Kota Surabaya yang juga dikenal sebagai kota pahlawan memiliki tingkat penggunaan kendaraan bermotor yang cukup tinggi. Sebagai salah satu kota metropolitan yang menjadi sasaran bekerja orang-orang dari berbagai kota/kabupaten, tentunya hal tersebut juga turut berpengaruh terhadap polusi udara yang terbilang tinggi.
Melansir dari situ Iqair, kualitas udara Surabaya cukup bervariasi, mulai dari 82 hingga 170 yang mana menandakan bahwa udara di kota tersebut tidak sepenuhnya bersahabat. Jumlah kendaraan bermotor yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik dari penduduk lokal maupun pendatang juga ikut menyumbangkan polusi udara.
Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Perhubungan berupaya untuk menekan polusi udara melalui pengadaan transportasi umum seperti Suroboyo Bus, Wira-Wiri dan Trans Semanggi Suroboyo yang telah beroperasi sekitar 2-3 tahun. Suroboyo bus sejak April 2018, Trans Semanggi Suroboyo sejak 29 Desember 2021 dan wira-wiri sejak 2 Maret 2023.
Mengingat ketiga moda transportasi tadi menggunakan bahan bakar pada umumnya, maka Dishub pun juga meluncurkan versi bus elektrik Suroboyo Bus yang Bernama “Electric City Bus” pada 23 September 2024.
Pemkot Surabaya sebenarnya sudah pernah menggunakan bus listrik, saat itu diperlukan sebagai salah satu transportasi pendukung untuk mobilisasi supporter timnas Indonesia U-17 yang berlaga di Piala Dunia U-17 yang diselenggarakan di Surabaya. Saat itu, beragam tipe bus listrik disewa pemkot, mulai dari yang berkapasitas sedikit, sedang hingga banyak. Pemkot juga menggunakan tagline bertuliskan “Surabaya Hebat dengan Bus Listrik” di bus listrik terkait.
Bus elektrik ini melayani penumpang dengan rute Terminal Purabaya hingga Kampus UNAIR C via Jemursari. Bus yang terbilang ramah lingkungan ini memperoleh respons positif dari Masyarakat.
Beberapa faktor yang mendukung diantaranya yakni jarak tempuh yang jauh dengan harga terjangkau (Rp5.000 untuk umum dan Rp2.500 untuk pelajar/mahasiswa), waktu tunggu di halte hanya berkisar 15-20 menit, rute melewati fasilitas publik seperti rumah sakit dan taman hingga kampus serta metode pembayaran yang cashless (mendukung QRIS dan e-Toll). Bus ini beroperasi mulai pukul 5.00 hingga 22.00 WIB.
Selain itu, jika kita naik bus tersebut kita akan memperoleh panduan didalamnya. Panduan yang dimaksudkan yakni ketika busnya mendekati halte pemberhentian, maka akan ada suara yang menjelaskan halte transit untuk transportasi lainnya seperti Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo dan Wira-Wiri.
Hal ini menjadi suatu nilai plus yang dapat dirasakan penumpang sewaktu menikmati fasilitas publik dari pemkot Surabaya tersebut. Panduan ini sendiri baru ada sekitar awal Januari 2025, sebagai pembaharuan untuk pengalaman penumpang yang lebih baik.
Electric city bus ini juga bisa menjadi alternatif bagi penumpang yang ingin pergi berkunjung ke Kampus Unair C disamping bus Listrik Electric City Bus yang juga melewati kampus tersebut. Selain itu, masyarakat juga bisa hanya sekedar jalan-jalan dengan menggunakan bus, selama tiket perjalanan masih aktif (berlaku selama 2 jam).
Bus listrik pertama yang di-launcing oleh Dishub Surabaya ini menjadi gebrakan baru, Dimana bus ini bersifat ramah lingkungan dan dapat ikut membantu mengurangi polusi udara yang ada di kota pahlawan ini.
Harapan besar penulis melalui adanya Electric City Bus ini, utamanya agar masyarakat jadi lebih banyak memiliki opsi alternatif selain menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilitas dalam kota. Di mana jika harus menggunakan transportasi pribadi, tentunya kita memerlukan pengisian bensin yang mana untuk sekali mengisi butuh setidaknya sebesar Rp25.000-40.000 bergantung pada bensin yang diperlukan oleh kendaraan terkait. Semoga ke depannya, rute bus listrik lebih bervariasi dan tentu saja diimbangi dengan jumlah armada yang mendukung.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News