Perubahan iklim menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup berbagai spesies di bumi, termasuk serangga penyerbuk seperti lalat dan lebah.
Sebagai aktor utama dalam proses penyerbukan, keduanya memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem dan produksi pangan. Namun, siapa di antara mereka yang lebih tangguh menghadapi perubahan iklim?
Menurut analisis dalam Journal of Melittology, lalat memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap perubahan suhu lingkungan dibandingkan lebah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa lalat, khususnya dari keluarga Syrphidae atau hoverflies, mampu bertahan di kondisi lingkungan yang lebih ekstrem, seperti suhu tinggi dan rendah, serta perubahan pola cuaca yang tidak menentu.
Hal ini didukung oleh kemampuan adaptasi metabolisme dan perilaku makan yang lebih fleksibel dibandingkan lebah.
Adaptasi Lalat vs Lebah
Lalat memiliki keanekaragaman habitat yang lebih luas. Mereka dapat hidup di daerah dengan variasi suhu yang ekstrem, dari dataran rendah tropis hingga pegunungan yang dingin.
Selain itu, lalat memiliki diet yang lebih beragam, tidak hanya bergantung pada bunga sebagai sumber nektar, tetapi juga bahan organik lainnya.
Fleksibilitas ini menjadi keunggulan lalat dalam menghadapi perubahan iklim yang memengaruhi ketersediaan bunga dan sumber makanan lainnya.
Sebaliknya, lebah, terutama spesies seperti lebah madu (Apis mellifera), cenderung lebih sensitif terhadap fluktuasi suhu. Lebah membutuhkan suhu yang stabil untuk aktivitas terbang dan mengumpulkan nektar.
Penurunan suhu yang drastis atau gelombang panas dapat mengganggu aktivitas mereka, bahkan menyebabkan kematian koloni.
Lebah juga bergantung pada bunga tertentu untuk makanan, sehingga penurunan keanekaragaman flora akibat perubahan iklim dapat memengaruhi populasi mereka.
Baca juga Semut, Satu-satunya Hewan yang Tak Terpengaruh Perubahan Iklim. Kok Bisa?
Pentingnya Serangga Penyerbuk
Baik lalat maupun lebah memiliki peran krusial dalam penyerbukan. Lebah dikenal sebagai penyerbuk utama bagi tanaman pertanian seperti apel, almond, dan stroberi.
Sementara itu, lalat, meskipun kurang populer, juga memainkan peran penting, terutama dalam penyerbukan tanaman liar dan beberapa tanaman budidaya seperti kakao dan kopi.
Penyerbukan oleh serangga sangat bergantung pada kondisi lingkungan, terutama suhu. Perubahan suhu memengaruhi aktivitas terbang, efisiensi penyerbukan, dan ketersediaan sumber makanan.
Dalam konteks ini, fleksibilitas lalat terhadap kondisi ekstrem menjadi keunggulan penting, terutama ketika lebah mengalami tekanan akibat perubahan iklim.
Berdasarkan analisis dari Journal of Melittology, lalat menunjukkan ketahanan yang lebih baik dibandingkan lebah dalam menghadapi perubahan iklim. Adaptasi metabolisme, fleksibilitas diet, dan toleransi terhadap berbagai kondisi lingkungan menjadikan lalat lebih tangguh.
Baca juga Pemanfaatan Mangrove dan Kawasan Gambut sebagai Kunci Pencegahan Perubahan Iklim Indonesia
Daftar Pustaka
Journal of Melittology. (2024). Climate resilience in pollinators: A comparative study of bees and flies. https://journals.ku.edu/melittology/article/view/22505
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News