5 tanda alam untuk memperkirakan cuaca cocok untuk para pendaki - News | Good News From Indonesia 2025

5 Tanda Alam untuk Memperkirakan Cuaca, Cocok untuk Para Pendaki

5 Tanda Alam untuk Memperkirakan Cuaca, Cocok untuk Para Pendaki
images info

Buat para pendaki, ramalan cuaca bukan sekadar info pelengkap—itu lifehack penyelamat hidup. Tapi gimana kalau sinyal HP ilang di tengah jalur? Gimana kalau langit mendadak gelap tapi belum hujan? Nah, di sinilah ilmu membaca tanda alam jadi jurus andalan. Artikel ini bakal membahas 5 tanda alam untuk memperkirakan cuaca yang cocok untuk para pendaki, biar Kawan GNFI nggak cuma mengandalkan aplikasi cuaca yang kadang PHP.

Langit, angin, hewan, tumbuhan, sampai bau tanah—semuanya bisa jadi petunjuk. Asal Kawan GNFI tahu cara bacanya, Kalian bisa tahu kapan harus lanjut, kapan harus cari tempat berteduh. Yuk, kita bongkar satu-satu, biar pendakianmu nggak berakhir basah kuyup atau kehujanan dramatis.

1. Bentuk dan Pergerakan Awan

Langit adalah layar bioskop raksasa yang selalu kasih teaser cuaca. Kalau Kawan GNFI lihat awan cumulonimbus—yang tinggi, besar, dan kayak menara—itu biasanya sinyal hujan deras, petir, atau badai akan datang. Segera cari tempat perlindungan kalau melihat awan jenis ini menjelang sore.

Sebaliknya, awan cirrus yang tipis dan tinggi biasanya menandakan cuaca cerah. Tapi kalau awan ini makin banyak dan menyebar cepat, bisa jadi itu pertanda badai akan datang dalam 12–24 jam ke depan. Awan stratus, yang kayak selimut putih tebal, biasanya bawain hujan ringan dan udara lembab.

Jadi, saat mendaki, jangan cuma ngeliat langit buat foto Instagram. Perhatikan jenis awan dan pergerakannya. Dari situ Kawan GNFI bisa tahu apakah langit sedang bersahabat atau mulai murung.

2. Gerak Angin dan Perubahan Suhu

Angin itu kayak mood gunung—kadang tenang, kadang meledak-ledak. Kalau Kawan GNFI ngerasa angin tiba-tiba kencang dan dingin, apalagi datang dari arah yang nggak biasa, itu bisa jadi pertanda cuaca buruk sedang mendekat. Angin yang naik-turun intensitasnya secara cepat juga bisa menandakan badai.

Perhatikan juga perubahan suhu. Kalau suhu tiba-tiba drop drastis padahal matahari masih ada, bisa jadi tekanan udara sedang berubah. Ini biasanya jadi pembuka buat hujan deras atau kabut tebal.

Gunakan instingmu. Saat alam mulai “diam”, udara jadi aneh, dan bulu kuduk berdiri—jangan anggap remeh. Itu bisa jadi alarm dari semesta.

3. Perilaku Hewan di Sekitar

Perilaku burung saat terbang
info gambar

Alam selalu kasih bocoran lewat tingkah laku penghuninya. Misalnya, burung yang biasanya terbang tinggi mendadak terbang rendah, bisa jadi karena tekanan udara turun—pertanda hujan akan datang. Burung-burung juga cenderung lebih tenang atau diam saat badai mendekat.

Kalau Kalian lihat semut berbaris cepat naik ke tempat lebih tinggi, itu juga sinyal alam akan hujan. Beberapa jenis serangga bahkan menghilang dari permukaan saat tekanan udara berubah drastis.

Ada juga katak yang bersuara lebih sering atau keluar di siang hari—itu biasanya terjadi sebelum hujan. Jadi, jangan cuek sama gerak-gerik fauna sekitar. Mereka sudah hidup di alam jauh lebih lama, dan lebih peka dibanding kita yang baru numpang lewat.

4. Bau Tanah dan Kabut Pagi

Pernah nyium aroma tanah yang khas menjelang hujan? Itu bukan halusinasi, itu petrichor. Bau itu muncul saat tanah mulai bereaksi dengan kelembapan udara tinggi—biasanya jadi pertanda hujan akan turun dalam waktu dekat.

Selain itu, perhatikan kabut pagi. Kalau kabut nggak kunjung hilang walau matahari sudah tinggi, bisa jadi itu sinyal cuaca akan tetap lembab atau malah hujan. Kabut yang menetap biasanya muncul saat kelembaban sangat tinggi dan tekanan udara turun drastis.

Jangan anggap remeh aroma dan kabut. Indra penciuman dan penglihatan Kalian bisa jadi radar alami yang super berguna di gunung.

5. Daun, Bunga, dan Tumbuhan Sekitar

Tumbuhan juga kasih sinyal lewat reaksi kecil. Misalnya, daun-daun yang menggulung ke dalam atau bunga yang menutup sebelum waktunya seringkali menunjukkan kelembaban udara meningkat. Ini biasanya terjadi sebelum hujan.

Ada juga pohon tertentu—seperti pinus atau cemara—yang mengeluarkan aroma lebih tajam saat hujan akan turun. Mereka seperti mengingatkan Kalian buat siap-siap mengeluarkan jas hujan dari tas.

Jika Kalian mendaki dan tiba-tiba aroma hutan jadi lebih tajam, daun lebih lemas, dan bunga terlihat layu padahal belum sore, itu bisa jadi code red bahwa hujan sebentar lagi datang.

Alam Tidak Pernah Ingkar

Belajar membaca tanda alam bukan cuma keren, tapi penting. Terutama buat Kawan GNFI yang suka mendaki di area minim sinyal dan jauh dari bantuan teknologi. Dengan memahami 5 tanda alam untuk memperkirakan cuaca yang cocok untuk para pendaki, Kawan GNFI nggak cuma lebih siap, tapi juga lebih menyatu dengan semesta.

Ingat, alam nggak pernah ingkar janji. Dia selalu memberi petunjuk—kita aja yang kadang nggak peka. So, lain kali Kawan GNFI naik gunung, biarkan mata jadi radar, telinga jadi detektor, dan insting jadi kompas. Selamat mendaki dan semoga cuaca selalu bersahabat!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.