jajal kuliner legendaris jakarta yang hidup setelah matahari terbenam - News | Good News From Indonesia 2025

Jajal Kuliner Legendaris Jakarta yang Hidup Setelah Matahari Terbenam

Jajal Kuliner Legendaris Jakarta yang Hidup Setelah Matahari Terbenam
images info

Kawan setuju, nggak, kalau Jakarta disebut sebagai kota yang tidak pernah tidur? Faktanya, di balik kesibukannya di siang hari, ada kehidupan lain yang baru saja dimulai ketika cahaya matahari mulai temaram dan bulan mengambil alih langit. Jalanan yang sebelumnya padat kini lebih lengang, digantikan dengan aroma masakan dari warung-warung tenda yang silih berganti merayap di udara.

Dengan penduduknya yang mencapai sekitar 11,6 juta jiwa, Jakarta memang lekat dengan kesan penat dan padat. Meskipun begitu, di antara gedung-gedung tinggi yang menjadi panorama khasnya, ternyata ada begitu banyak warung kaki lima, tenda sederhana, hingga kedai legendaris yang masih eksis hingga puluhan tahun, lho

Jika Kawan berkesempatan menyusuri kota metropolitan di malam hari, berikut adalah beberapa rekomendasi kulineryang harus Kawan cicipi setidaknya sekali dalam seumur hidup.

Nasi Goreng Kebon Sirih

Ilustrasi Nasi Goreng Kambing | Sumber gambar: commons.wikimedia.org
info gambar

Sang legenda dari kawasan Menteng menduduki urutan pertama pada ulasan kali ini. Kawasan yang dipenuhi dengan bangunan bersejarah dan kantor-kantor pemerintahan, ada satu tempat yang sejak tahun 1958 tak pernah kehilangan daya tariknya.

Dari kejauhan, suara nyala api dari wajan besar berpadu dengan aroma rempah yang menusuk hidung, menjadi pertanda bahwa Nasi Goreng Kebon Sirih sedang dalam proses peracikan.

Berbeda dengan nasi goreng kebanyakan, rempah-rempah Timur Tengah yang digunakan meresap sempurna ke dalam butiran nasi yang tidak terlalu berminyak, memberikan rasa gurih yang begitu kaya. Ditambah lagi dengan potongan daging kambing yang telah direbus dengan teknik khusus menjadikannya empuk tanpa aroma prengus sedikit pun, mungkin itulah sebabnya tempat ini tak pernah sepi.

Jika Kawan menyempatkan berkunjung ke tempat ini, jangan heran melihat antrean yang masih mengular panjang, suara piring dan sendok yang masih beradu, dan sesekali bercampur dengan tawa para pelanggan yang masih terdengar meski jarum jam sudah menunjukkan larut malam.

Sate Taichan Senayan

Potret satu porsi Sate Taichan | Sumber Gambar: Dok. Anakjajan
info gambar

Dari Jakarta Pusat, Kawan bisa melipir sedikit ke daerah selatan, tepatnya di kawasan Senayan yang terkenal ikonik dengan kuliner street food-nya, yaitu sate tanpa bumbu kacang atau kecap. Memang terdengar unik, tetapi di sanalah letak keistimewaan Sate Taichan.

Dalam proses pembuatannya, daging ayam hanya dibumbui dengan garam dan perasan jeruk nipis, kemudian dibakar hingga menghasilkan warna putih pucat yang khas. Tapi jangan salah, yang membuatnya istimewa adalah sambalnya. Racikan cabai pedas yang menggigit, terasa seperti ada kobaran api kecil di dalam mulut. Tak jarang, pembeli yang baru pertama kali mencicipi akan terkejut dengan sensasi pedas dan panas pada lidahnya.

Roti Bakar Eddy

Isian roti bakar yang menyatu dengan lelehan keju dan mentega | Sumber gambar: The Nix Company/Unsplash
info gambar

Masih dari kawasan Jakarta Selatan, di mana semuanya terasa bergerak begitu cepat, di sudut Blok M, ada tempat seakan waktu berjalan lebih lambat. Roti Bakar Eddy, yang namanya telah melegenda, sering kali menjadi persinggahan bagi para pekerja yang enggan pulang terburu-buru karena ingin mengisi perut terlebih dahulu.

Masih menggunakan cara tradisional, setiap potong roti yang tebal dipanggang di atas bara api, bukan di dalam toaster listrik seperti kebanyakan. Mentega yang meleleh perlahan menyatu dengan aroma khas dari permukaan roti yang sedikit gosong memberikan perpaduan tekstur renyah di luar namun tetap lembut di dalam. Namun, tenang saja, Kawan, di sini tersedia pula pilihan makanan berat tak kalah sedapnya untuk dinikmati setelah menyantap roti bakar. 

Memang tampak seperti tidak ada yang begitu istimewa. Namun, sejak tahun 1970-an, kedai ini telah menjadi saksi bisu berbagai kisah para pelancong yang sempat singgah, mulai dari perbincangan ringan hingga diskusi panjang yang entah sampai mana pembahasannya. 

Baca juga: Pilihan Soto Betawi Terbaik di Jakarta Berdasarkan Rating Tertinggi

Gultik

Sepiring hangat gultik yang siap disantap | Sumber gambar: Dok. @gultikblokm_ / Instagram
info gambar

Sementara itu di persimpangan jalan kecil di daerah Melawai, di antara deretan ruko dan jalanan yang mulai sepi, ada satu pemandangan yang kontras. Puluhan orang yang didominasi anak muda, duduk berdekatan di trotoar. Beberapa sibuk menyantap hidangan, sementara yang lain asyik mengabadikan momen untuk konten media sosial.

Di sinilah Gulai Tikungan, atau yang lebih akrab disebut Gultik. Menunya sederhana, sepiring nasi putih yang masih mengepul disiram dengan kuah gulai kuning dan potongan daging sapi yang lembut, dan tak lupa dilengkapi dengan taburan bawang goreng. Dengan porsinya yang tidak terlalu besar, tak heran jika banyak orang yang mampu menghabiskan beberapa piring dalam waktu singkat. 

Meskipun begitu, gultik tetap menjadi persinggahan andalan untuk menghabiskan waktu bersama pasangan atau sahabat karib, menikmati sepiring hangat nasi gulai sembari ditemani cahaya bulan dan pemandangan city light Kota Jakarta.

5 Kafe Kopi Unik di Jakarta Barat yang Wajib Masuk List Pencinta Kopi

Kawasan Pecenongan

Martabak pandan dengan isian keju dan cokelat lumer siap dinikmati | Sumber gambar: Horego.com
info gambar

Kurang lengkap rasanya menjelajahi kuliner malam Jakarta tanpa menyusuri jalanan di sekitar Pecenongan. Dikenal sebagai kawasan kuliner malam sejak era 1970-an, Pecenongan menawarkan segala sesuatu yang menggugah selera, mulai dari martabak legendaris dengan isian yang melimpah hingga seafood segar yang dimasak langsung di pinggir jalan. 

Di salah satu sudutnya, warung seafood yang selalu dipenuhi pelanggan tengah menyajikan kepiting saus padang, hidangan yang menjadi primadona di antara para pencinta kuliner laut. Kepiting yang dimasak dalam saus merah menyala dengan paduan rasa pedas, manis, dan gurih, membuat siapa pun tak ragu untuk menyingsingkan lengan baju dan menyantapnya langsung dengan tangan.

Tak jauh dari sana, juga terlihat kerumunan orang yang menunggu pesanan martabak yang sedang dibuat. Dengan gerakan yang sudah begitu terampil, sang koki menuangkan adonan ke dalam loyang besar, membiarkannya mengembang sempurna sebelum ditaburi dengan keju, kacang, atau cokelat yang melimpah. Martabak yang sudah tidak diragukan lagi ketenarannya itu memang selalu berhasil menggoda mereka yang lewat untuk berhenti sejenak.

Kabar baiknya adalah kebanyakan dari kedai legendaris di atas memiliki jam operasoinal sampai dini hari, lho! Jadi, saat rasa lapar muncul tiba-tiba, Kawan tidak perlu bingung lagi mau makan apa, karena ada begitu banyak pilihan yang bisa kawan coba cicipi! 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.