Aceh merupakan salah satu daerah yang diberikan kewenangan otonomi khusus berdasarkan sejarah. Provinsi ini memiliki jumlah persentase penduduk muslim tertinggi yang hidup bermasyarakat sesuai syariat Islam.
Selain berpegang teguh pada agama, masyarakat Aceh juga menjunjung tinggi budaya yang ada. Salah satu bentuk akulturasi budaya tersebut adalah tradisi Khanduri Blang. Mari, Kawan kita kenali lebih dalam!
Deretan Peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Islam Terbesar di Sumatra
Mengenal Khanduri Blang, Tradisi Luhur dari Leluhur
Khanduri Blang merupakan tradisi yang sudah dilakukan oleh leluhur sejak dahulu kala. Khanduri Blang sendiri berarti ‘kenduri sawah’, sebuah acara syukuran yang berisi makan bersama dan doa oleh para petani di awal musim tanam.
Tradisi ini terbilang penting dan sakral bagi petani Aceh dan merasa kurang bila tidak dilaksanakan. Budaya turun-temurun ini dilakukan untuk mengharapkan berkah dan memohon kepada Allah untuk membebaskan sawah dari hama hingga panen tiba.
Meuseukat, Kue Tradisional Khas Aceh yang Disebut sebagai Makanan dengan Kasta Tertinggi
Sejarah dan Makna Mendalam dari Tradisi Khanduri Blang
Khanduri Blang merupakan akulturasi dari kebudayaan adat Aceh dan agama Islam yang disebarkan oleh pedagang dari Arab di pesisir. Tradisi ini terus mengalami perubahan terkait cara dan proses dari masa ke masa. Begitu juga tiap wilayah yang memiliki pola ritualnya masing-masing.
Pelaksanan dari upacara adat ini berupa acara syukuran yang bertujuan untuk mendoakan padi agar terjadi peningkatan produksi dan bebas dari hama. Kegiatan ini pun dilakukan oleh seluruh petani di daerah tersebut.
Khanduri Blang merupakan perwujudan syukur masyarakat atas rezeki yang diberikan oleh Allah. Doa dan makan di awal masa tanam akan memberikan motivasi dan harapan untuk hasil padi yang melimpah dan berkah.
Tradisi ini juga merupakan bentuk tolong menolong dan berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Dengan acara ini, bisa terjalin rasa kekeluargaan dan gotong royong yang mendalam.
Khanduri Blang sendiri awalnya hanya dilakukan setahun sekali. Namun, mengikuti perkembangan masa tanam sekarang, tradisi ini dilaksanakan dua kali tiap tahunnya.
Bhoi, Bolu Tradisional Khas Aceh yang Sudah Ada sejak Ratusan Tahun Lalu
Prosesi Pelaksanaan Tradisi Khanduri Blang
Khanduri Blang dilakukan setelah masyarakat berziarah ke makam ulama setempat. Sebelum acara dimulai, warga akan membawa perlengkapan dapur seperti piring, sendok, alat masak lainnya, serta berbagai bumbu masakan. Selain itu, mereka juga wajib membawa ayam untuk disembelih di sawah sebagai bagian dari upacara adat.
Selama pelaksanaan Khanduri Blang, perempuan akan memasak kari ayam secara tradisional dan laki-laki akan menyambut tamu undangan dari desa lain. Kari yang dimasak pun berasal dari ayam yang telah disembelih.
Kemudian setelah masakan selesai, akan ada teungku imun, tokoh pemimpin ritual, yang akan memimpin doa. Doa-doa yang dipanjatkan berisi pengharapan agar hasil panen padi melimpah dan terbebas dari hama.
Setelah doa dilakukan, akan ada tradisi unik di mana tiga jenis dedaunan — daun pinang, daun bungur, dan daun ramai — yang telah diteteskan darah ayam akan diletakkan di pinggiran sawah bersama air yang dicampur beras. Ritual ini merupakan bentuk harapan untuk kelimpahan rezeki dan menghindari serangan hama.
Khanduri Blang diakhiri dengan pengumuman oleh teungku imun tentang waktu untuk membajak sawah dan menanam bibit padi secara serentak. Setelah itu, masyarakat akan menikmati hidangan yang telah mereka masak bersama-sama.
Kehangatan dari semangat gotong royong akan sangat terasa dalam pelaksanaan upacara ini. Budaya penuh makna seperti Khanduri Blang perlu terus dilestarikan agar nilai-nilai kebijaksanaan di dalamnya tidak lekang oleh zaman.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News