masangin masih populer ini alasan ilmiah sulitnya jalan lurus melewati beringin kembar alun alun yogyakarta - News | Good News From Indonesia 2025

Masangin, Alasan Ilmiah Sulitnya Jalan Lurus Lewat Beringin Kembar Alun-alun Yogyakarta

Masangin, Alasan Ilmiah Sulitnya Jalan Lurus Lewat Beringin Kembar Alun-alun Yogyakarta
images info

Penasaran nggak sih, Kawan, mengapa tak sedikit wisatawan sulit jalan lurus melewati beringin kembar di Alun-alun Yogyakarta saat coba tradisi masangin?

Tradisi yang telah ada sejak lampau ini berawal dari tradisi topo bisu pada setiap malam satu suro guna mencari berkah dan meminta perlindungan dari musuh.

Tujuannya adalah mencari berkah dan perlindungan dari musuh. Topo bisu sendiri merupakan ritual hening tanpa suara yang mencerminkan introspeksi diri.

Beringin kembar di Alun-alun Kidul (Selatan) Yogyakarta, yang menjadi pusat tradisi masangin, memiliki makna filosofis mendalam. 

Dalam budaya Jawa, beringin melambangkan keseimbangan dan perlindungan. Kedua pohon ini juga dikenal dengan istilah supit urang, yang berarti celah kecil di tengah sebagai simbol jalan menuju kesucian.

Baca juga: Misteri Tradisi Masangin: Lewati Dua Pohon Beringin Kembar untuk Dapatkan Berkah

Mengapa Tradisi Masangin Masih Populer?

Tradisi masangin tetap populer di Yogyakarta karena menggabungkan nilai sejarah dan budaya dengan pengalaman unik yang menarik wisatawan.

Tantangan berjalan lurus menggunakan penutup mata ini menjadi daya tarik wisatawan yang memberikan pengalaman baru. 

Selain itu, Alun-alun Kidul Yogyakarta sebagai lokasi berlangsungnya masangin, merupakan destinasi wisata favorit yang menjadi magnet pengunjung.

Pelaksanaan Tradisi Masangin

Ritual masangin dimulai dari pemain atau wisatawan berdiri dengan posisi tegak lurus, dalam jarak sekitar 25 m sebelah utara pohon beringin kembar. Kemudian, mata pemain ditutup kain hitam, kemudian badan pemain diarahkan pada posisi lurus ke depan (arah selatan).

Saat inilah, pemain dapat mulai berjalan lurus menuju tengah supit urang. Namun, tak sedikit juga yang berjalan melenceng ke arah kiri atau kanan pohon, atau berputar-putar di depan beringin kembar saja. 

Konon hanya orang-orang yang ikhlas dan memiliki hati bersihlah yang mampu melewati dua pohon supit urang tersebut. Dan, apabila seseorang mampu melewati kedua pohon dengan mata tertutup maka semua keinginannya akan terwujud.

Baca juga: Makin Tahu, Ini Fakta Menarik Beringin Kembar Alun-Alun Yogyakarta

Alasan Ilmiah Sulitnya Melewati Beringin Kembar Alun-alun Jogjakarta

Sulitnya seseorang berjalan lurus ini disebabkan karena fenomena psikologis yang biasa disebut sebagai “veering tendency” atau kecenderungan untuk belok ke arah dominan. 

Berdasarkan informasi yang dikutip dari melihatindonesia.id, kecenderungan untuk berbelok disebabkan oleh keselarasan cara kerja otak dan fungsi tubuh, seperti jantung yang berada di sisi kiri dan perbedaan ukuran tangan atau mata kiri dan kanan turut andil dalam memengaruhi simetri tubuh.

Secara ilmiah, veering tendency dapat terjadi karena beberapa faktor berikut:

Keseimbangan Tubuh Tidak Sempurna

Saat mata ditutup, otak kehilangan panduan visual untuk menjaga keseimbangan tubuh. Sebagai gantinya, tubuh bergantung pada informasi dari sistem vestibular (alat keseimbangan di telinga) dan proprioseptif (kesadaran posisi tubuh). Namun, tanpa panduan visual, otak sering kali salah mempersepsikan arah lurus.

Dominasi Kaki dan Postur Tubuh

Setiap orang memiliki dominasi kaki yang berbeda, seperti halnya dominasi tangan. Dominasi kaki ini bisa menyebabkan langkah seseorang lebih panjang di satu sisi dibandingkan sisi lainnya, sehingga tubuh cenderung bergerak melingkar.

Faktor Psikologis

Ketika seseorang mencoba berjalan lurus tanpa melihat, otak justru overthinking atau terlalu fokus pada tugas tersebut. Hal ini menyebabkan ketegangan otot yang bisa memengaruhi keseimbangan dan arah langkah. 

Baca juga: Mengetahui Sejarah, Keistimewaan dan Makna Filosofi Tugu Jogja

Tradisi masangin yang masih populer di kalangan wisatawan ini, tak hanya menyimpan nilai-nilai luhur, tetapi juga menjadi suatu daya tarik luar biasa di Alun-alun Kidul Yogyakarta.

So, jika Kawan berkunjung ke Yogyakarta, jangan lupa mencoba tradisi masangin di Alun-alun Kidul. Siapa tahu, Kawan GNFI termasuk yang berhasil melewati supit urang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.