Di Kabupaten Kudus terdapat sebuah desa yang unik dengan nama Jepang. Nama unik ini menjadi perhatian khusus bagi orang-orang yang melintas di Jalan Pantura Kudus karena adanya plang menunjukkan arah menuju Jepang.
Dimuat dari Detik, Desa Jepang masuk dalam wilayah Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Awal mula desa ini tidak terlepas dari sosok Aryo Penangsang, yang kemudian dikenal sebagai Adipati Jipang.
Menara Kudus sebagai Simbol Toleransi dalam Arsitektur Nusantara
Sosok ini sering singgah di wilayah ini saat perjalanan menuju Pondok Pesantren Sunan Kudus. Aryo Penangsang merupakan santri dari salah satu Wali Songo yaitu Sunan Kudus.
“Dahulu desa tersebut, awalnya sering digunakan sebagai tempat persinggahan oleh murid Sunan Kudus yang bernama Aryo Penangsang atau Adipati Jipang,” tutur Muhammad Ridwan yang dimuat ISKNews.
Rawa besar
Ketika menempuh perjalanan dari Kadipaten Jipang (kini wilayah Kabupaten Blora), Aryo Penangsang sering melabuhkan perahunya di wilayah Desa Jepang. Pada masa lalu desa ini adalah sebuah rawa besar.
Karena mengetahui kebiasaan dari muridnya itu, Sunan Kudus merasa iba dan
memutuskan untuk mendirikan sebuah masjid di lokasi tersebut. Masjid tersebut tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat istirahat bagi Aryo Penangsang.
Jembatan Peninggalan Belanda di Kota Kudus Akan Dipugar, Kenapa?
“Dahulu Desa Jepang adalah sebuah rawa yang besar, lanjut Ridwan, di rawa itu Aryo Penangsang sering menambatkan perahunya, setelah menempuh perjalanan dari Kadipaten Jipang (sekarang wilayah Kabupaten Blora) untuk menuju Pondok Pesantren Sunan Kudus untuk menimba ilmu agama,” kata Nadzir Masjid Wali Al Makmur ini.
Pembangunan masjid ini dimulai oleh Sunan Kudus dan dilanjutkan oleh Aryo Penangsang. Masjid tersebut kemudian diberi nama Masjid Wali.
Pemberian nama ini karena memiliki Soko Papat, sebuah konstruksi masjid yang terbuat dari kayu utuh, serupa dengan masjid-masjid yang dibangun oleh para wali.
Kehidupan spiritual
Desa Jepang menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang kehidupan spiritual dan keagamaan yang memberikan warna dan makna mendalam pada sejarahnya. Tetapi memang tidak banyak yang mengetahui asal muasal desa ini.
Anehnya, tidak banyak warga setempat yang mengetahui asal muasal nama desa tersebut dan sejarah berdirinya Masjid. Misalnya saja Inayyah (23), ia mengatakan tidak tahu dan berdalih pendatang di Desa Jepang.
Jalan Pantura Demak-Kudus Mulai Diperbaiki Pasca Banjir, Selesai H-10 Lebaran 2024
Sementara, Sulikah (28) yang juga warga setempat mengatakan, “Kalau Masjid Wali dahulu adalah Masjid yang dibangun oleh wali, kalau asal-usul Desa Jepang saya kurang tahu.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News