Hiu berjalan, atau yang dikenal secara ilmiah sebagai Hemiscyllium, adalah spesies hiu unik yang memiliki kemampuan untuk "berjalan" di dasar laut menggunakan siripnya.
Spesies ini menarik perhatian para peneliti karena perilakunya yang tidak biasa dan adaptasinya yang luar biasa terhadap lingkungan laut dangkal.
Baru-baru ini, riset yang diterbitkan pada Marine Biodiversity (2020) mengungkapkan kemungkinan adanya hiu berjalan di perairan Maluku Utara. Temuan ini menambah daftar keanekaragaman hayati laut Indonesia yang kaya.
Ciri-ciri Hiu Hemiscyllium
Hiu berjalan memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dari hiu pada umumnya. Mereka memiliki tubuh ramping dengan pola warna cokelat atau abu-abu yang menyerupai corak batu atau karang, membantu mereka berkamuflase di lingkungan sekitarnya.
Sirip dada dan panggul mereka lebih kuat dan fleksibel, memungkinkan mereka untuk "berjalan" di dasar laut dengan cara merayap.
Ukuran mereka relatif kecil, biasanya hanya mencapai panjang 70-100 cm. Spesies ini juga dikenal sebagai pemakan ikan kecil, krustasea, dan invertebrata laut lainnya.
Laut Maluku Utara sangat kaya
Kemungkinan adanya hiu berjalan di Maluku Utara menurut sang ilmuwan Allen dan Erdmann, dikarenakan wilayah ini memiliki ekosistem laut dangkal yang kaya dan beragam, seperti terumbu karang dan padang lamun, yang menjadi habitat ideal bagi hiu berjalan.
Selain itu, Maluku Utara terletak di kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), yang dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Kondisi geografis dan ekologis ini membuat wilayah ini cocok untuk kehidupan spesies hiu berjalan.
Dari mana asal hiu Hemiscyllium?
Asal usul spesies hiu berjalan diperkirakan berasal dari wilayah Indo-Pasifik, termasuk perairan Indonesia, Papua Nugini, dan Australia. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Marine and Freshwater Research (Dudgeon et al., 2019), hiu berjalan telah berevolusi selama jutaan tahun untuk beradaptasi dengan lingkungan laut dangkal. Studi tersebut juga menyebutkan bahwa hiu berjalan cenderung memiliki distribusi yang terbatas, menjadikan mereka spesies endemik di wilayah tertentu.
Penemuan potensial hiu berjalan di Maluku Utara ini menegaskan pentingnya upaya konservasi untuk melindungi habitat laut dangkal yang rentan terhadap ancaman seperti perubahan iklim, polusi, dan overeksploitasi.
Referensi
Dudgeon, C. L., Corrigan, S., Yang, L., Allen, G. R., Erdmann, M. V., Fahmi, & White, W. T. (2019). Walking, swimming or hitching a ride? Phylogenetics and biogeography of the walking shark genus Hemiscyllium. Marine and Freshwater Research, 70(9), 1297-1305. doi:10.1071/MF18345
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News