stadion lakidende sejarah kondisi - News | Good News From Indonesia 2025

Mimpi Stadion FIFA di Kendari Pupus? Sejarah dan Kondisi Terkini Stadion Lakidende

Mimpi Stadion FIFA di Kendari Pupus? Sejarah dan Kondisi Terkini Stadion Lakidende
images info

Pada awalnya, Kota Kendari akan memiliki sebuah stadion berstandar FIFA yang sudah digarap sejak tahun 1976 silam yang tentunya akan menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat kota Kendari. 

Namun, pada tahun 2023 kemarin pembangunannya terhenti karena permasalahan lahan. Padahal pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara telah menggelontorkan anggaran sebesar 44 Miliar hingga tahun 2022 lalu.

Hingga kini nasib dari stadion ini sangatlah memprihatinkan, area tribun dan lapangan bola yang penuh dengan rumput-rumput liar menjadikannya tidak lagi terlihat seperti lapangan sepak bola.

Walaupun begitu, kondisi stadion yang terbengkalai justru malah menjadi magnet bagi masyarakat setempat, khususnya kalangan muda untuk bersantai dan menikmati suasana matahari terbenam, kok bisa?

Lalu, bagaimanakah nasib dari pembangunan Stadion Lakidende ke depannya? Seperti apakah sejarah dibalik pembangunan stadion ini? Bagaimana bisa lahan pembangunannya berada di lahan sengketa dengan masyarakat setempat? Mari kita simak bersama-sama.

Sejarah Dibangunnya Stadion Lakidende

Stadion Lakidende awalnya dibangun pada tahun 1976 yang digadang-gadang akan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pasalnya stadion yang memiliki luas lahan sekitar 12 ribu meter dengan kapasitas penonton hingga 25 ribu orang ini akan dilengkapi berbagai macam fasilitas berstandar FIFA yang artinya stadion ini dapat digunakan untuk berbagai macam event olahraga besar seperti PON, SEA Games, Asian Games, dan lain sebagainya.

Namun sejak awal pembangunannya, stadion ini sudah tersandung masalah sengketa tanah yang disebabkan oleh lahan pembangunan Stadion Lakidende bukanlah milik Pemprov Sulawesi Tenggara, melainkan milik Mustaring Lin Arifin Cs.

Melansir dari laman sultra.bpk.go.id, kepastian kepemilikan lahan ini berdasarkan putusan kasasi Mahkamah Agung RI nomor 66/Pdt.G/2008/PN memenangkan gugatan yang diajukan oleh Mustaring Lin Arifin Cs.

Pemprov Sulawesi Tenggara juga sempat mengajukan PK atau Permohonan Kembali atas putusan MA tersebut agar pembangunan Stadion Lakidende dapat terus dilanjutkan, tersebut ditolak.

Hal tersebut mengakibatkan segala macam bentuk kegiatan pembangunan Stadion Lakidende terpaksa harus dihentikan dan pada tahun 2023, pembangunannya dihentikan secara total. Sisa-sisa bangunannya juga akan diratakan oleh Pengadilan Negeri Kendari.

Nasib Stadion Lakidende Kini 

Kini nasib Stadion Lakidende bak menunggu ajalnya tiba, kawasan lapangan bola yang dipenuhi rumput-rumput liar, semak belukar, dan dikelilingi sisa-sisa bangunan tua menimbulkan kesan menyeramkan di benak kita, bukan?

Namun, yang terjadi adalah kawasan sisa pembangunan Stadion Lakidende justru malah ramai didatangi oleh masyarakat setempat, terlebih lagi kalangan muda mudi yang menghabiskan waktu bersama kerabat sembari melihat pemandangan matahari terbenam.

Tak hanya sampai di situ, melihat stadion tersebut mulai ramai dikunjungi banyak orang membuat para pedagang kaki lima pun berbondong-bondong untuk datang menjajakan dagangan mereka. Hal ini tentu disambut baik oleh para pengunjung.

Baca juga: Jejak Perkembangan Stadion Manahan Solo

Alhasil stadion yang awalnya terbengkalai berubah menjadi sebuah destinasi wisata masyarakat setempat. Bagaimana bisa?

Melansir dari laman sultratop.com, menurut para pengunjung yang datang untuk bersantai di sisa-sisa tribun Stadion Lakidende, kawasan tersebut ternyata memiliki pemandangan matahari terbenam yang sangat indah sehingga menjadikannya sebuah spot unik untuk mencari suasana baru.

Banyak dari kalangan muda di sana menghabiskan waktu bersama teman dan kerabat sembari meminum segelas kopi dan menikmati pemandangan sunset yang menawan. 

Ramainya Stadion Lakidende juga menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang yang membuka lapak di sekitaran stadion, dari mulai pedagang yang menjajakan makanan-makanan ringan, minuman dingin, hingga aneka ragam kopi sehingga menjadikan stadion ini bak sebuah cafe tempat nongkrong anak-anak muda.

Siapa sangka bukan? Sebuah stadion yang disebut-sebut akan memiliki standar FIFA dan menjadi tempat berlangsungnya ajang kejuaraan nasional dan internasional, kini malah menjadi tempat nongkrong anak-anak muda yang menikmati suasana tenang di waktu senja yang tak terlupakan bersama teman dan kerabat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nindy Agustin Andriani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nindy Agustin Andriani.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.