tidak sekadar tempat belajar dampak kino drama artilier terhadap dunia teater di yogyakarta era 1940 an akhir - News | Good News From Indonesia 2025

Tidak Sekadar Tempat Belajar, Dampak Kino Drama Artilier Terhadap Dunia Teater di Yogyakarta Era 1940-an Akhir

Tidak Sekadar Tempat Belajar, Dampak Kino Drama Artilier Terhadap Dunia Teater di Yogyakarta Era 1940-an Akhir
images info

Kinos Drama Artilier menjadi salah satu nama yang tidak bisa dilewatkan dalam sejarah perkembangan seni teater di Indonesia, khususnya di daerah Yogyakarta. Bagaimana tidak, lembaga pendidikan ini menjadi salah satu tempat belajar seni teater bagi masyarakat Yogyakarta di periode awal kemerdekaan Indonesia.

Meskipun menjadi tempat belajar seni teater masyarakat Yogyakarta, peran dari Kinos Drama Artilier sebenarnya lebih dari itu. Lembaga pendidikan ini bisa memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan seni teater di daerah Yogyakarta pada era 1940-an akhir.

Lantas apa saja peran Kinos Drama Artilier dalam perkembangan seni teater di Yogyakarta pada era 1940-an akhir? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Mengenal Kino Drama Artilier

Dilansir dari skripsi R. Wibawa Kusuma NCDM yang berjudul, "Pengaruh Kondisi Sosial-Politik Terhadap Eksistensi Kelompok Teater di Yogyakarta 1947-1968", Kino Drama Artilier merupakan salah satu lembaga pendidikan seni teater yang berdiri di Yogyakarta pada 1948. Lembaga pendidikan KDA ini diinisiasi oleh Stichting Hiburan Mataram.

KDA ditujukan sebagai tempat belajar teater bagi anak-anak lulusan SMP. Bisa dibilang, lembaga pendidikan ini setingkat dengan SMA pada waktu itu.

Dalam menerima murid, KDA bisa mengajarkan seni teater kepada 250 orang. Tidak hanya belajar, para murid di KDA juga akan mendapatkan honor sebesar Rp200.

Hal ini membuat tidak setiap orang bisa menjadi murid di lembaga pendidikan ini. KDA akan membentuk Dewan Penguji untuk menyeleksi siapa saja murid yang memenuhi klasifikasi untuk belajar di sana.

Dalam seleksinya, Dewan Penguji lebih mengedepankan kualitas dan pengalaman dari calon murid. Tidak heran, para calon siswa KDA tidak hanya berasal dari lulusan SMP saja, tetapi juga dari kelompok teater yang ada pada waktu itu

Seleksi yang ketat ini sesuai dengan tujuan dari KDA dibentuk. Lembaga pendidikan ini memiliki tujuan agar bisa menciptakan aktor teater maupun film untuk tampil di berbagai produksi yang dimiliki oleh Stichting Hiburan Mataram.

Ketika Agresi Militer Belanda terjadi pada 1948, aktivitas di KDA sebenarnya sempat terhenti beberapa saat. Namun geliat lembaga pendidikan ini kembali muncul ketika pasukan Belanda sudah meninggalkan Yogyakarta.

Selain memberikan pelajaran, para siswa KDA juga turut aktif dalam berbagai pentas teater di Yogyakarta pada waktu itu. Misalnya pada 1949, para siswa KDA pernah ikut andil dalam dua pentas teater dengan judul berbeda, yakni "Rosalina dalam Taufan" yang dipentaskan di Kongres Wanita Antar Indonesia dan "Malam Sutji" pada saat Tahun Baru Imlek 10 Oktober 1049 di Gedung Chung Hwa Tsung Hwee.

Namun setahun setelahnya, KDA secara resmi bubar dan berpindah lokasi ke Jakarta serta berubah menjadi Studio Film Kino Drama Artilier pada 1950.

Dampak Terhadap Dunia Teater di Yogyakarta Era 1940-an Akhir

Meskipun berusia singkat, KDA bisa memberikan dampak yang cukup signifikan pada perkembangan dunia teater di Yogyakarta pada era 1940-an. Selain memberikan pembelajaran bagi para murid, KDA juga melibatkan siswanya dalam beberapa pentas teater pada waktu itu.

R. Wibawa menjelaskan dampak yang diberikan KDA cukup besar, khususnya setelah terjadinya Agresi Militer Belanda pada 1948. Sebab setelah itu, KDA cukup sering terlibat dalam pementasan teater di Yogyakarta.

Tidak hanya itu, para murid dan pengajar KDA juga tetap aktif di dunia seni peran meskipun lembaga ini dibubarkan pada 1950. Para pengajar dan murid KDA ini tidak hanya aktif di pentas teater, tapi juga di dunia film.

"Pasca 1950, para pengajarnya (KDA) terus beberapa siswanya terus melanjutkan karier di dunia film, meskipun ada juga yang tetap berkecimpung di dunia teater," ucap R. Wibawa ketika dihubungi tim GNFI pada Sabtu, 22 Maret 2025.

Selain itu, kondisi Yogyakarta yang belum pulih seutuhnya membuat masyarakat tidak memiliki banyak pilihan sarana hiburan. Dengan adanya KDA, masyarakat memiliki banyak waktu luang untuk belajar seni teater sekaligus mendapatkan sarana hiburan.

"Masyarakat haus akan hiburan pada waktu itu, sementara film-film belum diproduksi dan memiliki stok yang banyak," tambahnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.