Sungkem merupakan tradisi khas Indonesia saat Lebaran, terutama di Pulau Jawa. Tradisi ini dilakukan untuk menunjukkan rasa hormat dan memohon maaf kepada orang yang lebih tua sebagai wujud bakti dan penghormatan.
Sungkem menjadi tradisi penuh makna yang masih terus dilakukan oleh masyarakat. Walaupun biasanya dilakukan ketika Lebaran, sungkem sebenarnya bisa dilakukan kapan pun dengan berbagai maksud. Melihat pentingnya budaya tersebut, mari Kawan kita mengenal tradisi sungkem secara mendalam!
25 Daftar Menu Makanan Khas Lebaran dari Sabang sampai Merauke yang Wajib Dicoba!
Apa itu Sungkem?
Sungkem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti sujud sebagai tanda bakti dan hormat. Dalam tradisi Jawa, sungkem (atau biasa juga disebut sungkeman) dilakukan dengan bersimpuh di hadapan orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan dan permohonan maaf, atau yang dikenal dengan istilah “nyuwun ngapura”.
Tradisi ini kerap dilakukan saat Lebaran, terutama usai salat Idulfitri. Hal ini menjadi momen saling memaafkan antara anak, orang tua, kakek-nenek, maupun saudara, yang juga menyiratkan harapan serta doa agar kehidupan ke depan dipenuhi kebaikan.
Mengenal Grebeg Syawal: Tradisi Unik Keraton dalam Menyambut Hari Raya Lebaran
Sejarah Budaya Sungkem
Tradisi sungkem merupakan hasil akulturasi budaya antara Jawa dan Islam yang telah berlangsung sejak lama. Dalam prosesi ini, permintaan maaf atau “nyuwun ngapura” menjadi inti dari sungkem. Kata “ngapura” sendiri berasal dari bahasa Arab “ghafura”, yang berarti pengampunan.
Meskipun semua orang bisa saling memaafkan tanpa batasan usia, dalam praktiknya, sungkem biasanya dilakukan oleh yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan.
Jejak awal tradisi ini dapat ditelusuri hingga masa pemerintahan Mangkunegara I atau Pangeran Sambernyawa (1757–1795). Pada suatu ketika, di saat Idulfitri, para punggawa dan prajurit melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri dalam suasana penuh hormat.
Tradisi ini kemudian diadopsi oleh berbagai organisasi Islam dan menjadi bagian dari budaya Lebaran hingga masa kini. Meski tidak ada catatan pasti kapan sungkem pertama kali dilakukan, tradisi ini telah mengakar kuat sebagai simbol perpaduan nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal budaya Jawa.
Makna Mendalam Tradisi Sungkem
Tradisi sungkem mengandung berbagai makna mendalam, mulai dari ajaran untuk berperilaku sesuai norma, menghormati orang tua dan sesama, hingga menumbuhkan kerukunan dalam masyarakat.
Selain itu, sungkem melatih ketenangan batin, menjadi sarana permohonan maaf yang tulus, serta menanamkan nilai akhlak mulia. Tradisi ini juga membentuk pribadi yang santun, bertanggung jawab, dan menjunjung etika, sekaligus menjadi ungkapan terima kasih kepada orang tua, keluarga, dan mereka yang dihormati.
Tata Cara dan 10 Contoh Ucapan dalam Sungkem
Meski tidak ada aturan baku dalam pelaksanaannya, sungkem umumnya dilakukan dengan duduk bersimpuh dan mencium tangan orang yang dihormati, sambil menyampaikan ucapan permintaan maaf khas Lebaran. Ucapan ini biasanya juga disertai doa dan harapan untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan.
Berikut adalah beberapa contoh ungkapan sungkem dalam bahasa Jawa beserta artinya:
- “Sugeng riyadi, menawi gadah kalepatan, kula nyuwun pangapunten.” (Selamat hari Lebaran, apabila mempunyai salah, saya memohon maaf.)
- “Sugeng riyadi, sedaya kalepatan kula nyuwun pangapunten. Mbok bilih katah lepat kula nyuwun pangapunten.” (Selamat Lebaran, semua kesalahan saya mohon dimaafkan. Apabila banyak salah saya, mohon maaf.)
- “Ngaturaken sugeng riyadi lan ngaturaken sembah bekti. Sedoyo lepat nyuwun pangapunten.” (Menyampaikan selamat Lebaran dan salam bakti. Atas segala kesalahan yang telah saya perbuat, saya mohon maaf.)
- "Dinten ingkang mulyo meniko, kulo matur nuwun sanget dhumateng Bapak/Ibu ingkang sampun paring asih tanpa upami." (Pada hari yang mulia ini, saya sangat berterima kasih kepada Bapak/Ibu yang telah memberi cinta tanpa batas.)
- "Nuwun sewu, Pak/Bu, menawi kawulo sering mboten manut atur, kulo nyuwun agunging pangapunten." (Permisi, Bapak/Ibu, jika saya sering tidak menurut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.)
- "Kulo ngaturaken sugeng riyadi, mugi kita sedaya dipun paringi kesehatan lan keberkahan saking Gusti Allah." (Saya menyampaikan selamat hari raya, semoga kita semua diberi kesehatan dan keberkahan oleh Tuhan Yang Maha Esa.)
- “Kula aturaken sugeng riyadi lan nyuwun pangapunten lahir batin dhumateng Simbah/ Bapak/ Ibu. Mugi Gusti Allah paring ridho lan kaselametan marang panjenengan.” (Saya ucapkan selamat hari raya dan mohon maaf lahir batin kepada Kakek/Nenek/Bapak/Ibu. Semoga Allah memberikan ridho dan keselamatan kepada Anda.)
- “Wonten ing dinten ingkang suci punika, kanthi ikhlasing manah kula nyuwun pangapunten sedaya kalepatan kula ngantos dumugi punika. Apa sing disengaja utawa mboten dipunsengaja. Kula nyuwun restu saking Bapak saha Ibu supados kula saged dados pribadi ingkang langkung sae ing tembe.” (Di hari yang suci ini, dengan penuh ketulusan saya ingin memohon maaf atas segala khilaf saya selama ini. Baik disengaja maupun tidak disengaja. Saya mohon doa restu Ibu dan Bapak agar saya menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan.)
- “Kula ngaturaken wilujeng Idulfitri. Kula nyuwun agunging pangapunten. Mugi Gusti Allah paring ampuning dosa lan ngijabahi sedaya pandonganipun.” (Saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idulfitri. Saya memohon maaf sebesar-besarnya. Semoga Allah mengampuni dosa dan mengabulkan semua doa.)
- “Ibu/Bapak/Simbah, kula ngaturaken sugeng riyadi, saha nyadong deduka lahir dumuginipun batos dumateng sedaya kalepatan ingkang dalem sengaja punapa ingkang mboten sengaja, dalah nyuwun pandongo murih mulyaning gesang wonten ing ndonyo punopo ing akhirat.” (Ibu/Bapak/Kakek/Nenek, saya mengucapkan selamat hari raya, serta memohon maaf lahir dan batin terhadap semua kesalahan yang saya sengaja maupun tidak sengaja, serta mohon doa untuk kemuliaan hidup di dunia maupun akhirat.)
Banyak hikmah yang bisa kita dapat ketika melaksanakan sungkem. Maka dari itu, tradisi ini terus dilakukan hingga saat ini dan relevan sepanjang zaman. Apakah Kawan juga melakukan sungkem saat Lebaran?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News