rujak juhi makanan tradisional betawi yang digemari masyarakat tionghoa di jakarta pada 1960 an - News | Good News From Indonesia 2025

Rujak Juhi, Makanan Tradisional Betawi yang Digemari Masyarakat Tionghoa di Jakarta pada 1960-an

Rujak Juhi, Makanan Tradisional Betawi yang Digemari Masyarakat Tionghoa di Jakarta pada 1960-an
images info

Rujak juhi merupakan salah satu makanan tradisional dari sederet kuliner khas yang berasal dari kebudayaan Betawi. Apakah Kawan pernah mencicipi makanan tradisional yang satu ini sebelumnya?

Kebudayaan Betawi memang dikenal dengan keberagaman kuliner yang dimilikinya. Kawan tentu sudah tidak asing lagi dengan deretan makanan tradisional khas kebudayaan ini, seperti kerak telor, kue rangin, dan lainnya bukan?

Meskipun sudah mulai jarang dijumpai pada saat ini, makanan tradisional tersebut tetap memiliki daya tariknya tersendiri untuk dapat dinikmati oleh para penikmatnya. Apalagi deretan makanan khas kebudayaan Betawi tersebut belum tentu bisa Kawan jumpai di daerah lain yang ada di Indonesia

Dari berbagai macam deretan kuliner khas tersebut, salah satu makanan tradisional yang patut dicoba adalah rujak juhi. Apalagi makanan tradisional yang satu ini juga memiliki keunikannya tersendiri jika dibandingkan dengan jenis lainnya.

Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait makanan tradisional rujak juhi tersebut?

Sekilas Rujak Juhi

Apa yang terlintas di benak Kawan ketika mendengar nama rujak? Mungkin Kawan akan berpikir pada sajian makanan yang terdiri dari berbagai macam campuran buah.

Namun hal berbeda akan Kawan temukan ketika mencicipi rujak juhi. Sebab makanan tradisional ini tidak menggunakan campuran buah-buahan dalam makanannya.

Penamaan "juhi" pada makanan ini sendiri berasal dari bahan utama yang digunakan dalam makanan tersebut. Juhi sendiri merupakan sejenis sotong yang dikeringkan dan dijadikan bahan utama dalam makanan tersebut.

Selain itu, rujak juhi juga menggunakan campuran mie, soun, bihun, dan sayur-sayuran dalam setiap porsinya. Sekilas rujak juhi mirip dengan salad yang bisa Kawan jumpai di daerah lainnya.

Dilansir dari laman Indonesia Kaya, keberadaan rujak juhi di Betawi diyakini berasal dari salah satu makanan tradisional lain yang ada di daerah tersebut, yakni trotol. Trotok sendiri merupakan makanan tradisional yang menggunakan campuran sayur di dalamnya.

Penggunaan nama "trotok" pada makanan tersebut diketahui berasal dari cara penjualnya untuk menarik pelanggan. Penjual trotok dulunya sering menjual makanan ini dengan memukul potongan bambu saat melewati rumah.

Bunyi dari pukulan bambu ini memunculkan suara "trotok" pada saat dipukul. Bunyi ini pula yang menjadi dasar pada penamaan makanan tradisional tersebut.

Secara bentuk, trotok dan rujak juhi tidak jauh berbeda. Bisa dibilang rujak juhi merupakan perkembangan lebih lanjut dari makanan tradisional tersebut.

Satu porsi trotok biasanya dibuat dengan mencampurkan kacang panjang, kentang, juhi, mie, dan kol. Nantinya campuran tersebut dicampurkan dengan cuka dan kacang.

Perkembangan lebih lanjut dari makanan tradisional trotok inilah yang nantinya memunculkan variasi rujak juhi di kemudian hari.

Digemari oleh Masyarakat Tionghoa

Meskipun merupakan makanan khas Betawi, rujak juhi sebenarnya merupakan salah satu contoh kuliner yang tercipta dari percampuran budaya yang berbeda. Makanan tradisional ini tercipta dari perpaduan dua budaya yang berbeda, yakni Betawi dan Tionghoa.

Adanya unsur budaya Tionghoa dalam rujak juhi bisa dilihat pada penggunaan mie, soun, dan bihun dalam makanan tersebut. Hal ini menjadi sesuatu yang baru, terlebih makanan rujak yang biasanya lebih identik dengan buah-buahan yang digunakan dalam proses pembuatannya.

Hal ini pula yang membuat masyarakat Tionghoa juga menggemari makanan tradisional Betawi tersebut. Dikutip dari laman Wikipedia, rujak juhi diketahui menjadi salah satu makanan favorit bagi masyarakat Tionghoa yang tinggal di daerah Jakarta pada periode waktu 1960-an.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.