Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam budaya yang unik di setiap daerah. Kebudayaan itu umumnya terikat dengan adat yang diturunkan dari kebiasaan yang dilakukan oleh leluhur pada suatu desa, yang mana tempat tersebut masih kental dengan adat.
Salah satunya adalah Desa Penglipuran yang berlokasi di Kabupaten Bangli, Bali. Desa wisata tersebut memiliki sejarah dan adat yang unik sehingga lokasi tersebut menjadi salah satu tujuan pariwisata di Bali.
Sejarah Desa Wisata Penglipuran
Dilansir dari Soshum Jurnal Sosial dan Humaniora pada tahun 2015 oleh Made Sudiarta dan I Wayan Nurjaya, Desa Penglipuran dahulu merupakan pecahan dari Desa Buyung Gede. Konon, Desa Buyung Gede membutuhkan bantuan untuk mengangkat bade karena warga dari desa tersebut memiliki tenaga yang kuat.
Namun, jarak antara Desa Buyung Gede dan Kota Bangli sekitar 25 km. Oleh karena itu, sebagian penduduk Desa Buyung Gede dipindahkan ke Desa Kubu, yang saat ini menjadi Desa Penglipuran.
Karena pecahan dari Desa Bayung Gede, Desa Penglipuran memiliki kesamaan dengan Desa Bayung Gede. mulai dari letak, susunan, dan bentuk rumah serta kedudukan pura.
Inilah Pesona 21 Desa Wisata di Sekitar Candi Borobudur
Sebelum dikenal dengan Desa Penglipuran, desa tersebut dikenal dengan nama Desa Kubu Bayung yang berarti orang Bayung yang terletak di Desa Kubu. Kemudian, nama tersebut berubah menjadi Penglipuran.
Kata tersebut berasal dari kata “pengeling” berarti ingat atau mengingat, sedangkan kata “pura” memiliki arti tempat tinggal atau tanah leluhur. Setelah kedua kata tersebut digabung, kata Penglipuran lahir yang memiliki arti ingat kepada tanah leluhur tempat asalnya, yaitu Bayung Gede.
Selain itu, sumber lain menyebutkan bahwa nama Desa Penglipuran berasal dari kata penglipur lara yang berarti tempat menghibut atau penghibur. Hal tersebut terjadi karena raja akan datang ke desa tersebut untuk menghibur diri ketika raja dalam keadaan susah atau sedih.
Mendapatkan julukan Desa Terbersih Menurut UNESCO
Desa Penglipuran dinobatkan sebagai desa terbersih pada tahun 2016. Hal tersebut karena masyarakat desa tersebut menganut kepercayaan kepada Falsafah Tri Hita Karana. Falsafah tersebut dipahami untuk menjaga keharmonisan relasi antar sesama manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan lingkungan. Berdasarkan falsafah tersebut, masyarakat turut menjaga kebersihan lingkungan sekitar agar tetap bersih.
Dilansir dari situs waste4change.com, upaya masyarakat Desa Penglipuran untuk memperoleh gelar desa terbersih di dunia cukup beragam. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan adalah pengumpulan dan penyortiran sampah, yang mana masyarakat akan membagi sampah sesuai dengan kategorinya.
Sampah organik akan dilakukan daur ulang dalam suatu wadah yang kemudian akan terurai menjadi pupuk. Lalu, pupuk tersebut dapat digunakan untuk pada tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, sampah anorganik, seperti plastik, akan dilakukan daur ulang atau dikumpulkan dalam bank sampah.
Desa Penglipuran, Bukti Komitmen Masyarakat dalam Menjaga Lingkungan
Selain sampah, Desa Penglipuran memiliki peraturan untuk tidak sembarang merokok di kawasan desa tersebut. Merokok hanya diperbolehkan di wilayah tertentu yang sudah ditentukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pengunjung diharapkan untuk patuh terhadap peraturan tersebut dan menghargai budaya Desa Penglipuran.
Upaya terakhir yang dilakukan masyarakat Desa Penglipuran adalah meminimalisasi jejak karbon. Untuk mencapai upaya tersebut, masyarakat menggunakan alat dan bahan yang berasal dari bambu untuk membuat perabot rumah tangga. Selain itu, jalan utama desa tersebut hanya diperuntukan pejalan kaki, sehingga kendaraan bermotor tidak diperbolehkan melewati jalan tersebut.
Berdasarkan paparan tersebut, kita sebagai warga negara Indonesia diharapkan dapat mengikuti budaya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Penglipuran. Jika mencontohkan tradisi tersebut, kota dan desa di Indonesia akan menjadi asri dan bersih, serta lingkungan menjadi lebih sehat.
Tidak hanya hal tersebut, hewan dan tumbuhan di sekitarnya akan merasakan dampak tersebut. Oleh karena itu, mulailah dari langkah kecil tetapi konsisten agar menuju Indonesia emas 2045!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News