Masjid Riyadh Solo, Jawa Tengah, bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan dakwah Islam di kota ini. Dengan arsitektur khas yang memancarkan nuansa Timur Tengah, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan yang penuh dengan nilai sejarah.
Terletak di kawasan Pasar Kliwon yang dikenal sebagai Kampung Arab, Masjid Riyadh telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Solo, terutama dalam memperkuat tradisi Islam dan membangun silaturahmi umat.
Sejarah Masjid Riyadh Solo
Masjid Riyadh Solo didirikan pada tahun 1916 oleh Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, seorang ulama kharismatik yang berasal dari Hadramaut, Yaman.
Beliau adalah putra dari Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, seorang ulama besar yang dikenal sebagai penulis kitab maulid "Simtud Durar". Habib Alwi datang ke Indonesia atas perintah ayahandanya untuk menyebarkan dakwah Islam.
Awalnya, Habib Alwi menetap di Palembang dan Jakarta sebelum akhirnya pindah ke Solo atas ajakan temannya, Habib Muhammad bin Abdullah Al-Idrus, dan saudaranya, Habib Ahmad bin Ali Al-Habsyi. Tanah tempat masjid ini berdiri merupakan wakaf dari Habib Muhammad bin Abdullah Al-Idrus.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Peradaban Islam dan Keunikan Masjid Agung Banten
Nama "Riyadh", yang berarti "kebun" atau "taman" dalam bahasa Arab, dipilih dengan harapan masjid ini menjadi tempat berkembangnya ilmu agama dan akhlak yang baik. Selain masjid, Habib Alwi juga mendirikan zawiyah (majelis kecil) di sisi utara masjid sebagai tempat pengajian yang hingga kini tetap aktif.
Masjid Riyadh juga menjadi pusat kegiatan peringatan haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi setiap tahun. Acara ini dihadiri ribuan umat Islam dari berbagai daerah untuk mengenang jasa beliau dalam menyebarkan ajaran Islam.
Makam Keturunan Habib Ali
Di kompleks Masjid Riyadh Solo, terdapat makam tiga ulama besar keturunan Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, yaitu:
1. Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi
Beliau adalah pendiri Masjid Riyadh dan tokoh sentral dalam dakwah Islam di Solo. Habib Alwi adalah putra dari Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, penulis kitab maulid "Simtud Durar".
2. Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi
Putra bungsu dari Habib Alwi, yang lahir di Indonesia dan dikenal sebagai ulama kharismatik di Solo. Habib Anis sangat dihormati oleh masyarakat setempat karena kepribadiannya yang santun dan ilmu agamanya yang luas.
3. Habib Ahmad bin Alwi Al-Habsyi
Putra dari Habib Alwi yang lahir saat ayahnya masih di Hadramaut, Yaman. Habib Ahmad meneruskan perjuangan ayahnya dalam mengajarkan nilai-nilai Islam.
Rute Menuju Masjid Riyadh Solo
Masjid Riyadh Solo terletak di Jalan Kapten Mulyadi, Sudiroprajan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo. Ini rute perjalanan menuju ke Masjid Riyadh Solo:
1. Dari Stasiun Solo Balapan
- Transportasi Umum: Naik bus jalur K11 atau K12, turun di Pasar Gading, lanjut jalan kaki sekitar 8 menit.
- Kendaraan Pribadi/Taksi: Arahkan kendaraan ke selatan lewat Jalan Wolter Monginsidi dan Jalan Kapten Mulyadi, sekitar 15-20 menit.
2. Dari Terminal Tirtonadi:
- Transportasi Umum: Naik bus K11, turun di Pasar Gading, lanjut jalan kaki ke Masjid Riyadh.
- Kendaraan Pribadi/Taksi: Lewat Jalan Ahmad Yani dan Jalan Kapten Mulyadi, sekitar 20–25 menit.
3. Dari Bandara Adi Soemarmo:
- Kereta Bandara: Naik KA Bandara ke Stasiun Solo Balapan, lalu ikuti rute dari stasiun.
- Kendaraan Pribadi/Taksi: Arahkan ke Jalan Adi Sumarmo, lanjut ke Jalan Kapten Mulyadi, sekitar 30-40 menit.
Baca Juga: Ciri Khas Masjid Agung Demak, Harmoni Seni, Budaya, dan Iman
Aktivitas di Makam Keturunan Habib Ali
Makam keturunan Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi di Masjid Riyadh Solo tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga pusat kegiatan religius yang penuh makna. Beberapa aktivitas yang rutin dilakukan di area makam ini meliputi:
- Peringatan Haul, Setiap tahun, makam ini menjadi pusat peringatan haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, dan Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi. Ribuan jamaah dari berbagai daerah berkumpul untuk mengikuti acara ini yang diisi dengan pembacaan maulid, doa bersama, dan tausiyah.
- Ziarah Kubur, Banyak umat Islam datang untuk berziarah, membaca doa, dan mengirimkan Al-Fatihah kepada para ulama yang dimakamkan di sana. Ziarah ini menjadi sarana untuk mengenang jasa mereka dalam menyebarkan ajaran Islam.
- Pembacaan Kitab Maulid Simtud Durar, Salah satu tradisi yang menjadi ciri khas di Masjid Riyadh adalah pembacaan kitab maulid Simtud Durar, karya monumental Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Pembacaan ini dilakukan secara rutin, baik dalam acara haul maupun pengajian tertentu, untuk mengingatkan jamaah tentang teladan Rasulullah SAW.
- Wisata Religi, Selain sebagai tempat berziarah, makam ini menjadi destinasi wisata religi yang menarik peziarah dari berbagai daerah. Mereka datang untuk mendalami sejarah Masjid Riyadh dan mengenal lebih jauh para ulama yang berjasa dalam dakwah Islam.
Aktivitas ini menunjukkan bahwa makam keturunan Habib Ali bukan hanya tempat bersejarah, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam untuk terus menjaga dan melanjutkan nilai-nilai dakwah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News