pakar universitas indonesia serukan praktik medis ramah lingkungan bagaimana caranya - News | Good News From Indonesia 2025

Pakar Universitas Indonesia Serukan Praktik Medis Ramah Lingkungan, Bagaimana Caranya?

Pakar Universitas Indonesia Serukan Praktik Medis Ramah Lingkungan, Bagaimana Caranya?
images info

Dunia medis kini mulai bergerak serius mengurangi jejak karbonnya, dan gastroenterologi menjadi salah satu bidang yang memimpin perubahan ini.

Sebuah terobosan penting datang dari The Asian Pacific Association of Gastroenterology (APAGE), yang merumuskan panduan praktik medis berkelanjutan untuk dokter, khususnya di bidang gastroenterologi, hepatologi, dan endoskopi. 

Dari Limbah Medis ke Emisi Karbon: Tantangan Kesehatan yang Tak Terlihat

Tahukah Anda bahwa rumah sakit menyumbang 4,4% emisi gas rumah kaca global? Salah satu kontributor terbesarnya adalah endoskopi gastrointestinal—prosedur yang mengandalkan peralatan sekali pakai, konsumsi energi tinggi, dan menghasilkan limbah medis dalam jumlah besar.

Prof. Ari Fahrial Syam, Dekan FKUI sekaligus pakar gastroenterologi, bersama 22 ahli lainnya, menyusun rekomendasi konkret untuk mengubah hal ini. "Kita tidak bisa lagi mengabaikan dampak lingkungan dari praktik medis.

Di Indonesia, di mana sumber daya terbatas tapi kebutuhan kesehatan besar, efisiensi dan keberlanjutan harus jadi prioritas," tegasnya.

Baca juga Pentingnya Mengonsumsi Konten dan Berita Baik bagi Kesehatan Mental

5 Strategi Hijau untuk Praktik Endoskopi yang Lebih Bersih

1. Kurangi Alat Sekali Pakai, Beralih ke Sterilisasi Ulang

Daripada menggunakan perangkat sekali pakai, rumah sakit didorong memilih alat yang bisa disterilkan kembali tanpa mengurangi keamanan pasien.

2. AI dalam Diagnosis: Lebih Cepat, Lebih Akurat, Lebih Sedikit Limbah

Kecerdasan buatan (AI) kini bisa membantu dokter mendeteksi kelainan lebih awal, mengurangi kebutuhan biopsi yang tidak perlu—yang berarti lebih sedikit sampel jaringan dan limbah medis.

3. Telemedicine: Kurangi Kunjungan, Kurangi Emisi

Konsultasi online tidak hanya menghemat waktu pasien, tetapi juga mengurangi emisi karbon dari perjalanan ke rumah sakit.

4. Manajemen Limbah yang Lebih Ketat

Memisahkan limbah infeksius dan non-infeksius, serta mendaur ulang kemasan medis yang aman, bisa mengurangi dampak lingkungan secara signifikan.

5. Edukasi Tenaga Medis: Kunci Perubahan Jangka Panjang

Institusi pendidikan kedokteran berperan penting dalam membentuk pola pikir dokter masa depan yang lebih sadar lingkungan.

Tantangan dan Peluang

Sebagai negara berkembang dengan beban penyakit pencernaan yang tinggi (seperti GERD, hepatitis, dan kanker lambung), Indonesia menghadapi dilema: bagaimana memenuhi kebutuhan layanan tanpa memperburuk kerusakan lingkungan?

"Kami mendorong rumah sakit untuk mulai audit energi dan limbah, lalu menerapkan solusi sesuai kondisi lokal. Tidak harus mahal—bahkan langkah sederhana seperti mengatur jadwal endoskopi untuk efisiensi energi sudah bisa memberi dampak besar," jelas Prof. Ari.

Panduan APAGE ini bukan sekadar rekomendasi, tapi peta jalan menuju sistem kesehatan yang berkelanjutan. Dengan dukungan pemerintah, institusi medis, dan kesadaran masyarakat, gastroenterologi bisa menjadi contoh bagaimana layanan kesehatan berkualitas tidak harus merusak bumi.

"Kita sedang menuju era di mana setiap tindakan medis tidak hanya mempertimbangkan kesembuhan pasien, tapi juga kesehatan planet ini,” tutup Prof. Ari.

Langkah ini membuktikan bahwa kedokteran modern dan kelestarian lingkungan bisa berjalan beriringan—dan perubahan bisa dimulai dari ruang endoskopi.

Baca juga Mengenal Pektin dan Manfaatnya untuk Industri dan Kesehatan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.