generasi cerdas digital awasi anak dari bahaya media sosial - News | Good News From Indonesia 2024

Generasi Cerdas Digital, Awasi Anak dari Bahaya Media Sosial

Generasi Cerdas Digital, Awasi Anak dari Bahaya Media Sosial
images info

Baru-baru ini, media sosial kembali dihebohkan perilaku tidak terpuji yang dilakukan oleh anak-anak. Sebuah video viral menunjukkan sekelompok anak sekolah di Jakarta menghina Palestina saat sedang makan di salah satu restoran cepat saji.

Kejadian ini mengundang kecaman luas dari berbagai pihak. Sebab, tidak hanya menunjukkan kurangnya empati dan kesadaran sosial, tetapi juga mencerminkan penggunaan media sosial yang tidak sehat oleh generasi muda.

Perilaku tersebut menimbulkan pertanyaan serius tentang pengawasan orang tua, peran pendidikan dalam mengajarkan etika digital, dan dampak jangka panjang dari paparan konten yang tidak pantas di media sosial terhadap perkembangan moral anak.

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi muda. Beberapa tahun terakhir, penggunaan media sosial di Indonesia telah meningkat pesat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, mayoritas anak usia 5 tahun ke atas di Indonesia sudah mengakses internet untuk media sosial. Persentasenya mencapai 88,99% alias yang terbesar dibandingkan tujuan mengakses internet lainnya.

Berbagai Manfaat Perkembangan Teknologi untuk Bidang Ekonomi

Darurat pendidikan media sosial di Indonesia berakar pada perubahan besar dalam cara berinteraksi dan belajar di era digital. Media sosial menciptakan fenomena mengkhawatirkan di kalangan anak-anak dan remaja. Kemudahan akses ke perangkat digital dan internet membuat anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial tanpa pengawasan yang baik.

Sebelum hadirnya media sosial, interaksi masyarakat terjadi secara langsung dan pendidikan di sekolah menjadi sumber utama pengetahuan. Kini, media sosial telah menjadi platform utama bagi anak-anak untuk berkomunikasi, mencari hiburan, dan bahkan memperoleh informasi.

Sayangnya, banyak anak-anak hanya sekadar bermain media sosial tanpa memahami risiko dan dampaknya seperti paparan konten negatif, perundungan siber, dan rasa kecanduannya.

Mereka cenderung mengejar popularitas dan pengakuan melalui likes dan followers. Tanpa arahan yang tepat, penggunaan media sosial dapat mengganggu perkembangan psikologis dan sosial.

Tidak hanya anak-anak, orang tua juga kerap terjebak konflik di media sosial. Sering kali terlibat dalam kolom komentar maupun postingan terkait cekcok tidak perlu. Misalnya perbedaan pendapat terhadap satu kasus yang sedang happening atau bahkan hanya sekedar perbedaan menyukai satu figur tertentu.

Situasi ini semakin memperburuk lingkungan digital yang seharusnya lebih aman dan mendidik. Ketika orang tua menunjukkan perilaku negatif di media sosial, anak-anak cenderung menirunya, sehingga menciptakan siklus yang merusak.

Revitalisasi Komunikasi Kesehatan Melalui Teknologi Baru, Transformasi Menuju Masyarakat

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi adalah maraknya bullying di media sosial. Banyak anak menjadi korban perundungan siber yang menyebabkan trauma psikologis mendalam. Sayangnya, banyak dari mereka belum memiliki kemampuan atau dukungan cukup untuk mengatasi masalah ini. Akibatnya, banyak yang mengalami gangguan mental seperti kecemasan, depresi, bahkan berujung pada tindakan yang lebih ekstrem.

Dampak buruk lainnya dari penggunaan media sosial tidak terkontrol adalah anak-anak seringkali belum mampu menangani informasi yang mereka terima. Mereka mudah terpengaruh oleh hoaks atau berita palsu, serta rentan terhadap eksploitasi dan manipulasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan literasi digital yang harus diajarkan sejak dini.

Jika kita melihat perspektif dari pengajar di sekolah, kondisi ini memerlukan perhatian khusus. Guru tidak hanya bertugas mengajar mata pelajaran akademik, tetapi harus membekali siswa dengan keterampilan menggunakan media sosial secara bijak. Pendidikan literasi digital perlu disisipkan ke dalam kurikulum dengan tujuan siswa mampu memahami cara mengidentifikasi informasi yang benar, menjaga privasi, dan berinteraksi secara positif di media sosial.

Selain guru, peran orang tua dalam mengawasi anak mengakses media sosial menjadi vital. Orang tua harus proaktif dalam mengawasi aktivitas anak-anak mereka di dunia maya. Ini bukan hanya tentang membatasi waktu layar, tetapi juga memahami platform yang digunakan anak, serta diskusi terbuka mengenai konten yang pantas dan perilaku yang tepat.

Berdasarkan data dari Indonesiabaik.id, masyarakat Indonesia menempati urutan posisi pertama di dunia yang paling lama menggunakan internet di dunia pada 2022 dengan durasi penggunaan selama 5,7 jam per hari. Sedangkan untuk usia rata-rata pada anak, screen time yang baik adalah tidak lebih dari 2 jam. Orang tua dapat memanfaatkan teknologi seperti aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk monitor gadget pada anak, misalnya KidsGuard Pro, Norton Family Premier, dan Net Nanny.

Selain itu, orang tua juga bisa membuat profil akun google yang dikhususkan untuk akses anak-anak, sehingga secara tersistem akan membatasi situs atau aplikasi apa saja yang ramah terhadap anak.

Rancangan Undang-Undang Data Pribadi (RUU PDP) dari Kementerian Kominfo mengusulkan batasan usia mempunyai akun media sosial adalah 17 tahun. Beberapa media sosial juga tercatat membatasi fitur bagi pengguna yang berusia 13 tahun, dan fitur penuhnya baru dibuka ketika mereka telah memasuki usia dewasa.

Misalnya TikTok punya batas usia minimum 13 tahun, tapi beberapa fitur, seperti Live, baru bisa diakses bagi pengguna 18 tahun ke atas. Begitu pula Netflix, yang bisa digunakan oleh anak dan remaja. Namun, akses kontennya dibatasi sesuai dengan kategori usianya. Orang tua tetap perlu mengawasi secara detail terkait aplikasi yang akan diakses oleh anak, karena ternyata ada beberapa aplikasi yang tetap dapat di install di luar peraturan yang berlaku.

Orang tua harus peka terhadap tanda-tanda peringatan seperti perubahan perilaku atau penurunan prestasi akademik, yang bisa menjadi indikasi dampak negatif dari penggunaan media sosial. Dengan terlibat aktif dan mendampingi anak dalam dunia digital mereka, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi anak-anak untuk menjelajahi media sosial. Dengan demikian, mereka dapat memastikan juga sang buah hati tumbuh menjadi individu yang cerdas dan bertanggung jawab.

Karisma Digital, Strategi Merawat Etika dan Tanggung Jawab Gen Z di Era Teknologi

Berdasarkan Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kominfo, Jakarta menempati peringkat pertama. Salah satu kriteria Pilar Keterampilan Digital memiliki skor 63,58 di atas level nasional. Namun, realitanya masih banyak masyarakat Jakarta yang masih minim edukasi terkait penggunaan media sosial, khususnya pada anak-anak.

Sekitar 39% masyarakat Jakarta belum mampu berpikir kritis dalam mengidentifikasi sumber informasi dari pesan yang diterima sebelum membagikannya ke orang lain. Selain itu, 47% masyarakat Jakarta juga belum terbiasa mencari tahu kredibilitas dari penulis pada media digital, sehingga masyarakat sangat rentan percaya berita hoax yang tersebar.

Hal ini tentunya menjadi perhatian kita bersama dalam mendukung pentingnya edukasi media digital.

Darurat pendidikan media sosial pada anak di Indonesia memerlukan kolaborasi banyak pihak. Dengan memberikan panduan yang tepat dan membekali anak-anak dengan pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan mendukung perkembangan mereka.

Pendidikan sosial media bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendesak yang harus segera diatasi demi masa depan generasi muda Indonesia.

Sumber:

  • https://kumparan.com/kumparantech/usia-berapa-anak-boleh-punya-akun-media-sosial-ini-aturannya-di-berbagai-negara-205AuDzy0WD/full
  • https://www.kominfo.go.id/content/detail/10174/penggunaan-media-sosial-untuk-anak-anak-harus-dibatasi/0/sorotan_media#:~:text=Merdeka.com%20%2D%20Menteri%20Komunikasi%20dan,itu%20demi%20menghindarkan%20pengaruh%20negatif.
  • https://drive.google.com/file/d/18-DnXgdhN1gSydpANMXFmX06XLGZFX0Y/view?usp=drive_link
  • https://indonesiabaik.id/infografis/berapa-durasi-screen-time-yang-baik
  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/24/bps-8899-anak-5-tahun-ke-atas-mengakses-internet-untuk-media-sosial

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BL
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.