Menyikapi kenaikan harga sembako, beban kerja berlebih, sulitnya persaingan masuk perguruan tinggi, atau sulitnya menghadapi anak yang rewel. Banyak dari kita yang mulai mengeluhkan dan menyatakan dirinya stres.
Stres sering dianggap sebagai sesuatu yang negatif, namun sebenarnya stres adalah reaksi alami tubuh terhadap peristiwa atau tekanan yang terjadi di sekitar kita maupun di dalam diri kita sendiri.
Hans Selye dalam bukunya The Stress of Life mengatakan, "Tak seorang pun yang tak pernah stres sama sekali. Stres ditimbulkan bukan hanya oleh penyakit serius, luka fisik, atau mental yang parah. Stres juga tidak selalu negatif. Ia adalah bumbu kehidupan, karena emosi atau aktivitas apapun bisa menimbulkan stres."
Stres bisa muncul dalam berbagai situasi, baik itu saat menghadapi perubahan besar dalam hidup, seperti pindah kerja atau peristiwa yang tak terduga, maupun dalam situasi sehari-hari seperti menghadapi deadline pekerjaan atau ujian.
Siapa saja bisa mengalaminya. Namun, meskipun stres sering dianggap sebagai sesuatu yang merugikan, stres juga bisa menjadi pemicu motivasi dan produktivitas (eustress).
Tentu saja, dampak dari stres sangat bergantung pada bagaimana kita meresponnya. Jika tidak dikelola dengan baik, stres bisa menurunkan kualitas hidup dan kesehatan, menyebabkan kecemasan atau bahkan masalah fisik seperti gangguan tidur dan tekanan darah tinggi. Namun, stres yang kita alami dapat dikelola dengan berlatih bersikap tenang di segala kondisi. Salah satunya adalah dengan mindfulness.
Apa Itu Mindfulness?
Mindfulness adalah tentang menyadari sepenuhnya apapun yang terjadi di masa kini, dan dapat diterapkan dalam situasi apapun. Sederhananya, menumbuhkan kesadaran akan pikiran dan tubuh, dan berfokus pada momen saat ini.
Meskipun secara historis berakar pada disiplin meditasi Buddha kuno, mindfulness juga merupakan praktik universal yang dapat bermanfaat bagi siapa saja.
Saat merasa marah atau cemas, mindfulness bisa membantu kita berhenti sejenak dan mengambil napas sebelum bereaksi. Dengan mindfulness, kita dapat menyadari momen yang terjadi sebelum memutuskan untuk bereaksi. Oleh karena itu, diharapkan individu lebih mampu untuk mengendalikan stres.
Melakukan mindfulness dapat mengurangi aktivitas di bagian otak yang bertanggung jawab atas respons stres, seperti amigdala, dan meningkatkan aktivitas di area otak yang mendukung keseimbangan emosional dan pengendalian diri, seperti korteks prefrontal.
Proses ini dapat menurunkan gejala kecemasan dan stres, serta membantu individu lebih tangguh dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
Mempraktikkan Mindfulness
Mindfulness tidak membutuhkan perlengkapan khusus, dan siapa pun dapat melakukannya. Kawan hanya perlu meluangkan waktu di sela-sela aktivitas untuk berlatih setiap harinya. Dasar dari praktik mindfulness adalah mindful breathing seperti teknik pernapasan 4-7-8 untuk menenangkan diri di saat stres. Berikut beberapa teknik sederhana yang bisa dicoba di kehidupan sehari-har.:
- Thought Monitoring: Menyadari pikiran dan memperhatikan sensasi tubuh yang muncul tanpa terjebak di dalamnya.
- Mindful journaling: Tuliskan pikiran atau emosi tanpa menghakimi untuk melepaskan beban pikiran.
- Mindful walking: Latihan berjalan perlahan sambil merasakan setiap langkah.
- Mindful eating: Makan dengan fokus pada rasa, tekstur, dan aroma untuk meningkatkan pengalaman makan.
Mindfulness adalah salah satu cara sederhana namun efektif untuk mengelola stres yang kita alami. Dengan melatih kesadaran penuh, kita dapat belajar untuk menerima keadaan dengan lebih tenang dan mengambil keputusan dengan lebih baik.
Jangan ragu untuk mencoba. Mulailah dengan latihan untuk bisa terus mempraktekan ini dengan konsisten. Seiring waktu, kawan GNFI akan merasakan perubahan positif dalam menghadapi tekanan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
