Di ujung selatan Thailand di dekat pesisir timur Semenanjung Malaya, terdapat sebuah provinsi yang berisikan banyak Muslim dengan budaya Melayu yang sangat kental. Narathiwat, menjadi rumah bagi mayoritas penduduk beragama Islam di Thailand.
Dengan luas wilayah 4.475 km2, sekitar dua per tiga wilayah Narathiwat ditutupi oleh hutan dan pegunungan. Di daerah barat dayanya juga memiliki deretan pegunungan yang membentang hingga Sankala Khiri, batas antara Thailand dan Malaysia.
Kawan GNFI, Islam menjadi agama minoritas di Thailand. Akan tetapi, Narathiwat dan beberapa provinsi lainnya, seperti Pattani, Yala, dan Satun memiliki populasi umat Muslim yang besar.
Tidak hanya itu, mayoritas Muslim Thailand adalah keturunan Melayu. Budaya-budayanya pun khas selayaknya budaya Melayu yang ada di Malaysia.
Dikarenakan daerah selatan Thailand berbatasan langsung dengan Malaysia, sebagian masyarakatnya pun berbicara dengan bahasa Melayu. Meskipun demikian, warga Narathiwat dan sekitarnya juga masih tetap menggunakan bahasa Thailand sebagai bahasa nasional mereka.
Menukil dari riyadh.thaiembassy.org yang dikelola oleh Kedutaan Besar Kerajaan Thailand di Riyadh, Arab Saudi, tiap tahunnya, Raja Thailand maupun wakilnya ikut merayakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Uniknya, Raja Thailand juga menunjuk seorang pemimpin agama Islam sebagai Chularajamontri atau penasihat negara untuk semua urusan Islam. Pemerintahnya juga menyediakan dana untuk membangun dan merenovasi masjid.
Sebagai negara dengan populasi umat Islam yang besar, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Narathiwat, salah satunya adalah di bidang pendidikan. Beberapa instansi, termasuk pondok pesantren Indonesia, pernah bekerja sama dengan Provinsi Narathiwat.
Kawan GNFI, kontak antarmasyarakat kedua negara ini juga dibuktikan dengan peninggalan manuskrip kuno asal Indonesia di salah satu sekolah di Narathiwat.
Serupa tapi Tak Sama, Kenapa Aksara Jawa Mirip dengan Huruf Thailand?
Al-Qur’an Kuno Asal Indonesia di Narathiwat
Melansir dari sebuah buku elektronik milik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI yang bertajuk Selayang Pandang, Hubungan Bilateral Indonesia & Thailand, terdapat manuskip kuno asal Indonesia yang ada di sebuah museum milik Sekolah Ahmadiyah Islamiyah atau Samanmitr Wittaya School, Narathiwat.
Lebih dari 30 persen koleksi manuskrip di museum itu berasal dari Indonesia, termasuk Al-Qur’an dan kitab-kitab yang bertuliskan bahasa Arab dan Jawa Kuno. Salah satunya adalah Al-Qur’an asal Indonesia yang dituliskan oleh Syekh Nuruddin Mohammad Roniri, seorang ulama Pasai, tahun 1634.
Terdapat sekitar 34 Al-Qur’an yang berada di museum tersebut, di mana seluruh mushaf itu dibawa oleh para ulama asal Indonesia yang berhijrah ke Thailand ratusan tahun lalu saat mereka berhijrah ke Pattani.
Untuk menjaga Al Quran agar tidak rusak, pihak museum mempekerjakan beberapa orang, mulai dari warga negara Turki, Malaysia, dan Thailand dengan bahan-bahan tradisional.
Di sisi lain, melalui sebuah publikasi yang diterbitkan UIN Antasari, di Muzium Manuskip Al-Qur’an, Subdistrik Lahan, Distrik Yi-ngo, Provinsi Narathiwat, terdapat banyak mushaf lama lainnya. Setidaknya terdapat 60.000 halaman manuskrip yang tersimpan di museum tersebut, termasuk dari ulama-ulama Banjar.
Adanya mushaf Al-Qur'an dan manuskrip-manuskrip dengan identitas di dalamnya yang ditemukan di Narathiwat, Thailand, membuktikan bahwa penyebaran agama Islam tidak terbatas geografis. Mushaf Al-Qur'an tersebut dilestarikan sebagai salah satu bukti dan alat pembelajaran bagi generasi muda Islam Thailand untuk belajar agama.
Thailand Terapkan Aturan Baru untuk Wisatawan, Berlaku Mulai 1 Mei
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News