Drakula atau dracula bukanlah sosok yang asing dalam media dan kultur pop. Tokoh yang kerap digambarkan berpenampilan necis dan misterius ini diciptakan oleh Bram Stoker, penulis asal Irlandia, tahun 1897 dalam novel berjudul Dracula.
Drakula kemudian diadaptasi ke berbagai bentuk media, salah satunya Nosferatu, film bisu horor Jerman tahun 1922. Puluhan tahun setelahnya, Nosferatu kembali menyihir antusiasme pegiat sinema lewat remake (buat ulang) Robert Eggers tahun 2024.
Tak ayal, sosok Drakula yang ikonik, kaya akan sejarah dan nilai budaya Eropa memiliki pengaruh besar dalam sejarah industri kreatif. Lewat artikel ini, Kawan GNFI akan menelusuri tentang Nosferatu dan pengaruh kuat Drakula dalam budaya pop.
Baca juga: Dari Film untuk Sandwich Generation
Drakula dan Sejarah Kelam Vampir dalam Budaya Eropa
Secara garis besar, Drakula adalah tokoh dari ras vampir yang terkenal dengan umur panjang dan menghisap darah untuk hidup. Legenda vampir, dan makhluk mitos serupa lainnya telah lama hadir sebelum masa Kekristenan.
McFadden (2021) menjelaskan, vampir adalah representasi dari sisi gelap manusia, bentuk lepas tangan manusia akan perilaku buruk. Sederhananya, mitos vampir dibuat untuk menerima tuduhan atas perbuatan amoral manusia yang enggan diakui manusia itu sendiri.
Di budaya Eropa, vampir melambangkan penderitaan. Colleen Lucey, Asisten Profesor Russian & Slavic Studies dari The University of Arizona, menyatakan vampir memiliki peranan psikologis sebagai kambing hitam atas krisisnya ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat lampau.
Vampir jadi penyebab utama wabah dan penyakit penular. Vampir juga kerap digambarkan sebagai orang asing misterius penghisap darah, dengan pesan moral agar berhati-hati kepada orang yang tidak dikenal.
Berawal dari cerita rakyat, vampir mulai diadaptasi ke dalam berbagai karya seni. Mulai dari Drakula, sampai karakter-karakter vampir terkenal lainnya seperti Edward Cullen dari Twilight, atau Count Dracula dari film Van Helsing. Menarik sekali, ya, Kawan GNFI!
Baca juga: 5 Cara Memilih Film yang Tepat, Efeknya Bikin Emosi Lebih Stabil
Nosferatu Jadi Bukti Nyata Pengaruh Drakula dalam Budaya Pop
Terkenal dengan karya film bernuansa horor gotik, seperti The VVitch (2015), Robert Eggers menyuguhkan Nosferatu (2024) dalam nuansa kengerian yang eksentrik.
Mengutip Lit Hub, Nosferatu (2024) menceritakan pasangan muda Ellen dan Thomas Hutter yang tinggal di Wisbourg, Jerman, tahun 1838. Thomas menerima promosi yang mengharuskannya pergi ke daerah terpencil di Pegunungan Carpathia untuk mengurus proyek real estate dengan Count Orlok, seorang bangsawan kaya misterius yang memiliki identitas asli Drakula dari abad kuno.
Ellen, sang istri, memiliki kekuatan psikis misterius dan memiliki firasat buruk jika Thomas pergi menemui Count Orlok. Tanpa Ellen sadari, dirinya dan Count Orlok sudah lama terhubung secara batin, dan Ellen adalah tujuan utama Orlok tiba di Jerman.
Nosferatu (2024) sendiri mendapatkan banyak pujian dan ulasan dari kritikus dan pegiat film di seluruh dunia. Eggers menyampaikan bahwa popularitas Nosferatu adalah berkat dari karya-karya terdahulu yang mengenalkan tokoh Drakula & vampir ke khayalak publik, salah satunya Spongebob Squarepants dalam episode The Hash Singing Slasher.
Demikian adalah pembahasan singkat mengenai Nosferatu dan pengaruh Drakula dalam sejarah panjang perkembangan budaya pop. Bagaimana menurut Kawan GNFI?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News