Di bawah kanopi hutan hujan Kalimantan yang megah, ada satu sosok yang mengundang rasa ingin tahu dan kekaguman, macan dahan Kalimantan. Meskipun tidak sebesar harimau Sumatera, kehadirannya sebagai predator puncak menjadikannya penguasa sejati di ekosistem ini.
Dengan tubuh ramping dan kemampuannya melompat dari dahan ke dahan, macan dahan adalah simbol keanggunan dan ketangkasan. Suara dengkurannya yang lembut menggantikan auman megah, tapi tidak mengurangi posisinya sebagai karnivora terbesar di hutan.
Sayangnya, di balik pesonanya, macan dahan Kalimantan menghadapi ancaman serius. Deforestasi, perdagangan ilegal, dan pembangunan infrastruktur telah menggerogoti habitat mereka, menjadikan keberadaan mereka semakin rentan.
Melalui penelusuran ini, kita akan menyelami kehidupan macan dahan, memahami peran krusialnya dalam keseimbangan ekosistem, dan menggugah kesadaran kita untuk bertindak demi masa depan mereka yang terancam punah.
Walaupun tubuhnya lebih kecil dari kerabatnya, macan dahan memiliki keunikan yang patut diperhitungkan. Ia beradaptasi dengan baik di hutan hujan tropis, dilengkapi kemampuan luar biasa untuk mendeteksi ancaman dan mencari makanan dari ketinggian pohon. Macan dahan Kalimantan (Neofelis diardi borneensis) dan macan dahan Sumatera (Neofelis diardi diardi) adalah subspesies dari macan dahan sunda (Neofelis diardi).
Melansir dari Mongabay, penelitian terbaru menunjukkan bahwa macan dahan berbeda secara morfologi dan genetik dari macan dahan daratan utama (Neofelis nebulosa). Namun, keberadaan mereka kini terancam. Diperkirakan hanya ada sekitar 4.500 individu dewasa secara keseluruhan, dengan 3.800 di Kalimantan dan 730 di Sumatera.
Menurut data Kelompok Spesialis Kucing IUCN yang diperoleh dari penelitian tahun 2006. Meskipun fosil macan dahan pernah ditemukan di Jawa, mereka diperkirakan telah punah sejak era Holosen.
Macan dahan adalah spesies kucing yang dilindungi dengan status Rentan (Vulnerable/VU) dalam Daftar Merah IUCN. Saat ini, perkiraan populasi di alam tersisa sekitar 4.500 individu, dan jumlah ini menunjukkan tren penurunan yang mengkhawatirkan. Penilaian IUCN ini didasarkan pada analisis mendalam terhadap penurunan kumulatif area okupasi dan jumlah populasi, yang disebabkan oleh degradasi habitat serta perburuan liar yang semakin merajalela.
Dalam upaya konservasi, penting bagi kita untuk memahami dan mengatasi ancaman-ancaman ini agar keberadaan macan dahan dapat dilestarikan untuk generasi mendatang. Ancaman utama bagi spesies ini adalah hilangnya habitat akibat deforestasi, diikuti oleh perdagangan ilegal dan persepsi negatif yang menganggap mereka sebagai hama karena menyerang ternak.
Minimnya pengetahuan tentang spesies ini menghambat upaya konservasi yang efektif. Kini, lebih dari sebelumnya, kita perlu melindungi dan menghargai keberadaan macan dahan Kalimantan yang menawan ini.
Macan Dahan Penguasa Hutan Kalimantan
Meskipun ukurannya hanya sedikit lebih besar dari anjing kampung, macan dahan Kalimantan memiliki panjang tubuh antara 69-108 cm, dengan ekor yang mencapai 61-91 cm. Ini jauh lebih kecil dibandingkan harimau Sumatera yang dapat mencapai panjang sekitar 244 cm, atau macan tutul Jawa yang panjangnya mencapai 914-1.920 cm dengan ekor sekitar 579-1.097 cm.
Postur tubuh macan dahan tergolong ramping, dengan kaki depan yang pendek dan kaki belakang sedikit lebih panjang. Kepalanya kecil dan ekornya panjang, yang memudahkan macan dahan untuk melompat dari satu dahan ke dahan lain dengan lincah, layaknya tupai. Telapak kakinya yang lebar memungkinkan ia bergelayut di atas dahan sembari menangkap mangsa, sementara ekor panjangnya memberikan keseimbangan yang sempurna.
Bulu macan dahan sunda cenderung lebih gelap dan abu-abu, dengan corak yang lebih kecil dibandingkan kerabatnya di daratan utama. Pola bulu yang mirip awan inilah yang menjadi inspirasi nama "Clouded Leopard" dalam bahasa Inggris.
Di Kalimantan, bulu macan dahan bahkan lebih gelap lagi. Ekor macan dahan yang panjang—sekitar 76-88% dari panjang tubuhnya serta gigi taring yang sangat panjang relatif terhadap ukuran tengkoraknya, menambah keistimewaannya.
Di Sumatera, harimau adalah raja hutan, tetapi di Kalimantan, tahta itu dipegang oleh macan dahan. Tanpa harimau di wilayah ini, macan dahan menjadi predator puncak dan bagian dari kelompok kucing terbesar di belantara Kalimantan.
Sebagai karnivora puncak, macan dahan mengonsumsi berbagai spesies darat, termasuk landak, muncak, rusa sambar, kancil, musang, burung, bekantan, monyet ekor panjang, hingga siamang. Keberadaannya menandakan bahwa rantai makanan di bawahnya masih dalam kondisi sehat.
Macan dahan sangat bergantung pada tegakan pohon. Sebagai spesies arboreal dan pemburu ulung, ia dapat bertahan di kawasan penebangan, hutan bakau, dan rawa gambut.
Menariknya, macan dahan juga tidak takut air; ikan pun menjadi salah satu menu dalam dietnya. Keberadaan macan dahan Kalimantan adalah indikator penting bagi kesehatan ekosistem hutan tempat ia tinggal.
Ancaman Habitat Macan Dahan
Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pembangunan jalan yang membentang dari Indonesia hingga Brunei (Pan Borneo), pemindahan ibu kota, dan proyek jalan trans Sumatera dapat semakin memecah habitat macan dahan, bahkan di kawasan-kawasan lindung.
Zaneta Kaszta, penulis utama studi tersebut, menyatakan bahwa macan dahan berfungsi sebagai spesies model untuk memahami dampak pembangunan infrastruktur terhadap konektivitas habitat karnivora puncak di Kalimantan dan Sumatera. Hasil penelitiannya dipublikasikan dalam jurnal Science of The Total Environment pada tahun 2024.
Di Kalimantan, sekitar 34 persen dari wilayahnya dianggap sebagai kawasan inti untuk macan dahan, sedangkan di Sumatera hanya sekitar 13 persen. Penemuan menunjukkan bahwa jalan Pan Borneo berkontribusi hampir sepertiga dari total kehilangan konektivitas habitat. Di sisi lain, pemindahan ibu kota baru menjadi penyebab utama hilangnya konektivitas, dengan dampak paling signifikan dirasakan di Kalimantan Timur.
Meskipun macan dahan Kalimantan, sebagai raja hutan, seharusnya memiliki kekuasaan tanpa gangguan, kenyataannya, ancaman terbesar datang dari aktivitas manusia. Deforestasi yang disebabkan oleh perluasan lahan pertanian, penebangan hutan, kebakaran, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur besar-besaran telah memengaruhi habitat mereka secara signifikan.
Sebagai hewan teritorial, macan dahan memiliki jangkauan habitat sekitar 45 km persegi. Namun, deforestasi telah membuat habitat inti mereka terfragmentasi, dan banyak area penting telah menghilang. Dampak serius dari kombinasi deforestasi dan hilangnya konektivitas hutan berpotensi mengganggu kelangsungan hidup spesies ini.
Dalam menghadapi tantangan ini, para peneliti merekomendasikan agar langkah mitigasi yang lebih baik diambil. Salah satu saran adalah pembangunan penyeberangan untuk satwa liar dan menghindari proyek infrastruktur di kawasan habitat yang sensitif. Mereka juga menekankan pentingnya merumuskan strategi pembangunan yang mempertimbangkan keberlanjutan ekologis secara serius, demi melindungi macan dahan dan habitatnya yang semakin terancam.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News