Desa wisata bisa disebut sebagai salah satu destinasi wisata dengan paket lengkap. Dengan mengunjungi satu lokasi, Kawan GNFI bisa menikmati keindahan alam dan atraksi wisata yang ada. Selain itu, Kawan GNFI juga bisa melihat langsung budaya serta tradisi yang dilestarikan di desa wisata tersebut.
Salah satu desa wisata yang menawarkan keindahan alam serta tradisi adalah Desa Wisata Kandri. Berjarak sekitar 15 km dari pusat kota Semarang, desa ini berada di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati. Selain menikmati keindahan alam dan persawahan, Kawan GNFI juga bisa mengunjungi Goa Kreo dan Waduk Jatibarang yang menjadi daya tarik utama.
Waduk Jatibarang merupakan sebuah bendungan sebesar 189 hektar yang membendung sungai Kreo dan berfungsi sebagai pengendali banjir di Semarang. Waduk ini juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dengan berbagai spot foto.
Jejeran kapal kecil dan speedboat milik warga sekitar bisa disewa untuk mengelilingi waduk. Atraksi wisata lain yang juga menarik adalah jembatan yang menghubungkan Waduk Jatibarang dan Goa Kreo. Kawan GNFI bisa berfoto sembari melintasi jembatan ini dan menikmati pemandangan sekitar Waduk Jatibarang dan perkampungan di sekitarnya.
Goa Kreo yang berada di Desa Wisata Kandri ini mempunyai sejarahnya sendiri. Goa Kreo sempat menjadi tempat persinggahan Sunan Kalijaga saat mencari kayu untuk membangun Masjid Agung Demak. Di goa ini pula Sunan Kalijaga bertemu dengan empat ekor monyet yang membantunya mencari kayu.
Sunan Kalijaga kemudian memberi pesan "mangreho" yang berarti jagalah dan mempercayakan keempat monyet itu untuk menjaga goa dan hutan di sekitarnya. Kata mangreho inilah yang menjadi cikal bakal nama Goa Kreo yang dikenal hingga saat ini.
Di dekat Goa Kreo, Kawan GNFI bisa menikmati kesegaran air terjun sembari berinteraksi dengan monyet-monyet liar. Tiket masuk ke dua objek wisata ini cukup murah. Untuk memasuki Waduk Jatibarang Kawan GNFI hanya perlu membayar Rp5.000,00 dan untuk Goa Kreo sebesar Rp8.000,00. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah Kawan GNFI harus menjaga barang bawaan dari kawanan monyet yang berkeliaran di sana.
Ragam Warisan Budaya Semarang yang Patut Dilestarikan
Daya tarik lain dari desa wisata ini adalah beragam tradisi leluhur yang masih dilaksanakan hingga saat ini. Salah satu tradisi yang terkenal adalah Sesaji Rewanda yang dilaksanakan sebagai pertanda dimulainya bulan Syawal. Tradisi ini dilaksanakan sebagai napak tilas perjalanan Sunan Kalijaga dan ungkapan rasa syukur pada Tuhan atas hasil panen yang berlimpah.
Dalam Sesaji Rewanda para warga melakukan kirab dengan membawa gunungan berisi nasi kuning, buah-buahan, palawija dan sego kethek (makanan olahan singkong khas Desa Wisata Kandri). Gunungan berisi buah-buahan dan palawija kemudian diberikan ke monyet-monyet liar di Goa Kreo. Sementara gunungan berisi makanan dibagikan kepada masyarakat yang datang.
Tradisi lain yang ada di Desa Wisata Kandri adalah Nyadran Kali. Tradisi ini dilakukan setiap Kamis Kliwon bulan Jumadil Akhir. Prosesi diawali dengan mengambil air dari 7 sumber mata air yang ada di Desa Wista Kandri. Air ini kemudian diinapkan semalam di rumah sesepuh.
Esok harinya, air ini kemudian dikirab dari Sendang Kidung menuju Sendang Gede diiringi oleh 9 orang penari perempuan dan 9 orang penari laki-laki. Sama seperti Sesaji Rewanda, dalam kirab ini ada kepala sapi, gong dan gunungan berisi hasil bumi yang ikut diarak. Tradisi ini dilakukan sebagai penghormatan pada alam yang memberi berkah kepada masyarakat.
Selain wisata alam dan budaya, Desa Wisata Kandri juga menawarkan paket eduwisata. Di paket ini Kawan GNFI bisa belajar tentang pertanian, kesenian tradisional, dan cara pembuatan kerajinan tangan yang khas dari masyarakat setempat.
Desa Wisata Kandri bisa menjadi pilihan destinasi wisata yang Kawan GNFI kunjungi saat berlibur ke Semarang. Selain itu, Kawan GNFI juga bisa menyaksikan acara tradisi yang diselenggarakan dengan melihat jadwalnya pada akun media sosial Desa Wisata Kandri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News