Burung Moopoo merupakan salah satu jenis fauna yang ada di hutan Minahasa. Terdapat sebuah legenda yang menceritakan asal usul Burung Moopoo ini dan dipercaya sebagai jelmaan seorang anak laki-laki.
Bagaimana kisah lengkap dari legenda tersebut? Simak cerita dalam legenda asal usul Burung Moopoo pada artikel berikut.
Legenda Asal Usul Burung Moopoo
Dikutip dari buku Marina Asril Reza yang berjudul 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, diceritakan pada zaman dahulu di tanah Minahasa hiduplah seorang pemuda yang bernama Nondo. Pemuda yang pincang ini merupakan anak yatim piatu setelah kedua orang tuanya meninggal dunia.
Sehari-hari Nondo tinggal bersama kakeknya. Kakek Nondo sendiri sangat menyayangi cucu semata wayangnya tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, kakek Nondo biasanya pergi ke berburu di hutan dan menjual hasil buruan pasar untuk mencari nafkah. Ketika kakeknya pergi, Nondo tinggal di rumah dan melakukan aktivitas yang bisa dia lakukan, seperti bersih-bersih dan memasak.
Sebenarnya Nondo sangat ingin membantu kakeknya untuk mencari nafkah di hutan. Dia sangat ingin ikut berburu di hutan, apalagi kondisi kakeknya yang sudah tua.
Selain itu, Nondo yang sangat suka dengan hewan ingin melihat secara langsung keanekaragaman fauna yang ada di dalam hutan. Namun keinginan Nondo ini tidak bisa terlaksana akibat kondisinya yang pincang.
Pernah sekali dia meminta kepada sang kakek untuk membawa dirinya ke hutan. Namun kakek Nondo menolak permintaan cucunya tersebut.
Kondisi Nondo yang pincang akan menyulitkan dirinya di dalam hutan. Terlebih kakek Nondo perlu gerakan yang cepat agar bisa menangkap hewan buruannya.
Pada suatu hari, Nondo kembali mengutarakan keinginannya kepada sang kakek. Dia meminta kepada sang kakek untuk mengajaknya ikut berburu bersama ke dalam hutan.
Setelah berpikir panjang, sang kakek akhirnya menyetujui permintaan cucunya tersebut. Akhirnya mereka melakukan persiapan sebelum berangkat berburu ke dalam hutan
Keesokan harinya, Nondo dan sang kakek masuk ke dalam hutan. Nondo merasa senang karena dirinya bisa melihat alam liar secara langsung.
Pada awalnya, Nondo bisa mengikuti pergerakan kakeknya dengan baik. Namun lama kelamaan, dirinya tertinggal jauh di belakang sang kakek.
Hal ini diakibatkan kondisi Nondo yang tidak memungkinkan dirinya untuk bergerak cepat. Selain itu, Nondo sering berhenti untuk melihat hewan-hewan yang ada di sekitarnya.
Akhirnya Nondo dan sang kakek berpisah di dalam hutan. Ketika hari menjelang malam, barulah Nondo sadar bahwa dirinya tersesat dan terpisah dari sang kakek.
Nondo berteriak memanggil nama kakeknya. Namun apa daya dia sudah tersesat jauh di dalam hutan dan tidak menemukan satu orangpun.
Di sisi lain, sang kakek juga baru menyadari bahwa dirinya sudah berpisah jauh dengan Nondo. Sang kakek kemudian meneriakkan nama cucunya tersebut.
Namun sang kakek tidak bisa menemukan keberadaan Nondo. Dirinya kemudian berpikir bahwa Nondo sudah pulang ke rumah terlebih dahulu.
Sang kakek akhirnya memutuskan pulang ke rumah. Akan tetapi dia juga tidak bisa menemukan Nondo di rumah.
Keesokan harinya, sang kakek kembali masuk ke dalam hutan untuk mencari Nondo. Meskipun demikian, dia tetap tidak bisa menemukan keberadaan cucunya.
Kakek Nondo kemudian memutuskan beristirahat terlebih dahulu. Ketika sedang beristirahat, dirinya mendengar seekor burung yang berbunyi "Moopoo, moopoo."
Burung tersebut tidak pernah didengar kakek Nondo sebelumnya. Sang kakek kemudian memutuskan untuk mencari keberadaan burung tersebut.
Setelah mencari sekian lama, akhirnya sang kakek menemukan keberadaan burung tersebut. Burung ini terus mengeluarkan suara yang sama.
Sang kakek mendengarkan cuitan burung tersebut dengan seksama. Dirinya menyadari bahwa burung tersebut berkata "Opoku" yang berarti "Kakekku".
Mendengar cuitan tersebut, sang kakek terkejut dan curiga apakah burung tersebut merupakan jelmaan Nondo. Sang kakek kemudian memeriksa kaki burung itu untuk memastikan.
Benar saja, salah satu kaki burung tersebut ternyata pincang. Akhirnya sang kakek merasa menyesal karena cucu kesayangannya ternyata sudah berubah menjadi seekor burung ketika tersesat di dalam hutan.
Masyarakat setempat kemudian memberikan nama Moopoo pada burung tersebut, sesuai dengan bunyi cuitan yang dia keluarkan.
Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News