Apabila Kawan berencana bepergian ke Bali, tidak ada salahnya untuk mengunjungi desa wisata yang unik satu ini, yakni Desa Wisata Penglipuran. Sebelum mengunjungi Desa Wisata Penglipuran, ada baiknya mempelajari informasi seputa desa ini. Yuk simak!
Desa Wisata Penglipuran merupakan salah satu dari sembilan desa adat yang kental akan kesenian, tradisi, hingga pariwisatanya yang terkenal di Bali. Obyek wisata di Bali yang satu ini sangat disukai oleh wisatawan mancanegara dan banyak juga wisatawan lokal yang berkunjung ke desa ini.
Sementara itu, Desa Wisata Penglipuran ini mempunyai tatanan struktur desa tradisional di Bali. Ketenangan dan kesejukkan sangat terasa di desa yang mendapat predikat desa terbersih ketiga di dunia, setelah Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda.
Bagi kalian yang penasaran, langsung saja berikut informasi seputar Desa Wisata Penglipuran mulai dari sejarah, lokasi dan aksesnya, jam operasional hingga harga tiket masuk yang perlu kamu ketahui.
Sejarah Desa Wisata Penglipuran
Desa Wisata Penglipuran Bali memiliki sejarah panjang sebagai desa adat yang kaya akan tradisi. Diketahui Awal mula keberadaan Desa Penglipuran sudah ada sejak 700 tahun yang lalu, konon pada zaman Kerajaan Bangli. Cerita di masyarakat menyebutkan bahwa Desa Penglipuran merupakan hadiah dari Raja Bangli kepada masyarakat yang ikut bertempur melawan Kerajaan Gianyar.
Para leluhur penduduk desa ini datang dari Desa Bayung Gede dan menetap sampai sekarang, sementara nama “Penglipuran” sendiri berasal dari kata Pengeling Pura yang mempunyai makna tempat suci untuk mengenang para leluhur.
Pada tahun 1993, pemerintah menjadikan Desa Penglipuran menjadi desa wisata melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Bangli No 115 tanggal 29 April 1993. Desa Penglipuran memberlakukan aturan adat yang ketat untuk menjaga kelestarian desa, seperti larangan menggunakan kendaraan bermotor supaya kualitas udara tertap bersih.
Aturan-aturan adat lainnya seperti desa melarang perkawinan poligami, tingkat kasta hanya untuk kasta Sudra, serta terdapat trasidisi tarian yang turun-temurun, yaitu Tari Baris.
Lokasi dan Akses Menuju Desa Wisata Penglipuran
Mengutip dari laman resmi Kemenparekraf, Desa Wisata Penglipuran berlokasi di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Untuk jaraknya sendiri sekitar 60 kilometer dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dan dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit dengan kendaraan mobil.
Sebagai informasi, secara garis besar, Desa Wisata Penglipuran berbentuk memanjang berundak dengan jalan utama di tengah-tengah. Wisatawan harus berjalan kaki jika ingin menjelajahi desa ini.
Ketika mengunjungi desa adat satu ini, terdapat tiga pintu masuk bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Yang pertama dekat Warung Bu Tunjung di ujung jalan Desa Penglipuran, kemudian di tengah-tengah jalan desa yang dilengkapi gerbang "Desa Tradisional Penglipuran", dan yang terakhir di dekat Pura Penataran.
Baca juga: 12 Air Terjun di Bali yang Wajib Dikunjungi, Cocok untuk Liburan Bersama Keluarga!
Jam Operasional Desa Wisata Penglipuran
Desa Penglipuran bisa dikunjungi dari pukul 08.00 sampai 18.30 WITA. Apabila waktu telah mendekati sore ke malam, lampu-lampu di rumah-rumah warga akan dinyalakan sehingga menciptakan suasana yang berbeda ketika siang.
Harga Tiket Masuk (HTM) Desa Wisata Penglipuran
Harga tiket masuk (HTM) Desa Wisata Penglipuran diketahui terbagi dalam beberapa kategori. Untuk tarif retribusi wisatawan lokal dikenakan tiket masuk mulai Rp25.000 untuk pengunjung dewasa dan mulai Rp15.000 untuk pengunjung anak.
Sementara itu, untuk tiket masuk wisatawan mancanegara mulai dari Rp50.000 untuk dewasa dan mulai Rp30.000 untuk anak. Tidak hanya itu, terdapat tarif parkir kendaraan yaitu mulai Rp10.000 untuk bus, Rp5.000 untuk kendaraan jenis mikrobus, sedan, dan jeep, serta Rp2.000 untuk sepeda motor.
Daya Tarik Desa Wisata Penglipuran
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Desa WisataPenglipuran telah dikenal sebagai desa terbersih di dunia. Kebersihan tersebut menjadi salah satu daya tarik utama desa wisata ini.
Julukan tersebut didukung berbagai penghargaan bidang lingkungan dan pariwisata yang diperoleh desa ini. Mulai dari Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA), hingga masuk ke dalam Sustainable Destinations Top 100 menurut Green Destinations Foundation.
Salah satu ritual keagamaan yang sering menarik perhatian wisatawan adalah Ngusaba. Ritual ini dilakukan untuk menyambut Hari Raya Nyepi.
Desa WisataPenglipuran juga rutin mengadakan festival budaya bertajuk Penglipuran Village Festival yang biasanya diadakan pada akhir tahun. Kegiatannya beragam, mulai dari parade pakaian adat Bali, parade seni budaya, macam-macam lomba, hingga Barong Ngelawang.
Selain itu, menukil laman Kemenparekraf, Desa Penglipuran memiliki Kawasan hutan yang luas yang berdiri di atas tanah seluas 112 hektar.
Pembagian wilayahnya berupa lahan pertanian seluas 50 hektar, hutan bambu seluas 45 hektar, hutan kayu seluas 4 hektar, permukiman warga 9 hektar, dan tempat suci seluas 4 hektar serta fasilitas umum. Dari atas, bisa diketahui bahwa wilayah hijau (hutan dan lahan) di desa ini lebih luas daripada pemukiman warganya.
Lalu, Desa Wisata Penglipuran menghadirkan beragam kerajinan tangan yang dapat temui, mulai dari kerajinan anyaman bambu, berbagai aksesoris, serta pernak-pernik tradisional yang dijual langsung di depan rumah para pengrajin lokal. Jika berminat, di sini bisa belajar membuat pernak-pernik juga, lho.
Terakhir, Hutan Bambu di Desa Wisata Penglipuran terkenal karena spot fotonya yang indah dan instagramable. Selain berfoto ria, Sobat Pesona juga bisa bersepeda menyusuri hutan seluas 45 hektare yang terletak di belakang desa.
Sebagai bentuk pelestarian warisan untuk para leluhur dan menciptakan keseimbangan antara manusia dengan alam lingkungannya, masyarakat lokal sangat menjaga keberadaan hutan ini, lho.
Baca juga: 7 Pantai di Bali dengan Pemandangan Eksotis, Cocok untuk Liburan
Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Desa Wisata Penglipuran
Kemudian, terdapat berbagai jenis aktivitas yang bisa dilakukan saat berada di Desa Wisata Penglipuran.
Tak hanya berfoto dan berjalan kaki, wisatawan juga bisa mengunjungi ke rumah-rumah penduduk di sisi kanan dan kiri jalan untuk menyewa baju tradisional Bali, membeli camilan, bersantap hidangan khas Bali, membeli minuman, dan berbelanja suvenir sebagai buah tangan.
Tidak hanya itu, kalian juga bisa mempelajari budaya desa ini sembari mengunjungi pura. Terdapat tiga pura di kawasan Desa Wisata Penglipuran, yaitu Pura Penataran, Pura Dalem, dan Pura Puseh.
Di sini, Sobat Pesona dapat menyaksikan berbagai perayaan adat menarik, seperti perayaan Galungan, Ritual Ngusaba, atau rutinitas sembahyang. Supaya tetap nyaman dan tidak mengganggu, pastikan Kawan untuk tetap menghargai peraturan-peraturan adat yang berlaku saat berkunjung, ya!
Lalu, saat mengunjungi ke sini tidak lengkap kalau melewatkan kuliner lokal yang menggugah selera. Kuliner yang wajib Kawan cicipi adalah loloh cemcem dan tipat cantok.
Loloh cemcem merupakan minuman tradisional khas Desa Wisata Penglipuran berwarna hijau yang terbuat dari berbagai rempah-rempah. Sementara itu, tipat cantok adalah makanan berbahan ketupat dan berbagai sayuran yang direbus dan diaduk dengan dengan bumbu kacang.
Baca juga: 10 Rekomendasi Cenderamata Khas Bali yang Cocok Dijadikan Oleh-Oleh
Demikian ulasan mengenai Desa Wisata Penglipuran mulai dari sejarah, lokasi dan aksesnya, jam operasional hingga harga tiket masuk. Semoga bermanfaat!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News