Legenda Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari adalah salah satu cerita rakyat yang berkembang di daerah Banten. Legenda ini mengisahkan tentang seorang putri dan pangeran yang memiliki wajah rupawan.
Pada awalnya mereka sudah memiliki rasa dan akan menikah. Namun karena ada pihak yang iri dengan mereka, akhirnya Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari mengalami hambatan untuk melangsungkan pernikahan.
Lantas bagaimana cerita lengkap dari legenda Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari tersebut?
Legenda Pangeran Pande Gelang dan Putri Cadasari
Dilansir dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, dikisahkan pada zaman dahulu hiduplah seorang putri raja yang memiliki paras cantik dan rupawan. Putri raja tersebut bernama Putri Arum.
Kecantikan dari Putri Arum terkenal hingga seantero negeri tersebut. Hal ini membuat banyak pemuda yang ingin menjadikan Putri Arum sebagai istri mereka.
Pada suatu waktu, terdapat dua orang pangeran yang ingin meminang Putri Arum secara bersamaan. Kedua pangeran tersebut bernama Pangeran Sae Bagus Lana dan Pangeran Cunihin.
Pangeran Sae Bagus Lana memiliki paras yang tampan dan lebih rupawan jika dibandingkan dengan Pangeran Cunihin. Hal ini membuat Putri Arum lebih memilih Pangeran Sae Bagus Lana sebagai kekasihnya.
Namun pemilihan ini ternyata membuat Pangeran Cunihin menjadi iri hati. Dirinya kemudian mengubah wajah Pangeran Sae Bagus Lana menjadi orang tua dan berkulit legam dengan kemampuan sakti yang dia miliki.
Akibatnya tidak ada lagi orang yang mengenali bentuk dari Pangeran Sae Bagus Lana. Akhirnya Pangeran Sae Bagus Lana pergi ke sebuah kampung dan menetap di sana.
Di kampung tersebut, Pangeran Sae Bagus Lana bekerja sebagai pembuat gelang. Oleh sebab itu masyarakat di kampung tersebut mengenalnya dengan nama Pande Gelang atau Ki Gelang.
Pada suatu hari, Pande Gelang tengah berjalan-jalan di sekitar kampungnya. Di tengah perjalanan, dia melihat seorang perempuan cantik yang tengah duduk termenung.
Alangkah terkejutnya Pande Gelang karena perempuan yang dia lihat tersebut ternyata Putri Arum. Namun sayang Putri Arum tidak mengenali dirinya yang sudah berubah bentuk.
Pande Gelang kemudian mendekati Putri Arum yang tengah termenung. Dirinya bertanya kenapa sang putri tengah termenung di sana.
Putri Arum kemudian menceritakan bahwa dirinya mendapatkan tekanan untuk segera menikah dengan Pangeran Cunihin. Akhirnya Pande Gelang memberikan saran agar Putri Arum meminta syarat kepada Pangeran Cunihin jika ingin menikahinya.
Syarat yang diberikan tersebut adalah Pangeran Cunihin harus meletakkan batu keramat di sekitar pantai dan membuat lubang yang bisa dilalui manusia. Namun pada saat mendengarkan penjelasan Pande Gelang, Putri Arum tiba-tiba pingsan karena terlalu letih di atas batu cadas yang dia duduki.
Melihat hal ini, Pande Gelang langsung membantu Putri Arum dan memberikan air yang memancar dari batu cadas tersebut. Putri Arum pun langsung sadar akibat bantuan Pande Gelang.
Sejak saat itu dirinya juga dikenal dengan nama Putri Cadasari. Akhirnya Putri Cadasari kembali ke istana dan memberikan syarat yang disarankan oleh Pande Gelang kepada Pangeran Cunihin.
Pangeran Cunihin menyanggupi syarat tersebut tanpa rasa curiga. Pangeran Cunihin kemudian pergi ke pantai untuk melakukan syarat itu.
Tanpa dia sadari, Pande gelang sudah memasang gelang besar di lubang batu yang mesti dilalui Pangeran Cunihin. Ketika Pangeran Cunihin melewati batu tersebut, tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi tua renta.
Sebaliknya, tubuh Pande Gelang kembali seperti sedia kala ketika dirinya masih bernama Pangeran Sae Bagus Lana. Dirinya kemudian menghampiri Putri Cadasari dan menceritakan semua yang sudah dia alami.
Akhirnya Pande Gelang dan Putri Cadasari menikah dan hidup bahagia hingga akhir hayatnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News