Tidak harus memberikan beragam jenis hadiah atau kejutan, merayakan Hari Ibu juga dapat dilakukan dengan menghargai jasa dan peran ibu di dalam hidup kita. Perihal menghargai jasa dan peran ibu, novel Please Look After Mom (Ibu Tercinta) menawarkan pendekatan yang segar.
Novel karangan Kyung Yook Shin yang telah terbit dalam berbagai bahasa ini berkisah tentang sebuah keluarga yang kehilangan ibu mereka. Sang ibu menghilang setelah tertinggal di Stasiun Seoul saat hendak mengunjungi anak-anaknya.
Para anggota keluarga pun berupaya untuk menemukan sang ibu dengan menyebarkan selembaran di mana-mana dengan imbalan hadiah yang besar bagi yang menemukan ibu. Namun, sang ibu tak kunjung ditemukan.
Kehilangan sosok ibu tersebut meninggalkan trauma bagi setiap anggota keluarga. Satu per satu kenangan di masa lampau muncul, membuat mereka tersadar akan jasa dan arti penting ibu dalam hidup mereka.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari novel ini. Tidak hanya memaparkan secara gamblang jasa dan peran sang ibu dalam berbagai wujud pengorbanan fisik dan batin, novel ini juga menyajikan sudut pandang yang menarik. Novel ini mengajak kita membuka mata untuk melihat ibu sebagai manusia yang utuh.
Sudah menjadi hal lumrah bagi kita, keluarga, dan masyarakat untuk melihat sosok ibu yang menempel dengan segala perannya—bergulat di dapur, mengurus rumah, mengurus anak, dsb—sampai-sampai kita lupa bahwa sang ibu juga sesungguhnya eksis sebagai dirinya sendiri.
Novel ini hadir untuk menarik diri kita dari kubangan pandangan lumrah tersebut. Sosok ibu nyatanya tidak melulu harus berkaitan dengan perannya. Ibu juga manusia, ia mempunyai mimpi, aneka perasaan, dan bisa saja jenuh menjalani perannya; sama seperti kita.
Dalam pandanganmu, Ibu adalah Ibu. Sejak lahir dia sudah menjadi Ibu. Sebelum melihatnya berlari menghampiri pamanmu seperti itu, tidak terpikir olehmu bahwa ibu juga manusia yang mempunyai perasaan-perasaan yang persis sama seperti kau terhadap saudara-saudara lelakimu, dan kesadaran ini mencelikkan matamu bahwa ibu juga pernah memiliki masa kanak-kanak.—Halaman 36.
Walaupun aku sendiri seorang ibu, aku memiliki begitu banyak impian, dan aku masih ingat hal-hal dari masa kecilku, masa remajaku, dan sewaktu aku beranjak dewasa. Tak ada satu pun yang kulupakan. Jadi, kenapa sejak semula kita melihat Ibu hanya sebagai ibu?—Halaman 271.
Memanusiakan sosok ibu bisa mendorong kita memperlakukan ibu dengan cara yang berbeda. Kita bisa memberi ruang dan waktu untuk mendengarkan impian ibu kita. Kita bisa lebih berhati-hati dalam berlisan dan berperilaku. Kita juga tak harus membiarkan ibu begitu saja sibuk dengan urusan rumah tangga.
Tidak hanya menyebabkan kelelahan, segala serba-serbi kesibukan rumah tangga juga membuat ibu berjarak dari dunia luar. Dunia ibu jadi terasa lebih sempit, berkutat seputar dapur dan keluarga semata. Berangkat dari poin ini, kita bisa mengapresiasi jasa sang ibu dengan mengajak ia untuk melihat dunia luas dan mencicipi berbagai pengalaman.
Setelahnya, setiap kali aku datang ke Seoul, kau pasti mengajakku berjalan-jalan tanpa para anggota keluarga lainnya, ke bioskop atau ke makam-makam kerajaan. Kau mengajakku ke sebuah toko buku yang menjual kaset dan kau memasangkan headphone di kedua telingaku. Darimu aku belajar bahwa ada tempat seperti Kwanghwa-mun di Seoul ini, bahwa ada sesuatu yang disebut Plaza Balai Kota, bahwa di dunia ini ada film-film bioskop dan musik.—Halaman 226.
Hari Ibu bisa menjadi kesempatan bagi diri kita untuk mengambil jeda dan merenungkan makna sosok ibu. Kemudian, menanyakan ke dalam diri, apakah kita sudah siap untuk memanusiakan ibu?
Sumber:
Novel Please Look After Mom
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News