Kawan GNFI sudah belanja makanan apa hari ini? Semoga makanan apapun yang Kawan beli hari ini sudah kalian nikmati dengan baik, ya!
Berbicara tentang makanan, kalian tahu tidak sih makanan yang terbuang akan menjadi apa? Yup, betul! Sampah atau bisa disebut limbah pangan.
Menurut Food and Agriculture Organization of the United Nations, limbah pangan–food waste dalam bahasa Inggris–merupakan kuantitas atau kualitas makanan yang berkurang dan terjadi baik dalam proses produksi sampai konsumsi. Sederhananya, semua makanan yang tidak terkonsumsi oleh kita sebagai konsumen, Kawan.
Kolaborasi Palu Wasteless dan Trash Ranger Sulteng Menuju Konsumsi Bertanggung Jawab
Dampak Limbah Pangan
Tentu saja limbah pangan berdampak pada lingkungan, misal seperti mencemari tanah dan air, serta menimbulkan gas emisi rumah kaca. Di lain sisi, limbah pangan juga berdampak terhadap ekonomi, loh!
Kawan GNFI mungkin sudah tahu, sektor pertanian membutuhkan banyak air, sehingga tidak heran jika limbah pangan menyebabkan pemborosan 70% air dunia. Tidak hanya itu, dalam proses distribusi makanan, limbah pangan ini menyebabkan jutaan galon minyak bumi terbuang sia-sia.
Limbah pangan ini juga merupakan indikasi adanya ketimpangan sosial di masyarakat kita. Menurut Forbes, jika seperempat limbah pangan tidak dibuang, tetapi dikonsumsi, makanan tersebut cukup untuk memberi makan 870 orang. Maka dari itu, pengurangan limbah pangan dapat menjadi solusi isu kelaparan.
Terlihat Sepele, Inilah 5 Dampak Buruk Sampah Makanan bagi Lingkungan
Limbah Pangan di Indonesia
Sayangnya, berdasarkan laporan United Nations Environment Program (UNEP) tahun 2021, Indonesia menempati urutan pertama penghasil limbah pangan terbesar di Asia Tenggara. Sebelumnya, di tahun 2019, Indonesia pun dinobatkan sebagai produsen limbah pangan terbesar kedua, setelah Saudi Arabia.
Tiap tahunnya, negara Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton limbah pangan. Terbayang tidak seberapa banyak orang yang bisa diberi makan jika makanan itu terkelola dengan baik? Dari data tersebut, sudah seharusnya masyarakat Indonesia mengetahui cara untuk mengurangi makanan yang terbuang.
Aksata Pangan, Food Bank Pertama di Sumatra Utara untuk Selamatkan Isu Pangan
Parahnya, limbah pangan biasanya datang dari konsumen, nih, Kawan. Artinya, banyak orang masih membuang makanan atau belum bisa menyimpan makanan secara tepat
Cara Mengurangi Limbah Pangan
Untungnya, Food and Agriculture Organization of the United Nations sudah memberi beberapa cara yang bisa kita ikuti untuk mengurangi limbah sampah, dan dapat dilihat di piramida terbalik ini, Kawan!
Dalam piramida tersebut, bisa dilihat bahwa dua metode yang paling atas merupakan metode yang paling disukai, yaitu reduction at source atau mengurangi produksi limbah pangan itu sendiri, serta food redistribution atau pembagian ulang makanan.
Kedua metode ini masuk ke tahap pencegahan atau pengurangan, Kawan. Kedua cara ini minim usaha, sehingga dapat dilakukan siapa saja dan kapan saja.
Nah, ini dia beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melakukan reduction at source:
- Membuat daftar belanja, dan membeli sesuai kebutuhan.
- Menyimpan makanan dengan baik, misal menggunakan kulkas.
- Mengambil makanan seperlunya.
- Mengolah ulang sisa makanan menjadi makanan baru.
Sementara itu, food redistribution dapat dilakukan dengan cara mendonasikan makanan berlebih ke orang lain, misal seperti Food Bank Indonesia, Garda Pangan atau Food Rescue Warrior. Kalian sendiri juga bisa mendonasikan makanan kalian secara mandiri dengan menyalurkannya ke panti asuhan atau panti jompo terdekat.
Dengan mendonasikan makanan kalian yang berlebih, Kawan GNFI telah membantu untuk mencegah produksi limbah pangan dan juga membantu sesama manusia yang membutuhkan.
Nah, dari banyaknya cara tersebut, cara apa yang kalian pilih untuk mengurangi limbah pangan, Kawan?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News