Kawan pasti paham bahwa kebanyakan kertas dibuat dari serat pohon, seperti kayu atau bambu. Mengapa demikian? Sebab, selain tumbuhan tersebut mengandung bahan yang cocok untuk pembuatan kertas, kayu dan bambu juga cenderung lebih mudah mudah didapatkan serta dibudidayakan.
Di Indonesia sendiri, jenis pohon yang kerap dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kertas ialah pohon akasia. Maka, tak heran jika jenis tanaman ini mendominasi produksi kayu bulat di Indonesia pada 2022.
Akan tetapi, tahukah Kawan bahwa bahan pembuatan uang kertas di Indonesia tidak terbuat dari serat kayu seperti kertas pada umumnya? Ya, uang kertas yang biasa kita gunakan untuk transaksi itu terbuat dari serat kapas.
Rupanya Kertas Uang Dolar Berasal dari Pohon di Sulawesi Utara Ini!
Kenapa bahan baku pembuatan uang kertas berbeda dan tidak menggunakan serat kayu?
Jika dilihat dari nilainya, kertas dan uang kertas jelas berbeda. Maka, berbeda pula bahan yang digunakan.
Uang kertas sebagai alat pembayaran, memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan kertas biasa. Oleh karena itu, karakteristik kertas pada uang kertas harus lebih kuat, kokoh, elastis, dan tidak mudah robek.
Melihat Seri Pertama Uang Kertas Rp500 di Indonesia yang Rilis pada 1952
Kenapa Uang Kertas Rupiah Terbuat dari Serat Kapas?
Serat kapas yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan uang kertas tidak berlaku di seluruh dunia. Misalnya, di Jepang, uang kertas terbuat dari tanaman abaca. Lain halnya dengan Ukraina yang menggunakan kain linen sebagai bahan baku uang kertas atau Australia yang lebih memilih menggunakan polimer.
Perbedaan bahan pembuatan uang kertas ini tentu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tiap negara, seperti iklim, kelembaban, suhu, denominasi uang kertas, dan kebiasaan penggunaan (Luján-Ornelas, Sternenfels, & Güereca, 2018).
4 Uang Kertas Rupiah dengan Desain Terbaik di Mata Dunia
Di Indonesia, penggunaan serat kapas sebagai bahan baku pembuatan uang kertas rupiah didasarkan pada sifat serat kapas yang lentur dan tidak mudah sobek. Pertimbangan penggunaan serat kapas didasarkan pada kebiasaan masyarakat Indonesia yang menyimpan uang di dalam satu. Akibatnya uang kertas akan rentan untuk tercuci dan tersetrika.
“Kalau serat kapas tidak mudah rusak saat disetrika,” jelas Tirta Segara, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
Meski demikian, uang kertas rupiah tidak 100% menggunakan serat kapas. Hasil dari penelitian ITRIĆ & MODRIĆ (2017) terhadap uang kertas Indonesia senilai seribu (versi Pattimura) dan lima ribu (versi Imam Bonjol) rupiah menemukan bahwa Rupiah Indonesia terbuat dari campuran serat berbagai jenis kayu. Dalam hal ini serat dari pohon pisang abacaa menjadi bahan yang lebih disukai.
Bahan-bahan pembuatan uang kertas rupiah pun rupanya tidak sepenuhnya tersedia di dalam negeri. Bahan pembuatan uang kertas rupiah diimpor dari berbagai negara, seperti Jerman, Amerika, Italia, Inggris, hingga Uni Soviet. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Suhaedi tahun 2017 dalam tulisan CNBC Indonesia.
Berbagai Pemanfaatan Uang Kertas: Bahan Baku Pengolahan CPO hingga Campuran Batu Bara
45 Negara Beralih ke Uang Kertas Polimer
Saat ini, lebih dari 45 negara di dunia telah beralih menggunakan uang kertas polimer dalam sistem moneter dan perbankan.
Alasannya, uang kertas dari polimer, dalam hal ini polimer sintetis dinilai lebih tahan lama. Ketahanannya dapat mencapai 4 kali lebih kuat dan lebih lama dibandingkan polimer alami, misalnya serat pohon, wol, dan sutra.
Polimer juga diklaim lebih bersih dan lebih higienis karena tidak berpori. Yang lebih penting, sebagaimana diungkapkan Goher (2012) bahwa uang kertas polimer sintetis mendukung berbagai fitur keamanan yang tidak dimiliki oleh uang kertas dari bahan alami. Dampaknya jelas, pemalsuan akan lebih sulit dilakukan.
Melihat hal tersebut, 20 negara disebut tengah menggodok rencana untuk beralih ke uang kertas polimer.
Melihat kasus maraknya pemalsuan uang kertas di Indonesia, akankah uang kertas rupiah akan beralih menggunakan bahan polimer sintetis?
QRIS, Generasi Muda Tinggalkan Uang Tunai Sepenuhnya?
Referensi:
- Goher, A. S. (2012). Supremacy of Polymer Banknotes (A Comparative Study Between Paper and Polymer Banknotes). Riyadh: Naif Arab University for Security Sciences.
- ITRIĆ, K., & MODRIĆ, D. (2017). BANKNOTE CHARACTERIZATION USING THE FTIR SPECTROSCOPY. TECHNICAL JOURNAL, 83-88.
- Luján-Ornelas, C., Sternenfels, U. M., & Güereca, L. P. (2018). Life cycle assessment of Mexican polymer and high-durability cotton paper banknotes. Science of The Total Environment, 409-421.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News