mengenal masjid agung demak tempat berkumpul walisongo pada era penyebaran islam - News | Good News From Indonesia 2024

Mengenal Masjid Agung Demak, Tempat Berkumpul Wali Songo pada Era Penyebaran Islam

Mengenal Masjid Agung Demak, Tempat Berkumpul Wali Songo pada Era Penyebaran Islam
images info

Pulau Jawa menyimpan banyak sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia. Terdapat berbagai bukti-bukti peninggalan sejarah masuknya agama Islam oleh para ulama atau dikenal dengan sebutan Wali, yaitu seperti bangunan, tradisi, dan kesenian. Salah satu bukti sejarah yang terkenal adalah Masjid Agung Demak yang terletak di Kampung Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Masjid Agung Demak termasuk salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini masih digunakan untuk sarana beribadah sampai saat ini, selain itu juga banyak dikunjungi oleh masyarakat untuk berziarah, yaitu berkunjung ke makam-makan para wali dan tokoh yang berada di sekitar area komplek masjid.

Kira-kira bagaimana ya sejarah masjid yang konon jadi tempat berkumpulnya para wali ini?

Sejarah Pembangunan Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak dibangun oleh raja pertama Kesultanan Demak Bintoro yang bernama Raden Fattah, yang dibantu sembilan wali yang dikenal dengan nama Wali Songo. Sehingga masjid ini juga dipercaya sebagai tempat berkumpulnya Wali Songo pada masa penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Masjid ini memiliki empat tiang utama yang disebut soko guru, yang menjadi penyangga utama bangunan masjid. Satu dari empat tiang tersebut memiliki keunikan tersendiri, yang dikenal sebagai tiang tatal yang dibuat oleh Sunan Kalijaga.

Tiang tatal memiliki arti serpihan balok kayu. Sebab, bahan pembuatan tiang tersebut adalah serpihan kayu yang ditata dan dipadatkan, selanjutnya diikat kuat sehingga membentuk tiang yang rapi.

Tiang Soko Guru di Masjid Agung Demak
info gambar

Pembangunan Masjid Agung Demak atau Masjid Agung Kadipaten Bintoro ini telah dimulai sejak tahun 1477 Masehi, dan selesai dibangun pada tahun 1479 Masehi atau 1401 Saka. Tahun Saka merupakan perhitungan tahun yang digunakan masyarakat Jawa sebelum Masa Mataram Islam yang dimulai pada tahun 78 Masehi.

Baca juga: Melihat Sejarah Masa Kejayaan, Ekspansi, dan Kemunduran Kerajaan Demak

Angka 1401 Saka tersebut ternyata memiliki hubungan makna dengan gambar hewan bulus yang terdapat di Masjid Agung Demak. Gambar bulus ini berada di dinding yang berada di ruang kecil tempat imam atau pemimpin dalam ibadah.

Gambar tersebut ternyata juga dikenal sebagai prasasti Condro Sengkolo. Arti dari prasasti ini adalah Sariro Sunyi Kiblating Gusti, yang bermakna 1401 Saka.

Gambar bulus tersebut menggambarkan bahwa bulus memiliki 1 kepala yang memiliki arti 1, 4 kaki bulus yang berarti angka 4, badan bulus yang berbentuk angka 0, dan satu ekor bulus yang berarti angka 1. Jadi makna jumlah anggota tubuh bulus tersebut diyakini sebagai tahun masjid ini didirikan yaitu 1401 Saka.

Pendirian Masjid Agung Demak ternyata dilakukan dalam tiga tahap pembangunan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pertama

Pembangunan awal masjid dilakukan pada tahun 1466 Masehi. Masjid ini pertama kali diberikan nama Masjid Glagah Wangi. Bangunan ini awalnya merupakan bangunan Pondok Pesantren Glagah Wangi yang berada di bawah pengasuhan Sunan Ampel dan Raden Fattah.

Rencana pembangunan masjid tersebut dibantu oleh Wali Songo, karena melihat keberhasilan Raden Fattah dalam menyebarkan ajaran agama Islam pada saat itu. Pada tahun 1466 Masehi juga merupakan tahun di mana nama Raden Fattah diberikan oleh Walisongo. Sebelumnya Raden Fattah dikenal dengan nama Raden Jinbun.

2. Tahap Kedua

Masjid ini mengalami beberapa kali pembangunan. Pembangunan kedua dilakukan 11 tahun kemudian yaitu pada tahun 1477 Masehi. Masjid tersebut ditetapkan sebagai Masjid Kadipaten Glagah Wangi Demak.

3. Tahap Ketiga

Tahap pembangunan ini dilakukan pada tahun 1478. Pembangunan ini dilakukan untuk merenovasi masjid. Pada tahun ini, terdapat sejarah penting, yaitu adanya pengangkatan Raden Fattah sebagai Sultan Pertama di Kesultanan Demak.

Dokumentasi Masjid Agung Demak Tahun 1910
info gambar
Baca juga: Raden Patah, Pendiri Kerajaan Demak dan Latar Belakang Mendirikan Kerajaan

Komplek Makam di Sekitar Area Masjid

Masjid yang memiliki luas bangunan utama 31x 31 meter persegi ini memiliki lokasi khusus makam para raja dari Kesultanan Demak dan keluarganya, juga para tokoh lainnya. Terdapat dua area makam, yaitu makam Kasepuhan yang berada di area terbuka, dan makam Kaneman yang berada di area dalam.

Area makam Kasepuhan memiliki 3 makam utama yaitu berisi makam dari Sultan Demak pertama yaitu Raden Fattah, Raden Pati Unus (Sultan Demak II), juga makam Dewi Murthosimah, istri dari Raden Fattah, dan anggota keluarga lainnya.

Makam ibunda Raden Fattah yaitu Putri Champa, yang berasal dari Kerajaan Champa di Vietnam juga berada di area makam komplek Masjid Agung Demak. Selain itu juga terdapat Makam Syekh Maulana Magribhi.

Beliau adalah orang pertama yang memberikan nama ‘Demak’ pada tahun 1387 M yang merupakan kawasan Kerajaan Demak Bintoro, yang saat ini menjadi Kabupaten Demak.

Area Makam Kasepuhan di Komplek Masjid Agung Demak
info gambar

Area Makam Kaneman merupakan makam yang terdiri dari 24 makam, salah satunya adalah Sultan Demak III (Sultan Tenggrono) dan juga makam Sultan Prawoto. Makam-makam ini berada di dalam sebuah bangunan.

Area Makam Kaneman
info gambar

Masjid Agung Demak telah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2015. Keberadaan masjid ini menjadi bukti bahwa perkembangan Islam saat itu sudah ada sejak beberapa abad yang lalu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.