sandur tuban seni tradisional yang terancam punah - News | Good News From Indonesia 2025

Sandur Tuban, Seni Tradisional yang Terancam Punah

Sandur Tuban, Seni Tradisional yang Terancam Punah
images info

Kawan GNFI, pernahkah mendengar tentang kesenian Sandur Tuban? Seni tradisional asal Jawa Timur ini bukan sekadar tarian atau drama biasa. Sandur adalah cerminan kehidupan masyarakat agraris Tuban yang sarat makna filosofi.

Namun, di era digital ini, Sandur Tuban terancam punah. Generasi muda lebih memilih K-Pop atau TikTok, sementara seniman tua berjuang mempertahankan warisan leluhur.

Apa Itu Kesenian Sandur Tuban?

Sandur Tuban adalah seni pertunjukan yang menggabungkan tari, musik, dan drama. Awalnya, Sandur hanya dipentaskan sebagai hiburan petani usai bekerja di sawah.

Uniknya, Sandur hanya punya satu lakon utama: kisah pertanian dari masa menanam hingga panen. Empat tokoh utamanya—Balong, Tangsil, Pethak, dan Cawik—mewakili sifat manusia: amarah, keserakahan, romantisme, dan kebaikan.

Menurut sebuah penelitian dari Universitas Airlangga yang dipublikasikan 2016 silam, Sandur juga menjadi media komunikasi spiritual dengan leluhur. Setiap gerakan dan perlengkapan pementasan penuh simbol, seperti lampu petromaks yang melambangkan matahari atau kendi sebagai simbol tanah dan air.

Ancaman Kepunahan Sandur Tuban di Era Modern

Data Dinas Kebudayaan Tuban (2023) menunjukkan, saat ini hanya tersisa lima grup aktif Sandur di Desa Prunggahan Kulon. Keterbatasan dana dan menurunnya minat masyarakat menghambat regenerasi seniman. Menurut Sumardi, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Kabupaten Tuban, keberadaan Sandur mulai menyusut di tengah arus modernisasi dan pergeseran minat generasi muda ke dunia digital.

Padahal, Sandur Tuban menyimpan makna filosofi kehidupan yang dalam. Misalnya, tahap bancik endok yang melambangkan fase bayi dalam kandungan, atau tahap kalongking yang menggambarkan kematian. Jika Sandur punah, bukan hanya seni yang hilang, tetapi juga identitas budaya Jawa Timur.

Tata Busana Sandur Tuban: Simbol Sifat Manusia

Salah satu daya tarik Sandur Tuban adalah tata busananya yang penuh makna. Setiap warna kostum mewakili sifat manusia:

  • Merah: Amarah (tokoh Tangsil).
  • Putih: Kesucian (tokoh Pethak).
  • Kuning: Romantisme (tokoh Cawik).
  • Hitam: Keserakahan (tokoh Balong).
Baca Juga: Batik Gedog Tuban, Sejarah, Motif, dan Teknik Pembuatan

Aksesori seperti sumping (pelindung telinga) dan kace (kalung) juga punya filosofi tersendiri. Misalnya, sumping merah pada tokoh Balong melambangkan kewibawaan, sementara sumping putih di Pethak simbol kesucian.

Upacara Adat & Perlengkapan Sakral Sandur

Tak hanya tarian, Sandur Tuban juga lekat dengan ritual adat. Sebelum pentas, sesajen seperti tumpeng, kupatlepet, dan beras kuning dipersembahkan untuk leluhur. Menurut pakar budaya Heddy Shri Ahimsa-Putra (2000), sajen adalah bentuk rasa syukur kepada alam dan penghormatan pada nenek moyang.

Baca Juga: Mitos "Kalap" Sosok Gaib di Bengawan Solo, Hilangnya Para Anak Kelahiran Luar Tanah Jawa di Desa Simorejo, Tuban

Perlengkapan lain seperti bambu (simbol keseimbangan) dan obor (lambang oposisi biner) juga punya peran vital. Bahkan, gong bumbung—alat musik dari bambu—dipercaya sebagai media penyampai doa kepada Sang Pencipta.

Cara Melestarikan Sandur Tuban di Era Digital

Lalu, bagaimana menyelamatkan Sandur Tuban dari kepunahan?

  1. Edukasi Generasi Muda: Masukkan Sandur ke kurikulum sekolah atau workshop budaya.
  2. Kolaborasi Kreatif: Ubah Sandur jadi konten digital di TikTok/Instagram, seperti yang dilakukan komunitas #AyoJagaBudaya.
  3. Dukungan Pemerintah: Anggaran khusus untuk pelatihan seniman dan pentas rutin.
  4. Wisata Budaya: Jadikan Desa Prunggahan Kulon sebagai destinasi wisata heritage.

Mengapa Kita Harus Peduli?

Sandur Tuban bukan sekadar tontonan. Ia adalah cermin jati diri bangsa yang mengajarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritual. Jika kita diam saja, dalam 10 tahun mendatang, Sandur mungkin hanya jadi cerita di buku sejarah.

Baca Juga: Di Ambang Kepunahan, Begini Keunikan Seni Pertunjukan Kentrung Bate Khas Bangilan Tuban

Kawan GNFI, melestarikan Sandur Tuban adalah tugas kita bersama. Seperti kata pepatah Jawa, "Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busana." Harga diri terletak pada kata-kata, tetapi harga budaya terletak pada upaya kita menjaganya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IW
IJ
FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.