mengenal grebeg syawal tradisi unik keraton dalam menyambut hari raya lebaran - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Grebeg Syawal: Tradisi Unik Keraton dalam Menyambut Hari Raya Lebaran

Mengenal Grebeg Syawal: Tradisi Unik Keraton dalam Menyambut Hari Raya Lebaran
images info

Mengenal Grebeg Syawal: Tradisi Unik Keraton dalam Menyambut Hari Raya Lebaran


Hari Raya Idulfitri merupakan hari yang sangat dinanti-nanti oleh masyarakat Muslim di Indonesia, karena pada hari itu usai sudah kewajiban kita menunaikan ibadah puasa selama bulan Ramadan di mana kita berperang melawan diri sendiri untuk melawan hawa nafsu serta memperbanyak ibadah kepada Allah SWT.

Pada hari yang suci ini masyarakat merayakan kemenangan mereka setelah satu bulan berpuasa dan kembali suci bagaikan bayi yang baru lahir sekaligus bermaaf-maafan kepada kerabat dan sanak saudara apabila pernah berbuat salah sebelumnya, menyempurnakan kesucian dari Hari Raya Idulfitri.

Di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali budaya dan tradisi masyarakat dalam merayakanHari Raya Idulfitri, misalnya di Kota Pontianak yang biasa menyalakan meriam karbit untuk merayakan malam lebaran.

Lalu, ada juga tradisi menyalakan petasan kertas di hari raya yang selain memiliki sejarah panjang juga terkadang membahayakan hingga aparat terkadang harus turun tangan untuk melarang tradisi satu ini. 

Namun, ada juga tradisi menyambut hari raya yang juga tak kalah unik, yaitu tradisi Grebeg Syawal. Penasaran? Mari simak penjelasan berikut.

Apa itu Tradisi Grebeg Syawal?

Grebeg Syawal adalah sebuah tradisi tahunan yang dilakukan untuk menyambut hari raya Idulfitri. Tradisi ini berawal dari Keraton Yogyakarta yang juga dilaksanakan di Keraton Surakarta, hingga Keraton Kanoman Cirebon.

Dalam pelaksanaanya, tradisi Grebeg Syawal dilakukan dengan mengarak sebuah gunungan berisi hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, aneka ragam makanan tradisional, dan lain sebagainya ke sebuah masjid atau yang biasa disebut masjid gedhe untuk dibagikan kepada masyarakat.

baca juga

Tradisi Grebeg Syawal telah diwariskan dan dilaksanakan sejak berabad-abad silam sebagai bentuk rasa syukur setelah selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadan serta menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama.

Sejarah Grebeg Syawal

Eksistensi dari tradisi Grebeg Syawal adalah hasil akulturasi dari kebudayaan Jawa dan Islam yang berasal dari tradisi Rajawedha, sebuah tradisi Jawa kuno di mana seorang raja membagikan sedekah hasil bumi kepada rakyatnya agar tercipta kedamaian serta kemakmuran.

Melansir dari laman kratonjogja.id, tradisi Rajawedha sejatinya merupakan tradisi dari agama hindu yang sempat terhenti semenjak agama islam masuk ke Kerajaan Demak sehingga mengakibatkan masyarakat pun resah dan akhirnya pergi meninggalkan kerajaan tersebut.

Melihat situasi tersebut seorang penasehat raja Demak yang juga merupakan salah satu dari Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga memberikan usulan agar tradisi sedekah raja tersebut diadakan kembali, namun disesuaikan dengan ajaran islam serta menjadi sarana untuk menyebarkan agama islam. 

Tradisi hasil modifikasi dari Rajawedha inilah yang disebut tradisi sekaten yang dilaksanakan untuk merayakan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW atau yang biasa dikenal sebagai Maulid Nabi.

Tradisi yang serupa seperti di Kerajaan Demak ini pun juga turut dilaksanakan oleh kerajaan-kerajaan islam di Jawa lainnya, seperti di Yogyakarta di mana tradisi ini tiap tahunnya dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu Garebeg Mulud, Garebeg Besar dan juga Garebeg Sawal atau yang biasa disebut Grebeg Syawal.

Makna dari Tradisi Grebeg Syawal

Tradisi Grebeg Syawal selain kaya akan sejarahnya juga memiliki makna yang sangat mendalam lho! Pelaksanaanya merupakan bentuk rasa syukur atas segala nikmat dan keberlimpahan yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Hal tersebut dicerminkan oleh gunungan makanan dan hasil bumi yang diarak menuju masjid gedhe untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat. Pembagian hasil bumi melalui gunungan ini juga merupakan bentuk sedekah serta kedermawanan sang raja kepada rakyatnya.

Masyarakat setempat pun percaya bahwa makanan-makanan yang ada di dalam gunungan tersebut bukanlah sekedar makanan, melainkan sudah didoakan oleh para ulama keraton. Maka tak heran ketika gunungan tersebut dibagikan masyarakat pada berebut untuk mendapatkan makanan dari dalam gunungan.

Perebutan makanan dari dalam gunungan ini ternyata memiliki makna filosofis yang tak kalah mendalam lho! Karena dalam kehidupan manusia harus mau dan berani untuk bersaing dengan orang lain dan selalu menghadapi setiap permasalahan hidup.

Itulah tadi sekilas penjelasan mengenai sejarah tradisi Grebeg Syawal serta apa saja makna yang terkandung didalamnya. Selain kaya akan makna dan sejarahnya, upacara adat Grebeg Syawal tentunya sangat menarik dan sayang untuk kita lewatkan ketika merayakan hari raya Idulfitri bukan?

 

 

 

 

 

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nindy Agustin Andriani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nindy Agustin Andriani.

NA
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.