Nayla Bening Rasendriya, salah satu EP (Exchange Participant) AIESEC Global Volunteer 2024 Summer Peak, melakukan kegiatan sukarelawan atau volunteer dengan mempelajari budaya sekaligus memberikan dampak positif kepada lingkungan sekitarnya.
Melalui program AIESEC Global Volunteer, ia berkontribusi pada SDGs (Sustainable Development Goals) ke-4 yaitu quality education di Surin.
Global Volunteer adalah suatu program yang dapat diikuti oleh remaja di Surabaya untuk menjadi relawan di negara pilihan mereka. Program ini dirancang untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan, kemampuan kewirausahaan, dan wawasan tentang budaya yang beragam.
“It’s like KKN, or Pengmas, but you do it abroad. It’s a fun way to do good deeds while challenging yourself.” - Nayla Bening
Dari Juli hingga Agustus 2024, ia menjalankan programnya di Surin, sebuah provinsi yang terletak dekat perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Di sana, ia mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak kelas dua sampai enam SD, sesuai dengan SDGs yang ia pilih, yaitu Quality Education.
Baginya, Global Volunteer terkesan berbeda integrasi SDGs dalam perancangan program. Selain itu, AIESEC juga menerapkan Exchange Standards untuk memastikan kesesuaian program dengan deskripsi pekerjaan dan kelancaran komunikasi dengan partisipan sejak keberangkatan hingga kepulangan.
AIESEC in UGM, Eksplorasi 8 Negara dan Pengalaman Lintas Budaya di Global Village 2025
Selama enam minggu mengajar di Thailand, Nayla mendapatkan pengalaman berkesan, termasuk tinggal bersama host family yang bekerja sama dengan AIESEC.
Host family tersebut menghormati Nayla dengan tidak mengonsumsi daging babi karena ia seorang Muslim. Anak-anak di sana juga sering menyapa dan memberikan hadiah kepadanya.
Selain itu, selama menjadi guru bahasa Inggris, Nayla mempelajari banyak hal dari murid-muridnya sendiri.
“I learned how to set boundaries, I learned how to problem-solve by myself, since I am alone in another country, I learned how to speak, I learned how to introduce myself, about Indonesia, and my background.”
Kendala bahasa sempat muncul karena Nayla mengajar anak SD dengan kemampuan bahasa Inggris yang terbatas. Namun, ia terbantu oleh adanya penerjemah, baik wali kelas, perwakilan sekolah, maupun aplikasi penerjemah, untuk menyampaikan pesan.
“I know they want to speak with me, yet they can’t communicate with me, so I use an app or have the teacher help me.”
Ia mempelajari sedikit frasa dan kosakata untuk membantunya berkomunikasi secara dasar kepada anak-anak. Saat akan kembali ke Indonesia, Nayla mendapat banyak souvenir dari warga sekitar.
AIESEC in Semarang Memperkenalkan Budaya Internasional dalam Global Village 2025
Bahkan, murid-murid yang diajarnya pun menangisi kepulangannya. Ia tidak menyangka disambut begitu hangat di lingkungan yang sangat asing dari yang biasa ia temui.
“If I could describe my entire Global Volunteer journey in one phrase, then it would be: embrace change.”
Nayla merangkum pengalamannya dengan frasa ‘Embrace Change’ atau memeluk perubahan karena lingkungan yang berbeda membentuk perspektif barunya. Ia memberikan skor 100 dari 10 untuk program Global Volunteer yang ia ikuti.