Halo, Kawan GNF!
Di tengah arus modernisasi yang terus mengalir begitu cepat, banyak warisan budaya kita yang terancam punah. Namun, di Desa Mombi, Sulawesi Barat, terdapat seorang pemuda bernama Rezki Amaliah yang bertekad untuk mengubah keadaan ini.
Dengan semangat yang menggelora, ia telah mendirikan sebuah sekolah menenun yang tidak hanya mengajarkan keterampilan tradisional. Namun, juga membangkitkan kesadaran akan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap helai kain.
Kain tenun memiliki sejarah panjang yang mengakar dalam tradisi masyarakat Indonesia, terutama di Sulawesi. Sebagai simbol identitas dan budaya, kain tenun mencerminkan cerita, kepercayaan, dan seni para pengrajinnya.
Dari pola dan warna yang dipilih hingga teknik yang digunakan, setiap kain tenun mengisahkan perjalanan budaya yang kaya dan mendalam.
Melalui upayanya, Rezki tidak hanya memperkenalkan seni menenun kepada generasi muda, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan bagi komunitasnya.
Dalam perjalanan ini, Rezki Amaliah menunjukkan bahwa seni menenun bukan sekadar kegiatan. Namun, sebuah jalan untuk mempertahankan warisan budaya yang kaya dan membangun masa depan yang lebih baik bagi semua.
Rinaldi Nur Ibrahim, Pemuda Inspiratif yang Gerakkan Perubahan untuk Indonesia
Rezki Amaliah adalah pemuda inspiratif dari Sulawesi Barat yang, bersama teman-teman sesama pemuda di desa Mombi, mendirikan sekolah menenun pada Desember 2021.
Sekolah ini mendapatkan dukungan luar biasa dari masyarakat Mombi, yang secara sukarela membantu membangun ruang kelas belajar dengan memanfaatkan kolong rumah Rezki.
Awalnya, Rezki merasa resah melihat profesi menenun yang semakin ditinggalkan oleh generasi muda. Ia bertekad untuk menciptakan wadah bagi mereka yang ingin belajar menenun, terutama karena pembelajaran ini sangat jarang ditemukan di sekolah formal. Di samping itu, Rezki ingin melestarikan kebudayaan asli daerahnya.
Kegiatan di sekolah menenun dilaksanakan setiap akhir pekan, pada hari Sabtu dan Minggu, dengan peserta yang didominasi oleh generasi muda. Di sana, mereka diajarkan pengetahuan dan teknik menenun Lipaq Saqbe, sebuah kain tenun khas Mandar.
Setelah dua tahun beroperasi, pada tahun 2023, sekolah menenun Rezki mulai mengembangkan bisnis dengan membentuk kelompok UMKM Arisan Tenun Negeri (Wangi).
UMKM ini mempekerjakan empat penenun dan dua tenaga penjahit untuk membuat produk kerajinan dari tenun sutra Mandar. UMKM Tenun Wangi telah berpartisipasi dalam berbagai pameran di Polewali Mandar dan daerah lain di Sulawesi Barat, bahkan hingga tingkat provinsi.
Visi dan misi UMKM yang dibentuk Rezki tidak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga pada peningkatan kemampuan dan kesejahteraan sumber daya manusia.
Hasil penjualan produk tenun digunakan untuk kegiatan sosial dan pemberdayaan, seperti workshop peningkatan kapasitas bagi penenun dan penyaluran sembako kepada mereka.
Masyarakat, khususnya penenun setempat, kini memiliki kesempatan pendapatan tambahan sebagai pengajar. Saat ini, sekolah menenun telah memiliki lima tenaga pengajar yang rutin menyampaikan materi di kelas.
Kisah Inspiratif dari Shinta Kamdani, Pemimpin Perempuan Pertama di Apindo
Sejak berdiri, lebih dari 300 peserta telah mengikuti kegiatan di sekolah menenun. Dengan adanya UMKM Wangi, lapangan pekerjaan baru juga terbuka bagi generasi muda.
Menemukan metode pembelajaran yang efektif menjadi tantangan tersendiri bagi Rezki dan timnya, mengingat bahwa menenun adalah keterampilan yang tidak diajarkan di sekolah formal.
Rezki terus melakukan evaluasi dan inovasi untuk memastikan metode pengajaran tetap menarik sambil menyampaikan materi dengan maksimal.
Pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia memberikan penghargaan kepada pemuda berprestasi di berbagai bidang.
Rezki Amaliah berhasil meraih peringkat ketiga sebagai Pemuda Pelopor Tingkat Nasional 2024 di bidang Pendidikan.
Terpilihnya Rezki untuk mewakili Sulawesi Barat adalah sebuah penghargaan atas dedikasinya di tingkat nasional. Sekolah menenunnya juga pernah dinobatkan sebagai Project Social Terbaik dalam event Super Young Leader PF Muda 2022.
Rezki mengungkapkan bahwa ia banyak belajar dari para penenun, yang merupakan pewaris tradisi yang kaya.
"Dari tangan-tangan para penenun, saya belajar banyak. Garis-garis urat tangan mereka mencerminkan ketekunan dan rasa tanggung jawab sebagai seorang ibu serta sebagai pewaris tradisi yang berharga," ungkap Rezki.
Bagi Rezki, setiap helai kain tenun bukan sekadar produk, melainkan sebuah cerita yang terjalin dalam setiap benang. Ia melihat ketekunan luar biasa dalam tangan-tangan terampil mereka; setiap goresan dan jahitan mencerminkan dedikasi mendalam terhadap seni dan budaya.
Garis-garis urat tangan para penenun menceritakan perjalanan hidup mereka, menggambarkan tantangan yang telah mereka hadapi dan tanggung jawab sebagai pelestari warisan budaya.
Kisah Inspiratif Iqbal, Penggagas Youth Local Camp
Dalam proses menenun, para penenun tidak hanya menciptakan kain, tetapi juga merawat tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Mereka menjadikan setiap karya sebagai simbol keterikatan antara masa lalu dan masa kini.
Rezki merasa terinspirasi oleh betapa pentingnya peran mereka dalam menjaga budaya yang mungkin terlupakan di tengah modernisasi yang cepat.
Lebih dari sekadar keterampilan, Rezki melihat nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam proses menenun. Ia mengamati bagaimana para penenun berfungsi sebagai ibu, yang tidak hanya menjaga dan mendidik anak-anak, tetapi juga melestarikan budaya mereka.
Ketekunan dan komitmen mereka untuk menghasilkan karya seni tidak hanya memperkaya diri mereka, tetapi juga membentuk identitas komunitas yang kuat.
Dengan semangat tersebut, Rezki bertekad untuk meneruskan nilai-nilai ini di sekolah menenunnya. Ia mengajarkan kepada generasi muda bahwa menenun lebih dari sekadar keterampilan; ini adalah cara untuk menghormati dan melestarikan tradisi yang membentuk jati diri mereka.
Setiap kain yang dihasilkan tidak hanya menjadi produk, tetapi juga memperkuat ikatan antara masa lalu, sekarang, dan masa depan, menjadikan setiap karya sebagai warisan yang berharga bagi generasi mendatang.
Kawan GNFI, mari kita terus dukung dan lestarikan warisan budaya kita! Kisah Rezki Amaliah mengingatkan kita bahwa dengan semangat dan dedikasi, kita semua bisa menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat.
Ayo, bersama-sama kita jaga tradisi dan kembangkan budaya yang kaya ini untuk generasi mendatang!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News