pohon tarra kuburan bayi unik khas tana toraja - News | Good News From Indonesia 2025

Pohon Tarra, Kuburan Bayi Unik Khas Tana Toraja

Pohon Tarra, Kuburan Bayi Unik Khas Tana Toraja
images info

Pohon kuburan bayi (Passiliran) adalah salah satu destinasi wisata yang populer di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Apabila berkunjung ke sana, Kawan GNFI akan menjumpai sebuah pohon besar yang menjulang tinggi dengan lubang-lubang yang terdapat di batangnya. Lubang tersebutlah yang menjadi tempat persemayaman bayi yang telah meninggal dunia.

Mengenal Pohon Tarra

Pohon tarra adalah sejenis pohon sukun (Artocarpus sp.) dengan batang berdiameter 80-100 cm dan berusia puluhan hingga ratusan tahun. Pohon tersebut dipercaya oleh masyarakat suku Toraja sebagai tempat pemakaman bayi karena getah yang terdapat di dalamnya. 

Getah pohon tarra yang berwarna putih diibaratkan sebagai pengganti air susu ibu bagi bayi yang telah meninggal dunia dan dimakamkan di dalam pohon tersebut. 

Namun, tak semua bayi yang meninggal bisa dimakamkan di sana. Hanya bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi yang bisa dimakamkan di dalam pohon tarra sebab dianggap masih dalam keadaan suci.

Pohon Tarra | Wikimedia Commons/Mattjlc
info gambar

Jejak Kepercayaan Aluk Todolo

Dikutip darı buku Kebudayaan Masyarakat Toraja, setiap orang yang meninggal dunia harus diadakan upacara Rambu Solo’ sebagaimana yang terdapat dalam kepercayaan Aluk Todolo.

Upacara tersebut bertujuan agar arwah orang yang meninggal dapat diterima di surga (puya) dan dapat menjadi arwah leluhur (tomembali puang) yang tetap memperhatikan keturunan setelahnya.

Di dalam upacara tersebut juga dipersembahkan kerbau maupun babi yang diyakini oleh penganut kepercayaan Aluk Todolo sebagai perantara arwah orang yang meninggal untuk bertransformasi menjadi dewa serta sebagai sarana menuju surga (puya).

Namun, dalam kepercayaan Aluk Todolo bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi dianggap masih terlalu kecil untuk menunggangi kerbau ke surga (puya) seperti yang dilakukan dalam acara pemakaman Rambu Solo’.

Oleh sebab itu, jenazahnya dikuburkan di dalam lubang pohon tarra yang diibaratkan sebagai rahim ibunya. 

Baca Juga: Passiliran, Tradisi Suku Toraja Memakamkan Bayi di Batang Pohon

Bayi yang dimakamkan di dalam pohon tarra dibiarkan tanpa dibungkus sehelai benang pun sebagai representasi proses kembalinya bayi ke rahim ibunya. Prosesi ini dipercaya akan menyelamatkan bayi-bayi yang lahir berikutnya.

Jenazah bayi akan dimakamkan di dalam lubang-lubang berbentuk persegi panjang yang dibuat pada batang pohon tarra. Lubang-lubang tersebut kemudian akan ditutup dengan lembaran ijuk berwarna hitam dari pohon enau untuk mengamankan jenazah dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti dimangsa hewan karnivora. 

Peletakan jenazah bayi dalam pohon tarra tak dilakukan secara sembarangan. Posisi kuburan bayi ditentukan berdasarkan strata sosial keluarga sang bayi. Semakin tinggi strata sosialnya maka semakin tinggi pula posisi peletakan jenazah bayinya pada lubang di bagian batang pohon tarra.

Namun, sayangnya tradisi ini sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat Tana Toraja karena perkembangan zaman. Dilansir dari Detik Sulsel, masuknya pemahaman agama di tengah masyarakat Tana Toraja menyebabkan terkikisnya kepercayaan Aluk Tadolo yang mereka anut sebelumnya. 

Hal itu pula yang menyebabkan masyarakat Tana Toraja mulai meninggalkan tradisi pemakaman bayi tersebut. Sebagai gantinya, masyarakat Tana Toraja memakamkan jenazah bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi melalui upacara Rambu Solo Dissili’.

Baca Juga: Pesona Budaya Toraja, Harmoni Tradisi, Alam, dan Modernisasi

Cara Berkunjung ke Passiliran

Pohon kuburan bayi (Passiliran) yang terkenal sebagai Kuburan Bayi ‘Kambira’ berlokasi di Kecamatan Sangalla, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Namun, sayangnya menurut informasi yang diperoleh melalui platform Google Maps dari wisatawan yang berkunjung ke sana dalam kurun 3 tahun terakhir mengatakan bahwa pohon tersebut sudah tumbang dan lokasi kuburan pun sudah tidak terurus.

Hingga saat ini tidak ada informasi pasti mengenai jumlah Passiliran yang terdapat di Tana Toraja, khususnya yang terdapat di Kecamatan Sangalla. Sehingga tidak menutup kemungkinan masih terdapat Passiliran yang bisa dikunjungi di Tana Toraja saat ini.

Jika tertarik untuk berkunjung kesana, Kawan GNFI bisa langsung datang secara perseorangan maupun mengikuti paket wisata ‘Open Trip’ yang banyak ditawarkan di media sosial sekaligus mengeksplorasi tradisi dan budaya Tana Toraja lainnya.

Baca Juga: Tradisi Ma’nene, Ritual Mistis Pembersihan Mayat Leluhur dari Tanah Toraja

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.