deretan peninggalan kerajaan aceh darussalam kerajaan islam terbesar di sumatra - News | Good News From Indonesia 2024

Deretan Peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Islam Terbesar di Sumatra

Deretan Peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Islam Terbesar di Sumatra
images info

Pada tahun 1496, Sultan Ali Mughayat Syah menyatukan beberapa kerajaan kecil di sekitar Aceh dan membentuk sebuah kerajaan bernama Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan ini berpusat di Banda Aceh dan juga sebagai pusat perdagangan internasional yang strategis. Tak heran, di masa puncak kejayaannya, Kerajaan Aceh Darussalam menguasai hingga sebagian besar Sumatra, Semenanjung Malaya, hingga Pattani di Thailand Selatan.

Puncak kejayaan tersebut berlangsung pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang juga berhasil menaklukkan Pahang dan menyerang Portugis di Melaka. Aceh di bawah Kerajaan Aceh Darussalam berkembang pesat sebagai pusat perdagangan lada dan rempah-rempah di Nusantara.

Kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam berlangsung cukup lama, hingga pada tahun 1873 terjadi perang melawan kolonialisme Belanda yang dikenal dengan perang Aceh. Pada tahun 1903, Kerajaan Aceh Darussalam akhirnya mengalami keruntuhan setelah Sultan Muhammad Daud Syah mengakui kedaulatan Belanda atas Aceh.

Keruntuhan tersebut meninggalkan banyak peninggalan sejarah yang masih tersisa hingga saat ini. Berikut peninggalan sejarah Kerajaan Aceh Darussalam.

Baca juga: Seluk Beluk Kesultanan Jailolo, Kesultanan yang Lama Hilang di Maluku Utara

Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman terletak di pusat kota tepatnya di Jalan Muhammad Jam No. 1, Kota Banda Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1612 oleh Sultan Iskandar Muda dengan arsitektur khas Timur Tengah dan sentuhan arsitektur Mughal. Masjid Raya Baiturrahman memiliki 7 kubah dan 8 menara mencapai 35 meter dengan hiasan ornamen yang rumit.

Pada tahun 1873, Agresi Militer Belanda II pecah di Banda Aceh, menyebabkan masjid ini dibakar oleh Belanda di tahun yang sama. Enam tahun setelahnya yaitu pada tahun 1879, masjid ini kemudian dibangun kembali dengan tetap mempertahankan bentuk yang asli.

Tsunami dahsyat di Aceh tahun 2004 juga sama sekali tidak bisa meratakan Masjid Raya Baiturrahman. Masjid ini tetap berdiri kokoh dan hanya mengalami kerusakan di area halaman masjid tanpa meruntuhkan bangunan utama masjid.

Benteng Indra Patra

Benteng ini didirikan oleh Kerajaan Lamuri, kerajaan Hindu sebelum Sultan Ali Mughayat Syah membentuk Kerajaan Aceh Darussalam. Awalnya benteng ini digunakan untuk melindungi wilayah dari serangan musuh hingga masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

Benteng Indra Patra berada di Desa Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, lokasinya persis di bibir pantai yang menghadap ke Selat Malaka.

Benteng tertua ini memiliki luas 4.900 meter persegi dengan tinggi sekitar 4 meter. Terdapat lubang pengintai yang menghadap ke laut, memungkinkan Sultan Iskandar Muda memantau pergerakan musuh dari segala arah.

Taman Sari Gunongan

Taman Sari Gunongan merupakan sebuah hadiah dari Sultan Iskandar Muda untuk Putri Boyongan sebagai tanda kasih sayang. Taman ini dibangun pada tahun 1607 dan awalnya dikenal sebagai Taman Ghairah.

Gunongan sendiri merupakan bangunan berbentuk bukit yang memiliki tinggi hingga 10 meter dan berfungsi sebagai simbol pegunungan. Konon Putri Boyongan sangat suka pengunungan di kampung halamannya sehingga Sultan Iskandar Muda membangun Taman Sari Gunongan sebagai bentuk penghiburan.

Lokasi Taman Sari Gunongan berada di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman. Taman ini terletak di pusat kota dan dekat dengan Masjid Raya Baiturrahman.

Masjid Tua Indrapuri

Masjid Tua Indrapuri awalnya merupakan sebuah candi yang didirikan oleh Kerajaan Lamuri. Pada tahun 1618, Sultan Iskandar Muda mengubah fungsi candi tersebut menjadi masjid. Kemudian Masjid Tua Indrapuri dibangun di atas reruntuhan candid an menjadi salah satu masjid tertua di Aceh.

Masjid ini memiliki arsitektur unik dengan atap yang berbentuk piramida bertingkat tiga. Terdapat 36 tiang kayu besar yang menyangga bangunan masjid seluas 33 ribu meter persegi.

Lokasi Masjid Tua Indrapuri berada tidak jauh dari jalan raya Banda Aceh-Medan, lebih tepatnya terletak di Desa Pasar Indrapuri, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar.

Stempel Cap Sikureung

Stempel ini merupakan stempel resmi Kerajaan Aceh Darussalam yang digunakan sebagai penanda validitas dokumen-dokumen kerajaan. Awal penggunaan stempel ini dimulai saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Saat itu, stempel dikenal dengan nama Cab Sikureung yang berarti Cap Sembilan dalam bahasa Aceh.

Penamaan ini sebagai simbol Sembilan orang sultan yang memerintah sebelumnya. Stempel Cap Sikureung dapat dijumpai di berbagai museum, termasuk di Museum Aceh.

Baca juga: Mengulik Kekayaan Bahasa Gayo yang Terancam Punah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nadhifa Aurellia Wirawan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nadhifa Aurellia Wirawan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.