Perkembangan seni teater di Indonesia, khususnya di Yogyakarta sudah berkembang sejak periode awal kemerdekaan. Kino Drama Artilier merupakan salah satu lembaga pendidikan yang turut mempopulerkan kesenian ini di Yogyakarta pada waktu itu.
Kino Drama Artilier menjadi salah satu lembaga pendidikan yang mengajarkan seni teater kepada masyarakat Yogyakarta. Meskipun hanya berusia singkat, KDA turut berkontribusi dalam mengembangkan seni teater di daerah Yogyakarta pada waktu itu.
Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait Kino Drama Artilier tersebut? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Mengenal Kino Drama Artilier
Dinukil dari skripsi R. Wibawa Kusuma NCDM yang berjudul, "Pengaruh Kondisi Sosial-Politik Terhadap Eksistensi Kelompok Teater di Yogyakarta 1947-1968", Kino Drama Artilier atau KDA merupakan lembaga pendidikan teater yang didirikan oleh Stichting Hiburan Mataram. Lembaga pendidikan teater ini pertama kali berdiri pada 1948.
KDA merupakan lembaga pendidikan setingkat SMA. Artinya lembaga pendidikan ini menerima siswa lulusan SMP untuk bisa belajar di sana.
Meskipun demikian, KDA tidak hanya menerima siswa lulusan SMP saja. Lembaga pendidikan ini juga siswa dari mantan anggota kelompok teater meskipun tidak memiliki ijazah SMP.
Proses penerimaan murid di KDA juga diadakan dengan cukup ketat. Sebab para murid tidak hanya akan menimba ilmu teater saja di lembaga pendidikan ini.
Setiap murid yang belajar di KDA diketahui juga akan menerima honor sebesar Rp200. Oleh sebab itu, terdapat Dewan Penguji yang dibentuk untuk menyeleksi para calon siswa yang akan bersekolah di sana.
Ketika masuk ke KDA, para siswa akan dibagi ke dalam beberapa seksi berbeda. Beberapa seks yang ada di sekolah ini di antaranya Seksi Drama, Seksi Tari, Seksi Seni Suara, Seksi Teknik dan Seksi Reklame.
Adapun pengajar yang memberikan ilmu teater kepada setiap siswa yang belajar di KDA adalah Sumardjono, Sita Damayanti Pane, Dr. Huyung, D. Djajakusuma dan Armijn Pane.
Menjaring Bakat-Bakat Muda
Keberadaan KDA turut menjaring bakat-bakat muda yang ada di Yogyakarta. Hal ini selaras dengan tujuan Stichting Hiburan Mataram ketika membentuk lembaga pendidikan ini.
Stichting Hiburan Mataram membentuk KDA dengan tujuan untuk mencetak aktor-aktor yang bisa bermain film dan teater. Nantinya para pelajar ini diharapkan juga bisa bermain di teater dan film yang diproduksi langsung oleh Stichting Hiburan Mataram.
Meskipun mengajarkan seni teater, para pelajar di KDA juga diharapkan bisa bermain film nantinya. Sebab dua kesenian ini tidak jauh berbeda.
R. Wibawa menjelaskan bahwa seni teater dan film memiliki kemiripan satu sama lain. Alumnus Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada ini menjelaskan bahwa teater dan film sama-sama seni peran dalam penampilannya.
Namun perbedaan antara kedua seni ini terletak pada media penampilannya. "Kalau teater biasanya dipentaskan, untuk film biasanya direkam," jelas mantan ketua Teater Terjal FIB UGM tersebut ketika dihubungi tim GNFI pada Minggu, 16 Maret 2025.
Bubar pada 1950
Eksistensi KDA di Yogyakarta sebenarnya tidak berlangsung lama. Ketika Agresi Militer Belanda terjadi pada 1948, kegiatan lembaga KDA ini sempat berhenti sementara.
Sebenarnya geliat KDA sempat naik setahun setelahnya. Pada 1949, KDA pernah melakukan beberapa kali pementasan.
Salah satu pentas yang dimainkan oleh murid KDA pada tahun ini adalah "Rosalina dalam Taufan" yang ditampilkan dalam pementasan aman Kongres Wanita Indonesia 1949. Selain itu, para murid KDA juga pernah melangsungkan pentas teater dengan judul "Malam Stji" dalam rangka menyambut Tahun Baru Imlek di Gedung Chung Hwa Tsung Hwee di tahun yang sama.
Meskipun demikian, keberadaan KDA mesti berakhir setahun setelahnya. Pada 1950, lembaga pendidikan teater ini resmi dibubarkan dan dipindahkan ke Jakarta dengan nama baru, Studio Film Kino Drama Artilier.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News