Pulau Jawa tidak hanya kaya akan budaya dan sejarah, tetapi juga memiliki keanekaragaman flora yang unik di setiap provinsinya. Setiap daerah di Jawa menetapkan satu jenis tumbuhan sebagai flora identitas yang mencerminkan karakter khas wilayahnya. Penetapan ini bukan sekadar simbol, tetapi juga bentuk pelestarian terhadap kekayaan alam Indonesia.
Flora identitas provinsi di Pulau Jawa memiliki nilai historis dan ekologis yang penting. Beberapa di antaranya memiliki manfaat bagi masyarakat, baik sebagai tanaman obat, hias, maupun bagian dari tradisi lokal. Keunikan dan keberagaman ini membuat setiap flora memiliki daya tarik tersendiri untuk dikenali lebih dalam.
Jika Kawan penasaran dengan flora khas yang menjadi identitas tiap provinsi di Pulau Jawa, simak penjelasannya berikut ini.
1. Kokoleceran - Banten
Kokoleceran, dengan nama ilmiah Vatica bantamensis, adalah pohon endemik yang menjadi flora identitas Provinsi Banten. Pohon ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 30 meter dan diameter batang sekitar 60 sentimeter.
Daunnya berbentuk menjorong atau melanset, dengan panjang antara 7,5 hingga 18 sentimeter. Perbungaan kokoleceran berbentuk malai yang muncul di ujung atau ketiak daun, dengan panjang mencapai 7 sentimeter. Buahnya berbentuk agak bulat dengan diameter sekitar 1 sentimeter.
Secara tradisional, kayu kokoleceran dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan pembuatan kapal, mengingat kualitas kayunya yang baik. Namun, karena populasinya yang terbatas dan habitatnya yang terancam, pemanfaatan ini menjadi sangat terbatas. Saat ini, kokoleceran termasuk dalam kategori "Kritis" atau "Critically Endangered" menurut IUCN, sehingga diperlukan upaya konservasi yang serius untuk mencegah kepunahannya.
2. Salak Condet - Jakarta
Kawan GNFI yang berdomisili di Jakarta pasti familiar dengan salak sebagai flora identitas DKI Jakarta, khususnya salak condet. Jenis ini hanyalah satu dari sekian banyak varietas salak yang ada di Indonesia.
Sebelum membahas perbedaannya dengan jenis lain, ada baiknya mengenal salak secara umum terlebih dahulu. Tanaman ini termasuk dalam keluarga palma dengan buah yang dapat dikonsumsi. Secara ilmiah, salak dikenal sebagai Salacca zalacca dan di luar negeri sering disebut snake fruit.
Dalam bahasa Minangkabau, Makassar, dan Bugis, salak disebut "sala". Awalnya, tanaman ini banyak ditemukan tumbuh liar di wilayah barat daya Jawa serta bagian selatan Sumatra, meskipun asal-usul pastinya belum diketahui.
Penyebaran salak di Indonesia cukup luas, mulai dari Jawa, Bali, Sumatra, Sulawesi, hingga Maluku. Saat ini, terdapat sekitar 20 hingga 30 jenis salak yang dibedakan berdasarkan daerah asal, rasa, warna kulit, dan karakteristik lainnya.
Beberapa jenis yang terkenal di antaranya adalah salak Sidimpuan dari Sumatra Utara, salak condet dari Jakarta, salak pondoh dari Yogyakarta, dan salak Bali dari Pulau Bali.
3. Gandaria - Jawa Barat
Gandaria juga dikenal dengan sebutan kundangan atau ramania, dengan nama ilmiah Bouea macrophylla Griffith. Di kancah internasional, buah ini tetap disebut gandaria. Tanaman ini berasal dari Sumatra Utara, Semenanjung Malaysia, dan Jawa Barat, sehingga ditetapkan sebagai flora identitas Provinsi Jawa Barat.
Seiring waktu, gandaria mulai dibudidayakan di berbagai wilayah seperti Sumatra, Jawa bagian barat, Kalimantan, Ambon, hingga Thailand. Pohon ini tumbuh subur di daerah tropis dengan tanah ringan dan subur, sering ditemukan liar di hutan dataran rendah hingga ketinggian 300 mdpl.
Meski memiliki rasa yang sedikit asam, gandaria kerap dikonsumsi segar. Selain itu, buah ini dapat diolah menjadi sirup atau dijadikan manisan. Buah gandaria yang masih muda sering digunakan sebagai penyedap dalam sambal khas atau campuran asinan.
Tak hanya buahnya, daun muda gandaria yang berwarna ungu tua juga cocok dijadikan lalapan, terutama saat disantap dengan sambal gandaria. Selain sebagai tanaman buah, pohon gandaria juga berfungsi sebagai peneduh karena memiliki tajuk yang rindang
4. Kantil - Jawa Tengah
Bagi masyarakat Jawa Tengah, bunga kantil tentu sudah tidak asing lagi. Sementara itu, di luar Jawa Tengah, bunga ini lebih dikenal dengan sebutan cempaka putih. Dalam bahasa Inggris, tanaman ini disebut white champaca dan memiliki nama ilmiah Michelia alba DC. Persebarannya meliputi wilayah Asia tropis hingga kepulauan Pasifik. Di Indonesia sendiri, bunga kantil telah dikenal sejak lama, mulai dari Aceh hingga Maluku.
Bunga kantil memiliki makna mendalam bagi masyarakat Jawa Tengah. Dalam bahasa Jawa, "kantil" berarti melekat atau selalu mengikuti. Tak heran jika bunga ini sering digunakan dalam berbagai acara, baik yang bersifat tradisional, keagamaan, maupun acara lainnya.
5. Kepel - Yogyakarta
Tumbuhan kepel, yang juga dikenal sebagai burahol, memiliki nama ilmiah Stelechocarpus burahol. Nama "kepel" berasal dari ukurannya yang sebesar kepalan tangan orang dewasa dalam bahasa Jawa. Tanaman ini banyak ditemukan di Pulau Jawa dan Semenanjung Malaysia, tetapi di Jawa keberadaannya lebih umum di lingkungan keraton. Buah kepel sangat disukai para puteri keraton karena dipercaya dapat membuat keringat beraroma wangi dan mengurangi bau tajam pada air seni.
Saat ini, kepel masih dapat ditemukan di beberapa tempat, seperti keraton-keraton di Jawa, Taman Buah Mekarsari, TMII, Taman Sringanis Bogor, Taman Kyai Langgeng Magelang, serta Kebun Raya Bogor. Karena banyak dibudidayakan di Keraton Yogyakarta, tanaman ini akhirnya ditetapkan sebagai flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta.
6. Sedap Malam - Jawa Timur
unga sedap malam (Polianthes tuberosa) adalah flora identitas Provinsi Jawa Timur. Tanaman ini berasal dari Meksiko dan telah lama dibudidayakan di Indonesia. Bunga sedap malam dikenal dengan aroma harumnya yang khas dan mekar pada malam hari. Tanaman ini tumbuh hingga mencapai tinggi sekitar 45 cm dan menghasilkan rumpun bunga berwarna putih. Daunnya panjang berwarna hijau muda yang mengumpul di pangkal batang.
Selain sebagai tanaman hias, bunga sedap malam memiliki berbagai manfaat. Aromanya yang menenangkan sering dimanfaatkan dalam aromaterapi untuk meredakan stres dan kecemasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bunga ini memiliki sifat antispasmodik yang dapat membantu meredakan kram dan batuk, sehingga bermanfaat dalam pengobatan influenza atau pilek. Selain itu, bunga sedap malam juga digunakan dalam industri parfum karena aromanya yang khas dan tahan lama.
Setiap flora identitas provinsi di Pulau Jawa tidak hanya menjadi simbol daerah, tetapi juga memiliki nilai budaya dan ekologis yang berharga. Dengan mengenal dan menjaga keberadaannya, kita turut serta dalam melestarikan kekayaan alam Nusantara.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News