Bentuk tren wisata alternatif yang ditetapkan sebagai salah satu program unggulan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah desa wisata.
Seperti yang tercantum pada UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Desa Wisata merupakan suatu daerah tujuan wisata atau disebut pula destinasi pariwisata, yang mengintegrasikan daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Dalam rangkaian ASEAN Tourism Forum (ATF) 2025 yang berlangsung pada 15-20 Januari 2025 di Johor, Malaysia, beberapa desa wisata dari Indonesia memenangkan ASEAN Tourism Award (ATA) 2025.
Desa wisata dari Indonesia yang memenangkan penghargaan untuk kategori ASEAN Homestay Award, adalah Desa Wisata Nagari Adat Sijunjung, yang berlokasi di Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat.
Baca juga: Harmoni Alam, Budaya, dan Manusia yang Membawa Desa Jatiluwih Jadi Desa Wisata Terbaik Dunia
Secara geografis, Desa Wisata Nagari Adat Sijunjung masuk dalam wilayah kawasan Geopark Ranah Minang Silokek, yang merupakan salah satu Cagar Budaya Nasional. Terletak di antara dua sungai yakni Batang Sukam dan Batang Kulampi, kawasan desa wisata ini dilingkupi oleh hutan dan perbukitan yang menyajikan sebuah bentang alam yang unik.
Lanskap desa wisata ini juga memilki sawah dan ladang, lahan perkuburan, surau, masjid, pasar, jalan, dan balai adat yang tersusun pada area yang saling berdekatan dengan sungai.
Mengunjungi Desa Wisata Nagari Adat Sijunjung, Kawan GNFI seperti dibawa masuk ke “lorong waktu” dengan keberadaan sekitar 76 rumah gadang dari abad ke-16 dan 17 M, yang berjajar rapi dalam satu kawasan perkampungan. Memiliki budaya yang kental dengan keberadaan 6 suku asli dari kawasan desa adat, desa wisata tersebut masih menjaga tradisi khas Minangkabau hingga saat ini.
Wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Nagari Adat Sijunjung dapat menikmati berbagai paket wisata yang diisi dengan berbagai kegiatan seru dan menikmati ragam budaya seperti kuliner, kesenian, dan nilai sejarah.
Baca juga: Rekomendasi Wisata Edukasi Dekat Stasiun Kereta Api Ambarawa untuk Mengisi Liburan Sekolah
Menginap di Homestay Rumah Adat
Pengunjung dapat menginap di sekitar 40 rumah adat yang digunakan sebagai homestay di desa wisata ini. Dalam satu rumah mampu memuat lebih dari 3 orang pengunjung, lengkap dengan beragam fasilitas yang memadai.
Tradisi Bakaua Adat
Kawan GNFI dapat menyaksikan Tradisi Bakaua Adat Nagari Sijunjung, yaitu sebuah tradisi yang diselenggarakan sebagai bentuk syukur atas hasil panen pertanian yang melimpah. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi dan kekompakan masyarakat tani dalam menggarap pertanian sawah khususnya.
Lokasi pelaksanaan kegiatan ini berlangsung di suatu tempat pertemuan adat di Nagari Sijunjung yang disebut ''Los Tabek''. Pada akhir prosesi kegiatan, akan ditutup dengan acara “Makan Bajamba” atau makan Bersama, sebuah tradisi yang paling dinanti seluruh masyarakat.
Atraksi Silat Harimau
Selain itu pengunjung juga dapat melihat atraksi silat harimau, yaitu salah satu seni bela diri tradisional asli dari tanah Minangkabau, yang pertama kali dibuat di daerah Pariangan pada tahun 1119 oleh Datuk Suri Dirajo.
Saat itu, Datuk Suri Diarjo melatih pasukan kerajaan dengan berbagai gaya silat yang berbeda, karena pada zaman dahulu pasukan silat sering menghadapi pertempuran satu lawan satu, satu lawan tiga, atau satu lawan empat.
Malomang
Wisatawan juga bisa mengikuti wisata buatan yang ditawarkan di desa wisata ini, yaitu kegiatan untuk membuat lemang, jajanan atau makanan khas Sijunjung.
Kegiatan ini dikenal sebagai “Malomang”. Selain itu pengunjung juga bisa menyaksikan lomba membuat lemang yang digelar oleh masyarakat setempat. Perlombaan membuat lemang ini digelar sebagai persiapan acara Tradisi Bakaua Adat.
Baca juga: Sepetik Kisah Tentang Alam dan Warna di Desa Wisata Tigarihit di Tepi Danau Toba
Wisata Kuliner dan Kain Khas
Untuk wisata kuliner, pengunjung dapat mencicipi kuliner khas di desa wisata ini, seperti kopi corano ameh, jahe merah, kalamai, keripik bawang putih, dan madu galogalo. Kawan GNFI juga dapat mengikuti kelas memasak makanan tradisional yang menawarkan aktivitas kelas memasak makanan tradisional khas Sumatra Barat mulai dari rendang, kalamai (dodol), dan makanan lainnya.
Sebagai oleh-oleh dari desa wisata ini, pengunjung dapat membeli kain khas daerah ini, seperti batik cetabacora, batik ecoprint, tenun unggan, dan songket lansek.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News