ciri khas masjid agung demak harmoni seni budaya dan iman - News | Good News From Indonesia 2024

Ciri Khas Masjid Agung Demak, Harmoni Seni, Budaya, dan Iman

Ciri Khas Masjid Agung Demak, Harmoni Seni, Budaya, dan Iman
images info

Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua yang terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak. Berada di lokasi strategis di sebelah alun-alun dan pusat keramaian Demak, masjid bersejarah ini dibangun pada akhir abad ke-15 Masehi pada masa kesultanan Demak pertama, yakni Raden Patah.

Disebut sebagai arsitek masjid, Sunan Kalijaga memberi banyak unsur-unsur keislaman yang dipadukan dengan kebudayaan lokal Jawa dan Hindu-Budha. Hal ini menjadikannya unik karena memiliki arsitektur yang khas, membawa akulturasi dari budaya-budaya tersebut.

Ciri Khas Masjid Agung Demak

Arsitektur Masjid Agung Demak merupakan cerminan khas dari tradisi arsitektur Indonesia yang sarat akan nilai-nilai simbolis.

Desainnya, walau sederhana tetap memancarkan kemegahan, keanggunan, keindahan, serta aura karismatik yang kuat.

1. Atap Masjid

Salah satu ciri paling mencolok dari Masjid Agung Demak adalah atapnya yang berbentuk tumpang tiga atau limas bersusun tiga. Disebutkan Khusni dalam investor.id, atapnya berupa sirap atau atap kayu, yang jumlahnya mencapai 52 ribu lembar.

Atap ini melambangkan tiga tingkatan akidah dalam Islam. Lapisan bawah melambangkan Islam, yaitu rukun Islam sebagai pondasi utama. Lapisan kedua atau tengah melambangkan Iman atau keyakinan. Lapisan teratas melambangkan Ihsan, yakni kesempurnaan dalam beribadah.

Bentuk atap limasan sering digunakan dalam struktur Joglo, rumah tradisional Jawa. Hal ini selain mencerminkan keakraban masyarakat Jawa dengan masjid, juga menunjukkan ketinggian spiritual dalam nilai agama Islam.

2. Tiang Utama Masjid

Masjid Agung Demak ditopang oleh empat tiang utama, terbuat dari kayu jati kokoh yang disebut SokoGuru. Soko Guru dinamai sesuai dengan nama wali, karena konon tiang ini pemberian dan dibuat para wali sendiri. Masing-masing, di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Ampel, dan sebelah Timur Laut oleh Sunan Kalijaga.

Tidak hanya sebagai struktur utama, keempat tiang menunjukkan simbol empat arah mata angin yang menyiratkan kolaborasi para wali dalam menyebarkan Islam ke seluruh penjuru.

Baca juga: Menelisik Akulturasi Budaya dalam Gaya Arsitektur Masjid Agung Demak

3. Pintu dan Jendela Masjid

Pintu Masjid Agung Demak disebut Pintu Bledheg, yang dalam bahasa Jawa berarti pintu petir. Dibuat oleh Ki Ageng Selo yang konon dipercaya mampu menangkap petir. Pintubledheg ini menjadi prasasti CandraSengkala dengan kalimat Naga mulat saliro wani, yang menunjukkan angka tahun 1388 Saka.

Daun pintu berukiran sulur-suluran, jambangan, mahkota, tumpal, camara, dan kepala naga yang didominasi warna merah. Motif tumpal adalah simbol hubungan manusia dengan Tuhan.

Motif mahkota simbol Al-Wahid atau Maha Esa. Motif jambangan simbol agama Islam. Motif flora simbol kesuburan dan kesejahteraan. Motif kepala naga simbol kekuatan dalam berdakwah.

Ragam motif pada pintu bledheg merupakan sosok yang dipercaya sebagai petir yang ditangkap Ki Ageng Selo.

Kiasan ini dapat dipahami bahwa keberagaman motif merupakan bentuk toleransi dan fleksibilitas ajaran para wali dengan pola mengambil wadahnya dan mengganti isinya dengan ajaran Islam.

Pintu Gledheg Masjid Agung Demak
info gambar

Pintu bledheg yang ada saat ini merupakan replika, sedangkan pintu yang asli disimpan di Museum Masjid Agung Demak karena sudah termakan usia. Pintu berjumlah lima melambangkan lima rukun Islam, sedangkan jendela berjumlah enam, melambangkan enam rukun iman.

4. Serambi Masjid

Saat pertama kali dibangun, Masjid Agung Demak belum memiliki serambi. Pada era pemerintahan Raden Pati Unus, Masjid direnovasi dan diperluas agar dapat menampung lebih banyak jamaah. Diberi nama Serambi Majapahit, karena tiang-tiang serambi yang berjumlah delapan ini berasal dari Kerajaan Majapahit. 

Serambi Majapahit
info gambar

Tiang serambi terbuat dari kayu Jati, dengan ukiran motif sulur-suluran, tumpal, dan kelopak daun teratai, yang bertumpu pada umpak batu andesit.

Dalam tradisi Hindu-Budha, motif sulur-suluran melambangkan harapan, kelembutan budi, dan sikap saling menghargai. Motif tumpal di bagian atas tiang memiliki simbol kekuasaan.

Luas serambi masjid 497 m2, sedangkan luas bangunan utamanya 537,5 m2. Masjid ini mampu menampung 1.000 jamaah.

5. Ornamen Dinding Masjid

Dinding masjid dihiasi oleh seni ornamental berupa porselen yang indah. Motif porselen beragam, sebagian besar berbentuk dasar medallion, pola anyam, dan kupu-kupu.

Dilansir dari Traveloka, Dinding Masjid Agung Demak dihiasi oleh 65 piring porselen, yang disebut Piring Campa. Piring khusus ini merupakan hadiah dari Putri Campa, permaisuri Brawijaya V.

6. Mihrab dan Mimbar Masjid

Mihrab, atau ruangan tempat imam memimpin sholat, terdapat pahatan bermotif seekor bulus. Pada tengah-tengah motif bulus terdapat ornamen keramik berupa kupu-kupu. Ornamen bulus juga merupakan prasasti berwujud sengkalanmemet, yang bermakna Sirno Ilang kerthaning bumi yang menunjukkan angka tahun 1401.

Mihrab Masjid Agung Demak
info gambar

Selain itu dalam mihrab, terdapat pula ornamen kaligrafi Allah, yang berada tepat di atas lambang Surya Majapahit. Ornamen Surya Majapahit terdiri atas gambar sembilan dewa Hindu dan delapan berkas cahaya matahari. Lingkaran di tengah menampilkan sembilan dewa Hindu.

Keberadaan ornamen ini menunjukkan ikatan erat kesultanan Demak sebagai kerajaah Islam dan Majapahit sebagai kerajaan Hindu. Penyebaran agama para wali tidak menyingkirkan tradisi Hindu-Budha yang berkembang sebelumnya.

Mimbar masjid berupa kursi kuno yang dikelilingi ukiran dan kaca. Mimbar ini merupakan peninggalan kerajaan Majapahit yang berwujud singgasana raja, yang disebut Dampar kencana. Dari singgasana, sekarang beralih fungsi menjadi tempat khotbah di Masjid Agung Demak.

Baca juga: Mengenal Masjid Agung Demak, Tempat Berkumpul Wali Songo pada Era Penyebaran Islam

Setiap elemen arsitektur tidak hanya estetis tetapi juga sarat makna, menjadikan Masjid Agung Demak sebagai warisan budaya dan spiritual yang sangat berharga.

Melalui keberadaannya, Masjid Agung Demak terus menginspirasi generasi masa kini untuk menjaga, merawat, dan melestarikan peninggalan bersejarah sebagai wujud penghormatan terhadap nilai budaya dan agama.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AI
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.