era digital, menyasar sosok rentan seperti anak dan perempuan.

Pertemuan yang berlangsung ini, bukan sekadar seremoni. Namun melahirkan komitmen nyata di mana perempuan muda siap menjadi garda depan dalam mengawal pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025.

Baca Juga: Mengenal SAMAN, “Alat” untuk Lindungi Anak dari Konten Jahat di Media Sosial

PP Tunas: Perlindungan Anak dari Konten dan Interaksi Digital Berbahaya

Peraturan Pemerintah Nomor 17 ini hendak mengatur hal-hal berkenaan dengan Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik Dalam Pelindungan Anak atau disebut juga sebagai PP Tunas.

Materi yang termuat dalam PP ini, antara lain mencakup penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam pelindungan Anak, pengawasan penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam pelindungan Anak, sanksi administratif, dan peran serta kementerian/lembaga dan masyarakat.

Regulasi baru ini dihadirkan dan menjadi pusat perhatian dalam rangka untuk melindungi anak. Terutama dari konten dan interaksi di ruang digital yang mendatangkan bahaya bagi mereka.

“Kami sangat mengapresiasi kehadiran dan semangat teman-teman OKP Perempuan. Banyak dari mereka datang dengan inisiatif dan harapan besar untuk turut berkontribusi,” ungkap Meutya Hafid.

Menkomdigi menyebutkan salah satunya fokus perhatian dan kontribusi tersebut adalah memastikan literasi digital terus berkembang. PP Tunas diharapkan dapat dijalankan secara nyata di tengah masyarakat.

Baca Juga: Pemerintah Dorong Literasi Digital, Apa Pentingnya bagi Perempuan?

Anak-anak Rentan di Ruang Digital

Dalam pertemuan tersebut, Meutya Hafid memberikan penekanan pada pentingnya kolaborasi berbagai pihak. Hal ini untuk memastikan PP Tunas tidak berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar terlaksana.

Lebih jauh, Meutya mengungkapkan bahwa sembilan perwakilan OKP Perempuan yang hadir menyampaikan keprihatinan yang sama. Perhatian ini tertuju pada kondisi generasi muda, khususnya anak-anak, yang semakin rentan di ruang digital.

Itu sebabnya edukasi, sosialisasi, dan pengawasan pelaksanaan kebijakan dipandang sebagai langkah penting yang harus dilakukan secara bersama-sama.

“Mereka merasa bahwa PP ini jika dilaksanakan, diterapkan dengan baik, dapat melindungi anak-anak kita,” ujar Meutya. Ia berharap bekerja sama dalam edukasi, sosialisasi, dan pengawasan atas pelaksanaan PP ini.

Baca Juga: Generasi Cerdas Digital, Awasi Anak dari Bahaya Media Sosial

Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO)

Wulan Sari AS, Ketua Kopri PB PMII, menyampaikan bahwa ruang digital masih menjadi tempat yang penuh risiko bagi perempuan dan anak-anak. Terutama, dalam bentuk Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).

Menurut Wulan, kasus pelecehan dan kekerasan digital banyak dialami perempuan. Itu sebab ruang digital harus menjadi ruang yang aman dan suportif. Tidak hanya di dunia maya, tetapi juga di dunia nyata.

Audiensi ini bermuara pada kesepakatan awal untuk menyusun agenda kolaboratif. Alternatif formatnya adalah pelatihan relawan literasi digital, penyuluhan di kampus dan sekolah, hingga aktivasi kanal pelaporan KBGO berbasis komunitas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ang Tek Khun lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ang Tek Khun.

AT
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.