Perkembangan merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh manusia, perkembangan yang terjadi pada manusia diantaranya perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial dan emosi. Aspek-aspek tersebut berkembang secara berkesinambungan satu sama lain.
Salah satu aspek yang menjadi perhatian penting yaitu aspek emosi karena memiliki dampak langsung pada perilaku di kehidupan sehari-hari. Aspek emosi ini berhubungan dengan respons individu terhadap rangsangan internal dan eksternal, perubahan fisiologis serta fungsi kognitif (Sukatin et al., 2020). Pada setiap masa perkembangannya mulai dari anak-anak hingga dewasa memiliki pengaruh aspek emosi yang berbeda.
Di masa anak-anak pertengahan dan akhir usia sekitar 6-12 tahun, anak mulai memasuki atau sedang berada pada jenjang sekolah dasar. Anak pada jenjang sekolah dasar mulai melakukan interaksi dengan lingkungan disekitarnya yaitu dengan anak seusianya dan bahkan dengan orang dewasa.
Di masa tersebut pula anak mulai menunjukkan kesadaran yang semakin besar akan perlunya pengendalian dan pengelolaan emosi mereka untuk memenuhi standar sosial (Santrock, 2010). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa di masa tersebut juga anak seringkali tidak dapat menyalurkan emosinya dengan tepat.
Menurut Utami & Raharjo (2021) anak juga masih kebingungan dalam situasi tertentu untuk mengelola emosi negatif atau positif. Selain itu, ketidakterampilan dalam mengontrol emosi negatif pada anak dapat menimbulkan perilaku agresif (Ahmad et al., 2023).
Oleh karena itu pengenalan dan pengelolaan emosi menjadi pembahasan yang penting khususnya pada anak sekolah dasar sebagai cara dalam menghasilkan berbagai reaksi dari emosi yang dirasakan anak serta perilaku apa yang dihasilkan dari reaksi tersebut (Pesau, Kusuma & Sastaviana, 2024).
Menurut Istiqomah & Wahyuni (2023) pengenalan emosi pada anak akan membantu dalam meningkatkan kesehatan mental, interaksi sosial dan juga bisa membantu anak dalam mengendalikan perasaan yang dimilikinya. Sementara itu, pengelolaan emosi dapat menjadi bentuk kemampuan dalam menggunakan pikiran dan tindakan dalam menangani perasaan atau emosi agar dapat tersalurkan dan terungkapkan dengan cara yang tepat sehingga dapat mencapai suatu keteraturan dalam diri seorang individu (Prasetya & Gunawan, 2018).
Dalam tahap usia sekolah dasar, anak memiliki kesadaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan masa anak-anak sebelumnya, tetapi secara umum fungsi kontrolnya belum maksimal (Hurlock, 2008). Hal tersebut menjadi tantangan bagi anak sekolah dasar untuk dapat meningkatkan keterampilam dalam aspek emosional.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam peningkatan kemampuan pengenalan dan pengelolaan emosi pada anak sekolah dasar adalah dengan metode psikoedukasi. Psikoedukasi merupakan suatu intervensi yang dapat diberikan kepada seorang individu, keluarga ataupun suatu kelompok yang bertujuan untuk membantu memberikan partisipan dalam psikoedukasi untuk mengembangkan sumber dukungan sosial dalam menghadapi suatu tantangan (Hastuti & Sahrani, 2018).
Psikoedukasi juga dapat dikatakan sebagai salah satu pendekatan yang menggabungkan berbagai macam metode pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan individu (Coralia et al., 2020). Dalam psikoedukasi pengenalan dan pengelolaan emosi, anak diperkenalkan berbagai macam emosi mulai dari emosi senang, sedih, marah, takut, malu, terkejut.
Hal tersebut dapat dilakukan menggunakan media gambar berbagai ekspresi. Melalui psikoedukasi juga anak dapat mengetahui cara mengutarakan emosi dan mengetahui bahwa semua emosi yang dirasakan itu valid dan bisa dikelola dengan cara-cara yang positif.
Melalui psikoedukasi emosi ini diharapkan anak mampu memahami perasaannya dan perasaan orang lain serta mampu menempatkan dirinya dalam berbagai situasi emosi yang dia rasakan.
Oleh karena itu, psikoedukasi pengenalan dan pengelolaan emosi pada anak bisa menjadi alternatif media yang digunakan sebagai sarana edukasi penyampaian pentingnya aspek perkembangan emosi pada anak sekolah dasar.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News