Kawan tau nggak sih, beringin kembar di Alun-alun Yogyakarta? Selain membawa keberkahan, ada beberapa fakta menarik lainnya dari pohon legendaris ini lho!
Alun-alun merupakan salah satu ruang terbuka publik yang menjadi bagian dari keraton, wilayah ini telah dikenal sejak zaman Majapahit sampai dengan era kerajaan Mataram.
Sehingga alun-alun kota lama biasanya memiliki lapangan dengan hamparan rumput yang luas, dengan sepasang pohon beringin di tengahnya, persis seperti Alun-alun Yogyakarta.
Pohon beringin yang berada pada kompleks Keraton Yogyakarta memiliki sejarah panjang, kehadirannya yang sudah eksis sejak era kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono I ini, juga dianggap sebagai salah satu penanda berdirinya Keraton Yogyakarta. Tak heran, sepasang beringin ini memiliki banyak filosofi.
Tak hanya sepasang di setiap alun-alun, tetapi terdapat total 64 pohon beringin yang jumlahnya sama dengan usia Nabi Muhammad SAW berdasarkan penanggalan Jawa.
Pohon beringin ini dapat dijumpai di Pelataran Kemagangan, Pelataran Kamandhungan Lor, dan Pelataran Sitihinggil Lor.
Perbedaan dan Fungsi Alun-alun Yogyakarta
Alun-alun Kidul (Selatan) dan Lor (Utara) awalnya digunakan untuk berbagai keperluan, seperti ritual keagamaan, upacara kerajaan, pertemuan rakyat dengan sultan, dan latihan militer.
- Alun-alun Lor, terletak di sebelah utara Keraton Yogyakarta, alun-alun ini menghadap langsung ke kawasan Malioboro. Alun-alun Lor merupakan simbol kekuasaan keraton, diwujudkan melalui acara seperti Gladhen Watangan dan Rampogan Sima. Selain itu, pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Alun-alun Lor juga digunakan untuk mobilisasi massa dalam rangka meningkatkan nasionalisme.
- Alun-alun Kidul, yang berbeda dengan Alun-alun Lor, alun-alun ini terletak di belakang Keraton Yogyakarta. Pada masa pemerintahan SriSultan Hamengku Buwono VII, Alun-alun Kidul digunakan untuk lomba panahan.
Tujuh Jalan Bersejarah
Tujuh jalan akses keluar dan masuk alun-alun selatan, memiliki lokasi yang sama sejak awal pembangunannya (1755-1792 M). Tembok sebelah selatan merupakan jalan masuk ke arah utara selatan yang disebut sebagai Plengkung Nirbaya (Plengkung Gading. Sebelah timur terdapat jalan keluar arah timur yang disebut sebagai Jalan Langenarjan (Utara) dan Jalan Langenastran (Selatan).
Arah utara dan timur gapura Siti Hinggil terdapat Jalan Pamengkang yang menuju ke arah Kagungan Dalem Kamandhungan Kidul. Serta di sebelah barat terdapat dua jalan keluar yakni, Jalan Ngadisuryan (Utara) dan Jalan Patehan (Selatan).
Kedua alun-alun ini memiliki sepasang beringin dengan nama yang berbeda, dan fakta-fakta menarik, apa saja perbedaannya?
Fakta Menarik Beringin Kembar di Alun-Alun Yogyakarta
1. Memiliki Nama Khusus
Keraton Yogya secara khusus memberikan nama dan makna khusus pada pohon beringin. Sepasang pohon di Alun-alun utara disebut sebagai Kyai Dewandaru (Dewatadaru) dan Kyai Janandaru (Wijayandaru). Sementara, kedua pohon beringin diberi nama Supit Urang.
2. Sempat Mengalami Perubahan Nama
Akibat kebakaran besar di masa lalu, pohon beringin di sisi timur Alun-alun Utara sempat mengalami perubahan nama, yakni dari Kyai Janandari menjadi Wijayandaru. Kemudian karena satu dan lain hal, pohon beringin di sisi barat Alun-alun Utara diganti dari Kyai Dewandaru menjadi Dewatadaru.
3. Sebagai lokasi ritual Keraton
Alun-alun Lor merupakan simbol kekuasaan keraton yang diwujudkan dengan penampilan dan acara Gladhen Watangan dan Rampogan Sima. Berdasarkan informasi yang dikutip dari detik.com, Alun-alun Lor ini juga difungsikan sebagai lokasi mobilisasi massa dalam rangka peningkatan usaha nasionalisme pada awal kemerdekaan Indonesia.
Sementara, Alun-alun Kidul (Alkid) dipakai untuk lomba panahan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
4. Simbol Kebesaran Keraton Yogyakarta
Beringin dianggap sebagai pohon hayat dalam pandangan masyarakat Jawa. Pohon ini melambangkan perlindungan dan pengayoman. Ukurannya yang besar, akarnya yang kuat, serta kemampuannya memberikan keteduhan dan kehidupan menjadikannya simbol kebesaran Keraton Yogyakarta.
5. Konon Dianggap sebagai Pohon Pengabul Keinginan
Tradisi masangin merupakan kegiatan yang masih dilakukan sejak penulisan artikel ini. Konon ketika seseorang berhasil melewati dua beringin kembar dengan mata tertutup, maka segala keinginannya akan terkabul. Tradisi ini masih populer hingga kini dan sering menjadi daya tarik wisatawan.
Baca juga: Misteri Tradisi Masangin: Lewati Dua Pohon Beringin Kembar untuk Dapatkan Berkah
Wah, selain sarat makna, pohon beringin kembar ini juga menyimpan banyak fakta-fakta menarik ya, Kawan! Jadi, kapan mau pelesir dan mencoba Masangin?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News