Mammoth, atau Mammuthus primigenius, adalah hewan purba yang hidup selama periode Pleistosen dan dikenal karena ukuran tubuhnya yang besar serta bulu tebal yang menutupi tubuhnya.
Mereka memiliki gading panjang yang melengkung ke atas dan punggung yang melandai dengan punuk lemak di bagian bahu.
Mammoth berbulu ini memiliki tinggi sekitar 3 hingga 3,5 meter dan berat mencapai 6 ton. Mereka beradaptasi dengan baik untuk lingkungan dingin, dengan lapisan lemak tebal dan bulu panjang yang melindungi mereka dari suhu beku.
Hidup di berbagai benua
Habitat mammoth tersebar luas di wilayah yang kini dikenal sebagai Eropa, Asia, dan Amerika Utara. Mereka mendiami padang rumput terbuka dan stepa yang kaya akan vegetasi, yang menyediakan sumber makanan berlimpah.
Makanan utama mammoth terdiri dari rumput, dedaunan, dan tumbuhan berbunga. Diperkirakan mereka mengonsumsi sekitar 150 kilogram makanan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Baca juga Mengenal Kokoleceran, Flora Identitas Provinsi Banten yang Terancam Punah
Punah karena hidungnya tersumbat?
Punahnya mammoth telah menjadi subjek penelitian dan perdebatan ilmiah selama bertahun-tahun. Teori tradisional menyatakan bahwa perubahan iklim dan perburuan oleh manusia purba berkontribusi signifikan terhadap kepunahan mereka.
Namun, sebuah teori baru yang kontroversial muncul, yang mengaitkan kepunahan mammoth dengan alergi terhadap serbuk sari tanaman.
Bersumber dari The Scottish Sun, perubahan iklim setelah berakhirnya zaman es menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman berbunga yang menghasilkan serbuk sari dalam jumlah besar.
Mammoth yang terpapar serbuk sari ini mungkin mengalami reaksi alergi, seperti hidung tersumbat, yang mengganggu kemampuan mereka untuk mendeteksi feromon dan berkomunikasi melalui penciuman selama musim kawin.
Gangguan ini dapat menyebabkan penurunan tingkat reproduksi dan, seiring waktu, berkontribusi pada penurunan populasi mereka.
Para peneliti menemukan bukti adanya serbuk sari dan fragmen imunoglobulin dalam sampel jaringan dari empat sisa mammoth yang ditemukan di Siberia.
Temuan ini menunjukkan bahwa mammoth mungkin menderita reaksi alergi terhadap serbuk sari tanaman, yang sebelumnya tidak dipertimbangkan sebagai faktor dalam kepunahan mereka.
Meskipun teori ini menawarkan perspektif baru, banyak ilmuwan tetap skeptis dan menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hubungan antara alergi serbuk sari dan kepunahan mammoth.
Faktor-faktor lain, seperti perubahan habitat, penurunan sumber makanan, dan tekanan dari perburuan manusia, kemungkinan besar juga memainkan peran penting dalam kepunahan mereka.
Baca juga Pernah Dianggap Roh Jahat, Inilah Akhir Cerita Harimau Bali yang Dinyatakan Punah
Referensi
The Scotish Sun. Scientists Reveal Shock New Theory on What Really Wiped Out Woolly Mammoths. https://www.thesun.co.uk/tech/30473725/what-really-wiped-out-woolly-mammoths-theory/
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News